Udang karang air tawar
Udang karang air tawar atau yang lebih
dikenal dengan nama lobster air tawar hingga saat ini masih terjaga
popularitasnya. Faktor nilai jualnya yang tinggi menarik negara-negara maju
seperti Australia dan Amerika Serikat untuk mengembangkan budidaya
lobster air tawar secara besar-besaran. Sebagai gambaran, di Australia harga
per kilogram jenis Red Claw ukuran 2,5 - 7 cm mencapai US $ 4, sedang ukuran
10-13 cm sekitar US$20 dan lobster dengan berat 50 gram sampai 150 gram
merupakan ukuran layak konsumsi secara komersial. Kemudian para pembudidaya
perikanan di Indonesia mulai tertarik pada komoditi ini sehingga
mendorong sejumlah peternak ikan di Indonesia untuk mengambil bibit
dari kedua negara tersebut.
Jenis lobster yang berhasil
dibudidayakan di Indonesia, antara lain Cherax quadricarinatus (Red
claw), Cherax tenuimanus (Blue form) dan Procambarus
clarkii. Perdagangan lobster air tawar yang berukuran 3-5 cm cukup marak di
beberapa daerah, antara lain Bogor, Yogya, Jakarta, Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Menurut informasi situs resmi Departemen Kelautan
dan Perikanan RI, di Yogyakarta produksi lobster air tawar mencapai
8000 ekor per bulan sepanjang tahun. Produksi komoditas ini masih kurang
mencukupi kebutuhan pasar sehingga budidaya lobster air tawar memiliki prospek
yang cerah untuk dikembangkan.
Pengembangan budidaya lobster air tawar
di Indonesia terhalang kendala sulitnya menyediakan benih dalam
jumlah dan kualitas yang memadai. Sebagian
besar petani ikan mengimpor benih atau induk dari luar negeri. Dari
permasalahan tersebut, faktor yang masih menjadi masalah dalam mengembangkan
komoditi ini adalah aspek reproduksi dari lobster air tawar.
Secara aspek biologi reproduksi,
lobster air tawar masih menganut pada tingkah laku reproduksinya yang
selaras dengan kondisi asal di Australia yang merunut pada empat musim. Di
habitat asalnya tersebut, lobster air tawar melakukan pemijahan diawali pada
musim semi sampai dengan awal musim panas (Jones, 1990). Hal ini menjadi
masalah apabila kultivan ini hendak dikembangbiakkan di wilayah tropis dengan
dua musim seperti di Indonesia.
Manipulasi atau
modifikasi lingkungan diketahui dapat sebagai faktor penunjang
keberhasilan dalam proses pembenihan. Campur tangan manusia terhadap pemijahan
alami dari ikan yang dibudidayakan dapat membantu meningkatkan
kelangsungan hidup anak-anak ikan. Mengingat lobster air tawar
adalah pemakan segala (omnivora) yang
bersifat oportunis, artinya akan memakan apapun ketika mereka sedang lapar,
termasuk ikan kecil, pellet ikan, kayu, daging dan bahkan
memakan dari jenis mereka sendiri, maka dengan penggunaan shelter sebagai media
pemijahan diharapkan dapat membatasi ruang geraknya untuk memangsa telur dan
larva yang telah mereka hasilkan sendiri. Apabila hal tersebut dapat
dipahami, diharapkan tingkat keberhasilan pemijahan pada induk dan pembenihan
lobster air tawar dapat lebih optimal.
Penelitian ini berkaitan dengan mekanisme manipulasi kondisi lingkungan budidaya lobster air tawar untuk menghasilkan hasil pemijahan berupa benih dengan derajat penetasan dan kelulushidupan yang optimal. Shelter berupa plastik dan kawat jaring digunakan pada penelitian ini dengan dasar pemikiran bahwa kedua bahan tersebut mudah didapatkan oleh para pelaku budidaya lobster air tawar dan relatif murah harganya. Penggunaan shelter merupakan salah satu metoda yang perlu dikaji lebih lanjut mengenai tingkat efektivitas pengaruhnya terhadap dua parameter tersebut.
No comments