Pemulusan/Pemurnian Minyak
Proses pemulusan/pemurnian merupakan langkah yang
perlu dilakukan dalam produksi edible oil dan produk berbasis
lemak. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengilangkan pengotor dan komponen
lain yang akan mempengaruhi kualitas dari produk akhir/jadi. Kualitas produk
akhir yang perlu diawasi adalah bau, stabilitas daya simpan, dan warna produk
(Leong, 1992).
Dalam sudut pandang industri, tujuan utama dari
pemulusan/pemurnian adalah untuk merubah minyak kasar/mentah menjadi edible
oil yang berkualitas dengan cara menghilangkan pengotor yang tidak
diinginkan sampai level yang diinginkan dengan cara yang paling efisien. Bahan
yang tidak diinginkan atau pengotor dalam minyak mungkin biogenic misalnya
disintesis oleh tanaman itu sendiri tapi bahan tersebut bisa jadi pengotor yang
diambil oleh tanaman dari lingkungannya (Borner et al., 1999). Pengotor
tersebut mungkin diperoleh selama proses hulu, yaitu ekstraksi, penyimpanan
atau transportasi dari minyak kasar/mentah dari lapang ke pabrik.
Proses pemurnian yang tepat sangat penting
dilakukan dalam rangka untuk memproduksi produk akhir yang berkualitas tinggi
dalam rentang spesifikasi yang telah ditentukan dan sesuai keinginan pelanggan.
Ada 2 tipe dasar teknologi pembersihan yang tersedia untuk minyak:
(i)
Pembersihan secara kimia (alkali)
(ii)
Pembersihan secara fisik
Perbedaan
diantara kedua tipe tersebut didasarkan pada jenis bahan kimia yang digunakan
dan cara penghilangan FFA. Pembersihan secara fisik tampaknya pada prakteknya
menggantikan penggunakan teknik pembersihan menggunakan bahan kimia (alkali)
karena tingginya asam lemak bebas (FFA) pada minyak yang dibersihkan dengan
cara kimia. Proses deasidifikasi (deodorisasi) pada proses
pembersihan secara fisik mampu mengatasi masalah tersebut. Terpisah
dari hal tersebut, menurut literatur, metode ini disarankan karena diketahui
cocok untuk minyak tumbuhan dengan kadar fosfat yang rendah seperti minyak
sawit. Dengan demikian, Pembersihan secara fisik terbukti memiliki efisiensi
yang lebih tinggi, kehilangan yang lebih sedikit (refining factor (RF)
< 1.3), biaya operasi yang lebih rendah, modal yang lebih rendah dan lebih
sedikit bahan untuk ditangani (Yusoff dan Thiagarajan, 1993).
Refining Factor (RF) adalah
parameter yang digunakan untuk memperkirakan berbagai tahap pada proses
pemurnian. Faktor ini tergantung pada hasil produk dan kualitas dari
input dan dihitung yaitu :
RF biasanya dikuantifikasi untuk berbagai tahap dalam proses pemurnian
secara sendiri-sendiri dan pengawasan RF dalam pemurnian biasanya berdasarkan
berat yang dihitung dari pengukuran volumetrik yang disesuaikan dengan
temperatur atau menggunakan accurate cross-checked flow meters (Leong,
1992).
No comments