RANCANGAN Dİ ALAM
Kenyataan
bahwa makhluk hidup memiliki bentuk dengan rancangan sempurna membuktikan bahwa
mereka mustahil pernah terbentuk dengan sendirinya. Rancangan di alam adalah
bukti jelas yang menunjukkan adanya penciptaan.
Apa yang muncul dalam benak anda jika ketika sedang
berjalan di tengah hutan belantara, tiba-
tiba anda menemukan mobil
dengan model terbaru di antara pepohonan? Akankah anda berpikir beragam bahan
baku di dalam hutan tersebut telah berdatangan dengan sendirinya dan saling
bergabung secara kebetulan selama jutaan tahun dan kemudian membentuk mobil
tersebut? Semua bahan baku pembentuk mobil berasal dari besi, plastik, karet,
tanah atau produk sampingnya, tetapi akankah fakta ini membuat anda berpikir
bahwa bahan-bahan ini telah berkumpul menjadi satu “secara kebetulan” dan
dengan sendirinya membentuk sebuah mobil?
Tidak diragukan lagi, manusia berakal sehat akan
meyakini mobil tersebut sebagai hasil suatu rancangan cerdas, dengan kata lain
ini adalah buatan pabrik, dan ia pun akan bertanya-tanya mengapa ada mobil di
tengah hutan. Kemunculan secara tiba-tiba suatu rancangan rumit dalam bentuknya
yang telah lengkap dari sebuah ketiadaan menunjukkan bahwa rancangan ini telah
dibuat oleh sesuatu yang memiliki kecerdasan luar biasa.
Contoh tentang mobil di atas juga berlaku bagi makhluk
hidup. Nyatanya, rancangan pada makhluk hidup terlalu sempurna dibandingkan
dengan yang ada pada mobil. Sel, satuan terkecil pembentuk kehidupan, ternyata
jauh lebih rumit dari produk teknologi buatan manusia. Lebih jauh lagi,
organisme rumit yang tak dapat disederhanakan ini pasti telah terbentuk secara
tiba-tiba dan dalam keadaan telah lengkap.
Karena itu sangatlah jelas, semua makhluk hidup adalah
hasil dari suatu “perancangan” cerdas. Dengan kata lain semua makhluk hidup
diciptakan oleh Allah.
Menghadapi kebenaran yang nyata ini, evolusionis malah berpaling dan
mengambil konsep:”kebetulan”. Dengan mempercayai kebetulan murni dapat
menghasilkan rancangan sempurna, evolusionis telah keluar dari batas akal dan ilmu pengetahuan. Pakar zoologi
terkenal, Pierre Grassé, mantan presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis,
memberikan pernyataannya mengenai logika “kebetulan”, yang menjadi tulang
punggung Darwinisme:
“Kemunculan pada saat yang tepat beragam
mutasi yang memungkinkan hewan dan tumbuhan untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan tampak sulit untuk dapat dipercaya. Namun teori Darwin malah lebih
jauh dari itu: Suatu tumbuhan, seekor hewan membutuhkan beribu-ribu peristiwa
keberuntungan yang tepat. Begitulah, keajaiban menjadi kaidah:
peristiwa-peristiwa dengan kemungkinan teramat kecil tidak boleh gagal
terjadi...Tidak ada hukum yang melarang untuk berkhayal, tetapi ilmu
pengetahuan tidak seharusnya terjerembab ke dalamnya. 12
Grassé
menyimpulkan apa arti konsep “kebetulan” bagi para evolusionis: “...Kebetulan
menjadi semacam mukjizat yang, di balik kedok atheisme, tidak diberi nama
tetapi disembah secara diam-diam”. 13
Post Comment
No comments