Faktor Oseanografi
Suhu
Suhu adalah salah satu faktor penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme (Hutabarat dan Evans, 1984). Ikan merupakan hewan yang berdarah dingin yang suhu tubuhnya selalu menyesuaikan dengan suhu sekitarnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memilih range suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara maksimum dan pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya.
Keadaan suhu lingkungan perairan akan menentukan keberadaan suatu organisme di dalam lingkungan tersebut, dimana setiap kelompok organisme mempunyai kesenangan/toleransi yang berbeda-beda. Perubahan suhu 0,5 oC sudah merupakan perubahan yang cukup signifikan bagi ikan.
Penaikan atau penurunan suhu perairan merupakan rangsangan alami untuk mengadakan persiapan beruaya dan jawabannya adalah bentuk ruaya. Ikan yang mengadakan ruaya pada awal musim panas untuk berpijah, sejak awal musim semi dimana suhu perairan sudah mulai sedikit naik, ikan-ikan tersebut sudah mulai melakukan persiapan. Demikian juga yang mengadakan ruaya “overwintering” kalau peralatan yang lainnya sudah terpenuhi, perubahan suhu yang besar merupaka tanda perlu mulai mengadakan ruaya (Effendie, 2002).
Salinitas
Salinitas air laut didefinisikan sebagai jumlah total material padat yang dinyatakan dalam gram yang terdapat dalam satu kilogram air laut, jika semua karbonat telah teroksidir, bromine dan iodine dirubah menjadi kholorine dan semua unsur organik telah teroksidir. Menurut Hutabarat dan Evans (1986), salinitas adalah konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat didalam air laut.
Naik turunnya salinitas disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah up welling dan pengaruh hujan yang turun secara terus menerus dalam jangka waktu beberapa hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hutabarat dan Evans (1986) bahwa salinitas akan turun secara tajam yang disebabkan oleh besarnya curah hujan. Salinitas bersifat lebih stabil di lautan terbuka, walaupun dibeberapa tempat kadang-kadang salinitas menunjukan adanya fluktuasi perubahan.
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran air sungai. Salinitas permukaan air laut sangat erat kaitannya dengan proses penguapan dimana garam-garam akan mengendap atau terkonsentrasi. Daerah-daerah yang mengalami penguapan yang cukup tinggi akan mengakibatkan salinitas tinggi (King dalam Presetiahadi, 1994).
Kedalaman
Kondisi bathymetri memberikan informasi mengenai tingkat kedalaman suatu perairan dan topografi lautnya. Kondisi ini mempunyai hubungan dengan keadaan sirkulasi air misalnya peristiwa pusaran eddy, daerah frontal dan area upwelling yang sangat penting untuk menemukan daerah yang potensial untuk menangkap ikan.
Faktor kedalaman sangat berpengaruh dalam pengamatan dinamika oseanografi dan morfologi pantai seperti kondisi arus, ombak, dan transpor sedimen. Hutabarat dan Evans (1984) mengemukakan bahwa kedalaman berhubungan erat dengan stratifikasi suhu vertikal, penetrasi cahaya, densitas dan kandungan zat-zat hara. Dengan hubungan yang erat tersebut memungkinkan suatu kondisi yang membentuk ciri khas tersendiri dimana ikan-ikan pelagis berkembang habitatnya atau berassosiasi pada jarak kedalaman tertentu.
Arus
Arus merupakan salah satu parameter oseanografi fisika yang digunakan dalam mempelajari sirkulasi dan hidrodinamika dari suatu perairan laut. Arus laut adalah proses pergerakan massa air laut ke arah vertikasl maupun horizontal yang mengakibatkan adanya keseimbangan distribusi massa dan temperatur. Gerakan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor dominan seperti pasang surut, angin, dan perbedaan densitas.
Arus dan perubahannya sangat penting dalam operasi penangkapan, perubahan dalam kelimpahan dan keberadaan ikan (Laevastu dan Hayes, 1981). Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada arus.
Ikan juga ternyata memanfaatkan arus laut untuk melakukan pemijahan, mencari makan ataupun sehubungan dengan proses-proses pengambangannya. Hal ini dapat dilihat pada larva ikan yang hanyut dari areal pemijahan (spawning ground) menuju areal pembesaran (nursery groud) yang berdekatan dengan areal nmakan (feeding area) mereka (Gunarso, 1985).
No comments