Breaking News

Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis


Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman sehingga ukuran tanaman semakin besar. Dan juga menentukan hasil tanaman. Perubahan pertumbuhan tanaman yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, luas daun dan bobot kering tanaman. Pertumbuhan tanaman tidak dipengaruhi interaksi antara waktu aplikasi dan dosis herbisida , kecuali peubah tinggi  tanaman dan diameter batang pada 70 hari setelah tanam. Adanya interaksi antara waktu aplikasi dan dosis glifosat tersebut mengakibatkan adanya peningkatan pertumbuhan tanaman. Waktu aplikasi dan dosis glifosat yang diberikan efektif untuk mengendalikan gulma sehingga dapat menekan daya saing gulma terhadap tanaman jagung manis selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung manis menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Moenandir (1990c), bahwa adanya gulma disekitar tanaman berpengaruh secara kuantitatif dan kualitatif yaitu pertumbuhan tanaman menjadi tertekan dan kecil serta bentuk tanaman menjadi berubah.
Perlakuan waktu aplikasi berpengaruh terhadap luas daun jagung manis. Waktu aplikasi sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan gulma. Pada petak yang mendapat perlakuan aplikasi herbisida 4 msbt dan 3 msbt (A1 dan A2), pada saat tanam gulma sudah tumbuh kembali (regenerasi) sehingga gulma bisa menguasai ruang tumbuh. Seperti halnya tanaman lain, untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal gulma memerlukan ruang tumbuh, cahaya dan unsur hara yang cukup, sehingga menyebabkan persaingan diantara keduanya. Dengan cahaya, air dan unsur hara tanah yang tersedia dalam jumlah terbatas serta persaingan gulma yang cukup kuat maka pertumbuhan jagung manis menjadi terhambat.
Perlakuan dosis glifosat 3 l/ha (B1) hasilnya tidak berbeda nyata dengan dosis 6 l/ha (B3) pada pengamatan 56 hari setelah tanam dan tidak berbeda nyata dengan dosis 4.5 l/ha (B4) pada pengamatan 70 hari setelah tamam. Hal ini disebabkan penggunaan glifosat pada dosis rendah mampu menekan pertumbuhan gulma. Kenyataan ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Subandi dan Manwa (1990) dan Jatmiko (1999), bahwa pemakaian herbisida Polaris 2 l/ha hasilnya tidak berbeda dengan 4 l/ha dan 6 l/ha serta menghasilkan bobot kering gulma lebih ringan, luas daun tanaman lebih besar, bobot kering total tanaman lebih berat, bobot basah tongkol lebih berat bila dibandingkan dengan pengolahan tanah konvensional. Efektifitas pengendalian gulma dengan herbisida dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ; stadia tumbuh gulma, kerapatan gulma, jenis gulma, dll.
Pertumbuhan yang baik bisa mengakumulasi hasil fotosistesis dengan baik pula. Peningkatan tinggi tanaman, diameter batang dan luas daun memberikan dampak yang besar bagi kenaikan bobot kering tanaman jagung manis. Peningkatan bobot kering tanaman jagung manis memberikan petunjuk bahwa tanaman jagung manis yang ditumbuhkan dalam kondisi lahan yang tidak ditumbuhi banyak gulma dapat mengakumulasi lebih banyak fotosintat. Hal ini terjadi pada perlakuan waktu aplikasi lebih efektif menekan pertumbuhan gulma bila dibandingkan dengan dosis herbisida.

No comments