Breaking News

UNDESENSUS TESTIS

LATAR BELAKANG
Insidens maldesensus testis setelah usia satu tahun adalah 1,8-2%. Pembagian dibuat berdasarkan retensi testis pada abdomen, inguinal atau preskrotal dan ekstopik testis di epifasial, femoral atau penodorsal. Sliding atau testis retraktil merupakan variasi dan kriptorkismus. Sliding testis dengan funikulus spermatikus yang terialu pendek akan kembali ke posisi nonfisiologik saat ditarik ke dalam skrotum dan kemudian dilepaskan. Testis retraktil atau pendulosa dengan hipertrofik otot kremaster dihubungkan dengan retraksi intermiten dari testis yang umumnya orthotopik.
DIAGNOSIS
        Maldesensus testis didiagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan sonografi. Pada pemeriksaan fisik, testis lebih mudah diraba bila penderita pada posisi duduk bersila (crossed-leg). Perlu juga diperhatikan perkembangan kulit skrotum dan hipertrofi testis kontralateral. Sonografi dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat membantu untuk menemukan lokasi testis yang tidak teraba; akurasi MRI adalah 90% untuk testis intraabdomen. Laparoskopi sudah ditetapkan sebagai prosedur diagnostik dan terapeutik jika diduga terdapat retensi abdomen. Pada prosedur ini, posisi testis di abdomen dapat ditemukan dan diletakkan ke skrotum dengan menggunakan teknik sesuai dengan kondisi anatomis. Tes stimulasi human chorionic gonadotrophin (HCG), sebagai bukti adanya jaringan testis yang menghasilkan testosteron, sebaiknya dilakukan sebelum operasi eksplorasi pada testis yang tidak teraba bilateral.

TERAPI
        Tujuan terapi adalah untuk mencapai posisi orthotopik testis pada skrotum sebelum usia dua tahun untuk mencegah terjadinya kerusakan spermatogenesis yang permanen. Terapi hormon (opsional) hanya diberikan untuk testis yang retensi karena terapi ini tidak efektif untuk testis ektopik. Obat yang diberikan adalah suntikan HCG intramuskular (1500 IU/m2 dua kali seminggu selama 4 minggu) atau luteinizing hormone releasing hormone (LHRH) berupa semprotan nasal (400 µg, tiga kali sehari). Kedua metode terbukti efektif pada 20-30% kasus. Penting untuk melakukan follow-up karena dapat terjadi kegagalan setelah beberapa waktu {reascend 10 - 25%)
        Pembedahan orkhidofunikulolisis dan orkhidopeksi merupakan penatalaksanaan pilihan pertama. Testis pendulosa (retraktil) tidak diindikasikan untuk koreksi bedah. Indikasi absolut untuk operasi primer adalah retensi testis setelah gagal terapi hormonal atau setelah operasi di daerah inguinal, ektopik testis dan seluruh maldesensus testis yang disertai dengan kelainan patologis lainnya (hemia dan atau prosesus vaginaiis yang terbuka). Akses inguinal funikulus spermatikus dicapai setelah membuka kanalis inguinalis. Kondisi patologis lain yang berhubungan (seperti prosesus vaginaiis yang terbuka, hemia inguinalis) dikoreksi pada saat yang bersamaan. Setelah funikulus spermatikus dan testis dibebaskan dari jaringan ikat dan serat kremaster telah direseksi, testis diletakkan tension free secara peksi ke dalam skrotum. Jika tidak ditemukan testis atau jaringan funikulus spermatikus pada saat eksplorasi kanalis inguinalis, peritoneum dibuka dan dilakukan orkhido-funikulolisis intraperitoneal. Jika funikulus spermatikus terialu pendek, dapat dilakukan teknik Fowler-Stephens (ligasi dan diseksi pembuiuh darah spermatika). Syaratnya adalah duktus deferens dan pembuluh darah epididimis yang intak; hal ini dapat dites dengan melakukan klem sementara pada arteri testikularis. Pada kasus yang jarang, dapat dipertimbangkan untuk melakukan auto-transplantasi dengan anastomosis bedah mikro pembuluh darah testis dengan pembuluh darah epigastrika

No comments