Pestisida Kimia (insektisida organik sintetik)
Pengendalian
dengan pestisida kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia sintetik
seperti insektisida (membunuh serangga), fungisida (membunuh jamur), herbisida
(membunuh gulma/rumput liar), akarisida (membunuh tungau), nematisida (membunuh
nematoda), rodentisida (membunuh mamalia pengerat) (Wigenasantana, 2001 : 192).
Pestisida
dalam sejarah umat manusia telah memberikan banyak jasa baik dalam bidang
pertanian, kesehatan dan pemukiman. Pada
bidang pertanian pestisida kimia telah berhasil mengendalikan dan menurunkan
populasi OPT dengan cepat sehingga petani sangat tergantung pada pestisida. Di pemukiman adalah untuk mengendalikan
nyamuk penyebab penyakit demam berdarah dan malaria. Cara pengendalian yaitu dengan cara
pengasapan di setiap rumah atau tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat
hidup nyamuk.
Adanya
penemuan insektisida sintetik organik pertama yaitu DDT pada tahun 1940 telah
memacu revolusi pestisida, hal ini mendorong para peneliti untuk mencari
pestisida baru yang lebih ampuh.
Banyaknya penemuan jenis pestisida baru yang berhasil membunuh OPT telah
menyebabkan banyaknya permintaan pestisida, sehingga bisnis dan industri pestisida muncul dimana-mana
(Untung, 2003 : 195; Wigenasantana, 2001 : 193).
Di
Indonesia adanya program nasional BIMAS telah memacu petani menggunakan
pestisida untuk mengendalikan OPT karena keunggulannya yaitu praktis, ampuh
membunuh, mudah diaplikasikan. Tetapi
tanpa disadari akibat pemaparan pestisida secara terus menerus dengan cara
tidak bijaksana telah berakibat kerusakan lingkungan biotik dan abiotik,
munculnya resistensi hama , resurjensi hama , peletusan hama
kedua, selain itu adanya pencemaran perairan oleh residu pestisida.
Pestisida
kimia yang dipasarkan umumnya sudah dalam bentuk formulasi yaitu campuran bahan aktif
teknis, sinergis (bahan penguat yang tidak bersifat racun tetapi apabila
dicampurkan ke bahan aktif akan menambah toksisitas insektisida) dan bahan
pembantu/ajuvan (berfungsi
meningkatkan daya larut/solvent,
sebagai pembawa/diluent dan
penyelimut, menambah daya lekat/stiker,
meningkatkan daya sebar dan pembasahan pada permukaan/ surfaktan, dan memberikan bau harum/deodoran) (Untung, 2003 : 212).
No comments