Pemeriksaan Infertilitas
Pemeriksaan
infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, yaitu :
1.
Uji Pascasenggama
Walaupun uji
Sims – Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal di seluruh dunia,
tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secra seragam. Salah satu penyebabnya
adalah karena belum adanya standarisasi cara melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk
melakukannya pada tengah siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum meningkatnya
suhu basal badan yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada kesepakatan berapa
hari abstinensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan menganjurkan 2
hari. Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan pemeriksaan itu dilakukan
setelah senggama. Menurut kepustakaan, ada yang melakukannya setelah 90 detik
sampai setelah 8 hari. Sebagaimana telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat
dampai pada lendir serviks segera setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya
sampai 8 hari. Menurut Denezis uji pascasenggama baru dapat dipercaya kalau
dilakukan dalam 8 jam setelah senggama. Perloff melakukan penelitian pada
golongan fertil dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil yang antara
kedua golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam setelah
senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pascasenggama dilakukan
secepatnya setelah senggama. Davajan menganjurkan 2 jam setelah senggama,
walaupun penilaian secepat itu tidak akan sempat menilai ketahanan hidup
spermatozoa dalam lendir serviks.
2.
Histeroskopi
Histeroskopi
adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah digelembungkan dengan
media dekstran 32%, glukosa 5%, garam fisiologik, atau gas CO2.
Dalam
infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat :
a. Kelainan pada pemeriksaan
histerosalpingografi.
b. Riwayat abortus habitualis.
c. Duaan adanya mioma atau polip submukosa.
d. Perdarahan abnormal dari uterus.
e. Sebelum dilakukan bedah plastik tuba,
untuk menempatkan kateter sebagai splint pada bagian proksirnal tuba.
3.
Pemeriksaan Hormonal
Hasil
pemeriksaan hormonal dengan RIA harus selalu dibandingkan dengan nilai normal
masing – masing laboratorium.
Pemeriksaan
FSH berturut – turut untuk memeriksa kenaikan FSH tidak selalu mudah, karena
perbedaan kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali pada tengah – tengah siklus
haid ( walaupun masih kurang nyata dibandingkan dengan puncak LH ). Pada fungsi
ovarium tidak aktif, nilai FSH yang rendah sampai normal menunjukkan kelainan
pada tingkat hipotalamus atau hipofisis. Sedangkan nilai yang tinggi
menunjukkan kelainan primernya pada ovarium.
4.
Sitologi Vaginal Hormonal
Sitologi
vagina hormonal menyelidiki sel – sel yang terlepas dari selaput lendir vagina,
sebagai pengaruh hormon – hormon ovarium (estrogen dan progesteron).
Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak menimbulkan nyeri, sehingga
dapat dilakukan secara berkala pada seluruh siklus haid.
Tujuan
pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah :
a. Memeriksa pengaruh estrogen dengan
mengenal perubahan sitologik yang khas pada fase proliferasi.
b. Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal
gambaran sistologik pada fase luteal lanjut.
c. Menentukan saat ovulasi dengan mengenal
gambaran sitologik ovulasi yang khas.
d. Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada
siklus haid yang tidak berovulasi.
No comments