Pseudomonas fluorescens
Pseudomonas fluorescens merupakan mikrobial antagonis yang penting dalam pengendalian biologi
patogen tanaman karena bakteri tersebut memiliki kelebihan yaitu mempunyai
pertumbuhan yang lebih cepat, menghasilkan antibiotik serta mampu menggunakan
substrat yang berbeda-beda dibandingkan kelompok bakteri patogen (Baker and
Cook, 1974 dalam Aspiras dan Angela 1985).
Klasifikasi P.fluorescens:
Kingdom : Prokaryota
Divisio : Bakteri
Kelas : Scizomycetes
Ordo : Eubakteriales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : fluorescens
Bakteri Pseudomonas fluorescens berbentuk batang, berukuran 0,7 – 0,8 nm sampai 2,3 – 2,8 nm. Selama pertumbuhan eksponensial, bereaksi gram negatif, bergerak dengan flagella dan menghasilkan pigmen fluorescens yang selanjutnya diketahui adalah siderofor. Spesies Pseudomonas dari golongan fluorescens mempunyai kemampuan untuk menghasilkan pigmen warna kuning sampai hijau atau kadang-kadang biru pada media king’s B. Kemampuan untuk menghasilkan pigmen berwarna hijau merupakan salah satu kriteria yang dipakai oleh para ahli mikrobiologi dalam memilih Pseudomonas yang bermanfaat, karena pigmen tersebut biasanya dikeluarkan oleh spesies-spesies Pseudomonas yang menghasilkan antibiotik (Anas 1989)
Banyak dari jenis Pseudomonas yang berpotensi untuk menekan
penyakit tanaman dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, seperti P. fluorescens
sehingga dapat digunakan sebagi agens pengendali hayati beberapa jenis
penyakit. P. fluorescens mampu mengklon dan beradaptasi dengan baik pada akar
tanaman serta menggunakan eksudat akar untuk mensintesis metabolit yang mampu
mnghambat pertumbuhan dan aktifitas pathogen atau memicu ketahanan sistemik
dari tanaman terhadap patogen (Anas 1989).
Siderofor sebagai senyawa fungistatik yang dihasilkan oleh P.
fluorescens merupakan senyawa yang dapat larut dalam air. Siderofor tersebut
selain berfungsi sebagai antibiotic juga dapat berfungsi sebagai pembawa ion
Fe(III). Produksi antibiotic dan
siderofor dari P. fluorescens sangat dipengaruhi oleh temperatur, komposisi
medium, ketersediaan oksigen, Ketersediaan nutrisi yang lengkap, karbon, dan
ketersediaan glukosa. Mekanisme kerja siderofor terjadi melalui perkembangan
yang cepat dari bakteri yang mengkolonisasi akar tanaman dan memindahkan besi
di daerah permukaan serta terciptanya kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan
akar dan tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba rhizoplant (Anas 1989).
Komposisi kimia
beras berbeda-beda bergantung pada varietas dan cara pengolahannya. Selain
sebagai sumber energi dan protein, beras juga mengandung berbagai unsur mineral
dan vitamin. Sebagian besar karbohidrat beras adalah pati (85-90%) dan sebagian
kecil adalah pentosan,selulosa, hemiselulosa, dan gula. Dengan demikian,
sifat fisikokimia beras terutama ditentukan oleh sifat fisikokimia patinya. Protein
adalah komponen kedua terbesar dari beras setelah pati. Sebagian besar (80%)
protein beras merupakan fraksi yang tidak larut dalam air yang disebut protein glutein.
Sebagai bahan makanan pokok di Indonesia, beras menyumbang sedikitnya 45%
protein dalam komposisi gizi masyarakat. Beras pecah kulit rata-rata mengandung
8% protein, sedangkan beras giling mengandung 7% protein. Dibandingkan dengan
biji-bijian lainnya, kualitas protein beras lebih baik karena mengandung lisin-nya
lebih tinggi. Lisin tetap merupakan asam amino pembatas yang utama dalam
beras meskipun jumlahnya sedikit. (http://www.hortikultura.litbang.deptan.go.id).
Kandungan lemak
beras pecah kulit adalah 1,9%, sedangkan pada beras giling hanya 0,7%. Dengan
kata lain, sekitar 80% lemak terdapat dalam dedak dan bekatul yang terpisah dari
beras giling saat penyosohan. Beras pecah kulit mengandung vitamin lebih besar
daripada beras giling. Vitamin terkonsentrasi pada lapisan bekatul dan lembaga.
Penyosohan menurunkan dengan drastis kadar vitamin B kompleks sampai 50% atau
lebih (http://www.hortikultura.litbang.deptan.go.id).
Beras mengandung
vitamin C atau D dalam jumlah yang sangat kecil atau tidak sama sekali. Beras
memenuhi syarat menjadi makanan pokok jika dilihat dari zat gizi yang
dikandungnya. Hidrat arang atau karbohidrat adalah komposisi zat gizi yang
dominan yang terdapat pada beras dan beberapa makanan pokok lainnya. Pada beras
pecah kulit, kandungan itu mencapai 76%. Yang juga tidak kalah penting adalah
kandungan putih telur (protein). Pada beras pecah kulit kandungan tersebut
mencapai 8%. Kebiasaan para ibu-ibu rumah tangga mencuci beras tujuannya adalah
membersihkan beras dari kotoran. Namun yang mengejutkan adalah pencucian
tersebut dilakukan sampai benar-benar "bersih" (pencucian dilakukan
sampai air cucian beras berwarna putih susu, termasuk juga protein dan vitamin
B yang banyak terdapat pada pericarpus dan aleuron yang ikut terkikis
Karat putih pada
krisan disebabkan oleh karat microcyclic jamur
(Puccinia horiana) meningkat sejak
tahun 1990 di Amerika Serikat. Karat putih pada krisan telah banyak ditemukan pada
beberapa krisan operasi rumah kaca di Pasific Northwest. Karat ini hanya
menginfeksi krisan dan mengakibatkan kerugian di rumah kaca karena menyebabkan
kehilangan hasil dan seluruh pertanaman krisan hancur. Klasifikasi Puccinia horiana:
Kingdom:Fungi
Phylum:Basidiomycota
Class:Urediniomycetes
Order:Uredinales
Family:Pucciniaceae
Genus:Puccinia
Species: P. horiana
Phylum:Basidiomycota
Class:Urediniomycetes
Order:Uredinales
Family:Pucciniaceae
Genus:Puccinia
Species: P. horiana
( Leonard
dan Szabo2005)
No comments