Sistem reproduksi Merpati
Pada merpati, fertilisasi terjadi secara internal didalam tubuh betina
sehingga sistem reproduksinya telah terpisah antara jantan dan betina. Pada
merpati yang kami amati mempunyai jenis kelamin betina karena tidak
ditemukannya testis meskipun ovariumnya belum terbentuk dengan baik. Hal ini
dikarenakan merpati yang kami amati belum dewasa secara kelamin yang ditandai
dengan gonad yang belum terbentuk
sempurna.
1 Jantan
Pada hewan jantan, organ reproduksi
primernya terdiri dari dari sepasang testis yang bulat dan berwarna putih. Testes sebelah kanan lebih kecil dari pada
yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur saluran vasdeverensia yang
sejajar dengan ureter ynag berasal dari ginjal. Pada sebagian besar aves
memiliki vesicula seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat kelenjar
sebagai tempat penampungan sementara sperma sebelum dituangkan melalui papil
yang terletak pada cloaka (Anonymous,
2008).
Secara umum, Organ reproduksi merpati jantan terdiri atas:
1.
Testis, berbentuk
oval, warna keputihan, terletak di ventral lobus renis yang paling oranial,
jumlahnya sepasang, pada masa kawin kelamin membesar dan berfungsi sebagai penghasil sperma.
2.
Saluran
reproduksi.
Berikut merupakan saluran-saluran reproduksi
yang ada pada
merpati
jantan.
a. Epididymis, sepasang, kecil, terletak pada sisi dorsal
testis, berupa saluran spermatozoid.
b. Ductus
defferens, juga
sepasang, pada burung muda kelihatan lurus, sedang pada burung tua tampak
berkelak-kelok, berjalan ke caudal menyilang ureter, kemudian bermuara di dalam
cloaca.
c. Mesorchium. Merupakan penggantung
testis, berasal dari derivat peritoneum.
d. Alat kopulasi, alat kopulasi pada
merpati jantan berupa kloaka. Pada waktu kopulasi, maka kloaka kedua jenis
burung saling di tempelkan kuat-kuat,
sehingga sperma yang keluar pada waktu ejakulasi langsung masuk kedalam cloaca
hewan betina, untuk kemudian menuju ke oviduct (Soeseno, 1990).
2 Betina
Merpati
betina tidak mempunyai organ kopulasi secara khusus. Organ reproduksinya
meliputi ovarium yang jumlahnya hanya satu yang terletak sebelah kiri. Ovarium
tersusun dari lapisan serosa dan lapisan otot. Pada ovarium inilah tempat
terbentuknya sel telur. Selain itu oviduct yang terletak disebelah bawah dari
ovarium. Oviduct kanan rudimenter yang ukurannya lebih kecil dari oviduk yang
satunya dan tidak berkembang. Histology dari oviduk adalah tersusun atas
lapisan peritoneal eksternal, otot longitudinal luar, sirkuler dalam, jaringan
pengikat, dan lapisan mukosa. Oviduk dapat mensekresikam albumen pada saat
pembentukan telur. Pada saat masih muda oviduk lurus, makin tua makin
berkelok-kelok. Oviduk bermuara pada kloaka yang merupakan pertemuan antara
organ kopulasi dengan anus.uterus sebenarnya bukan merupakan uterus yang
sebenarnya karena berbeda dengan uterus pada mamalia karena uterus pada merpati
hanya berupa kelenjar kerabang yang berfungsi untuk membentuk kulit telur
(Brotowidjoyo, 1993).
Fertilisasi pada merpati betina merupakan
reproduksi internal artinya bahwa reproduksi terjadi didalam tubuh. Sistemnya
disebut sistem duktus yang berupa saluran yang memiliki diameter hampir seragam
dengan suatu perluasan tunggal unilateral pada kloaka. Merpati merupakan
hewan ovipar yaitu hewan yang berkembang biak dengan bertelur (Jasin. 1984).
Perkawinan pada merpati dilakukan dengan cara
kopulasi. Setelah sperma dan ovum bertemu dan terjadi fertilisasi maka tahap
selanjutnya adalah akan terbentuk telur yang terjadi di oviduk. Tahap pertama
adalah terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang tersusun dari dia tali
mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai kekutub-kutub
telur. Setelah itu ditambahkan putih telur (albumen) disekitar kuning telur.
Setelah itu maka telur akan mendapatkan selaput kerabang pada uterus. Setelah
telur sempurna maka telur akan dikeluarkan melalui kloaka. Telur yang
dikeluarkan tidak langsung menetas, tetapi mengalami masa inkubasi selama 16-18
hari. Burung muda yang baru menetas berada dalam kondisi sangat lemah, disebut
kondisi altrisal. Anak merpati yang
baru menetas sedikit sekali bulu kapasnya. Merpati muda dapat terbang setelah 4
minggu kemudian (Jasin, 1984).
3 Tingkah laku kawin
Merpati betina biasanya lebih kecil dan
tidak terlalu ribut dibandingkan dengan merpati jantan pada saat kawin. Pada proses cooing dan billing,
betina selalu menempatkan paruhnya pada paruh jantan. Ukuran merpati jantan lebih besar dengan
tekstur bulu lebih besar dan bulu leher tebal.
Merpati jantan pada saat bercumbu membuat gerakan melingkar, memekarkan
bulu ekor dan menjatuhkan atau merebahkan sayap (Blakely dan Bade, 1998).
Biasanya, merpati jantan sebelum
perkawinan akan menarik merpati betina dengan cara mendengkur-dengkur dan
mengepak-ngepakkan sayapnya. Bila ada merpati betina yang mendekat maka dia mendengkurnya semakin cepat
dan mengitari sang betina serta menurunkan sayapnya. Pada waktu perkawinan
pejantan menaiki punggung sang betina dan meletakkan kloaka pejantan ke kloaka
betina dan pejantan ejakulasi menyemprotkan sperma, dan sperma tersebut masuk ke
proctodium hewan betina, dan kemudian masuk ke oviduct. Bila sang betina sudah
bertelur maka pejantan ikut mengeraminya dengan cara bergantian dengan sang
betina sampai telur itu menetas. Merpati jantan ikut merawat anaknya sampai
dewasa dan setelah dewasa merpati jantan mengawini merpati betina lagi dan itu
berlangsung terus-menerus sampai akhir hayat, karena merpati jantan dan betina
yang berpasangan akan selalu bersama terus-menerus dan tidak berganti pasangan
(Soeseno, 1990).
4 Perkembangan telur
Merpati
merupakan burung yang bersifat ovovivipar. Pembuahannnya secara internal dalam
tubuh betina. Sel telur dibentuk dalam ovarium. Sel telur tersebut diliputi
oleh kuning telur yang keluar dari ovarium, melalui oviduk menuju ke rahim.
Pembuahan dapat berlangsung pada rahim dan oviduk. Putih telur yang dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar dan berfungsi untuk menyelubungi kuning telur dan
kemudian dibentuk cangkang luar untuk
melindungi telur selama masa pengeraman. Telur tersusun atas beberapa
lapisan yaitu, kulit telur (cangkang) yang terbuat dari zat kapur. Didalamnya
terdapat dua lapis selaput yaitu selaput kulit dan selaput putih telur. Pada
ujung tumpul telur selaput ini membentuk rongga udara. Rongga ini berisi udara
yang dapat keluar masuk dinding kulit yang berpori. Lapisan paling tebal
merupakan lapisan albumen yang berwarna putih bening. Dipusatnya terdapat
kuning telur yang diselubungi oleh selaput kuning telur. Kuning telur
dihubungkan dengan kedua ujung telur oleh tali kuning telur yang didalamnya
terdapat lembaga. Agar perkembangan telur dapat berjalan sempurna, maka telur
perlu dierami. Suhu tubuh dari induk akan membantu pertumbuhan lembaga (embrio)
agar menjadi anak burung. Setelah cukup waktu, maka telur akan menetas dengan
memecah cangkang telur menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas
masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri. Induk merpati
akan mengasuh anak-anaknya hingga mereka sanggup terbang sendiri (Mahardono,
1980).
Thanks atas artikel nya.
ReplyDelete