Pengendalian Hayati (Biological Control)
Pengendalian
hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk
mengendalikan OPT. Musuh alami ini
meliputi predator, parasitoid dan patogen sebagai pengatur dan pengendali
populasi OPT yang efektif karena sifat pengaturannya yang tergantung kepadatan. Artinya peningkatan populasi OPT akan diikuti
oleh peningkatan predator hal ini terlihat dari meningkatnya daya makan per
predator. Peningkatan populasi OPT akan
diimbangi oleh tekanan yang lebih keras dari populasi musuh alami (Untung, 2003
: 169).
Martono
(2005 : 1) dan Untung (2003 : 183) menyatakan dalam praktek pengendalian yang
dilakukan sampai saat ini dapat dikelompokkan 3 kategori :
1.
Introduksi, yaitu memasukkan atau importasi musuh alami
ke suatu lahan atau areal tanaman yang terserang OPT tertentu. Misalnya untuk mengendalikan OPT pada tanaman
padi (di provinsi Gorontalo) yaitu penggerek batang padi telah menggunakan
parsitoid telur Trichogramma sp. yang
diintroduksi dari pulau Jawa.
Berdasarkan laporan petugas pengamat hama ternyata parasitoid ini cocok dan
berhasil menekan perkembangan penggerek batang padi sehingga populasi penggerek
batang padi di areal padi yang telah dilakukan pelepasan dan introduksi
parasitoid menurun. Hal ini cukup
membantu petani dan dari segi keamanan hayati dapat dipertanggungjawabkan. Pengendalian dengan introduksi musuh alami
adalah pengendalian hayati klasik
2.
Augmentasi, yaitu suatu teknik pengendalian dengan
meningkatkan jumlah musuh alami atau pengaruhnya. Hal ini dapat tercapai melalui 2 (dua) cara yaitu, a) melepaskan
sejumlah musuh alami untuk menambah jumlahnya di lapangan (agroekosistem)
sehingga dengan tambahan itu dalam waktu singkat musuh alami akan mampu
menurunkan populasi OPT; b) memodifikasi
agroekosistem sedemikian rupa sehingga jumlah dan efektivitas musuh alami dapat
ditingkatkan.
Pelepasan musuh alami secara teknik augmentasi hampir sama dengan cara
introduksi, bedanya adalah teknik augmentasi yang kita harapkan adalah populasi
hama dalam satu
musim tanam dengan cepat dapat ditekan sehingga tidak merugikan, sedangkan
teknik introduksi bertujuan dalam jangka panjang dapat menurunkan aras
keseimbangan populasi OPT sehingga tetap berada di bawah aras ambang
ekonomi. Teknik augmentasi menggunakan
musuh alami yang sudah berfungsi di ekosistem, sedangkan introduksi menggunakan
musuh alami dari luar ekosistem.
3.
Konservasi Musuh Alami, yaitu suatu teknik untuk
mempertahankan kehidupan musuh alami dengan memanipulasi ekosistem seperti
menyediakan tanaman inang sementara(inang alternatif) bagi herbivora dan musuh
alami.
Keberadaan inang alternatif sangat
penting dalam mendukung kelestarian parasitoid dan predator terutama yang
bersifat polifag dan oligofag (Laba, et al., 2000 : 207). Adanya vegetasi yang tumbuh dipinggiran sawah
sangat berperan dalam menyediakan tempat sebagai inang alternatif bagi predator
dan parasitoid (Herlinda et al., 2000 : 163), dan ini perlu
dipertahankan karena menguntungkan bagi pelestarian musuh alami pada ekosistem
persawahan karena tanaman liar yang tumbuh di dipinggiran sawah tersebut mampu
menyediakan bunga follen, nectar yang dibutuhkan oleh musuh alami.
Ekosistem persawahan yang intensif umumnya adalah monokultur
sehingga kurang memberikan habitat yang sesuai bagi musuh alami karena
terbatasnya nektar dan inang alternatif.
Hal ini dapat diatasi dengan memanfaatkan tepian lahan, pematang yang
ditumbuhi tumbuhan liar sebagai koridor yang berfungsi dalam menyediakan
pollen, nektar yang diperlukan oleh
musuh alami, sehingga berfungsi dalam menekan populasi hama (Buchori dan Sahari, 2000 : 127).
No comments