Perbaikan Mutu Genetik Tanaman Perlu Perhatian
Perbaikan
mutu genetik tenaman merupakan salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian
dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian di tengah kondisi ancaman
krisis pangan Indonesia saat ini.
Menurut, Maftuchah dari Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang, meski peran pemuliaan tradisional untuk menghasilkan berbagai varietas unggul telah terbukti, namun dalam pelaksanaannya, teknik pemuliaan tradisional ini seringkali masih dihadapkan pada berbagai kendala.
"Untuk mengatasi kendala tersebutlah makanya sangat diperlukan suatu alternatif tekonologi baru," ungkap Maffutach pada acara Seminar Nasional bertajuk "Aplikasi Bioteknologi dalam Pengembangan Pertanian Berbasis Agribisnis", di gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin Makassar, sabtu.
Menurutnya, penerapan teknologi bioteknologi di bidang pertanian, khususnya dengan penerapan bioteknologi rekayasa genetika, memungkinkan peneliti untuk melakukan perbaikan mutu geneitk tanaman, yang tidak memungkinkan dilaksanakan melalui penerapan teknik pemuliaan tradisonal.
Dijelaskan Maftchah, bahwa istilah bioteknologi mulai dipergunakan sejak tahun 1970-an, yang tidak muncul secara mandiri namun berkembang dari serangkaian teknologi. "Bioteknologi merupakan suatu teknologi yang memamfaatkan sistem biologi, organisme hidup atau turunannya untuk membuat, memodifikasi produk-produk atau proses-proses untuk kegunaan yang spesifik," jelasnya.
Penerapan bioteknologi ini mencakup teknik DNA rekombian, rekayasa genetik, manipulasi dan transfer embrio serta rekayasa berbagai proses biologis.Penggunaan bioteknologi ini dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian, menurut Maftuchah, dikarenakan kenyataan sekarang yang menunjukan bahwa keberlanjutan sistem produksi pertanian tidak lagi semata-mata tergantung pada ketersediaan sumber daya alam saja, namun juga pada penerapan teknologi yang tepat.
Tuntutan Indonesia dalam penerapan bioteknologi ini dinilai sebagai sesuatu yang mendesak untuk segera dilakukan karena menurut hasil kajian JICA, pada tahun 2020 nanti, Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit pangan hingga mencapai 9,7 juta ton beras bila tidak segera dilakukan suatu upaya peningkatan secara nyata.
"Kenyataannya sekarang, bahwa meski Indonesia merupakan negara yang menitikberatkan pada sektor pertanian, namun hingga kini untuk mencapai kebutuhan pangan nasional masih perlu mengimpor beras," ungkapnya. Selanjutnya dijelaskan Maftuchah, bahwa penggunaan bioteknologi ini tidak akan mengurangi peran pemuliaan secara tradisional seperti yang dilakukan selama ini, tapi akan saling melengkapi dalam rangka mendukung perkembangan program pemuliaan sebagai upaya perbaikan mutu genetik tanaman.
Menurut, Maftuchah dari Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang, meski peran pemuliaan tradisional untuk menghasilkan berbagai varietas unggul telah terbukti, namun dalam pelaksanaannya, teknik pemuliaan tradisional ini seringkali masih dihadapkan pada berbagai kendala.
"Untuk mengatasi kendala tersebutlah makanya sangat diperlukan suatu alternatif tekonologi baru," ungkap Maffutach pada acara Seminar Nasional bertajuk "Aplikasi Bioteknologi dalam Pengembangan Pertanian Berbasis Agribisnis", di gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin Makassar, sabtu.
Menurutnya, penerapan teknologi bioteknologi di bidang pertanian, khususnya dengan penerapan bioteknologi rekayasa genetika, memungkinkan peneliti untuk melakukan perbaikan mutu geneitk tanaman, yang tidak memungkinkan dilaksanakan melalui penerapan teknik pemuliaan tradisonal.
Dijelaskan Maftchah, bahwa istilah bioteknologi mulai dipergunakan sejak tahun 1970-an, yang tidak muncul secara mandiri namun berkembang dari serangkaian teknologi. "Bioteknologi merupakan suatu teknologi yang memamfaatkan sistem biologi, organisme hidup atau turunannya untuk membuat, memodifikasi produk-produk atau proses-proses untuk kegunaan yang spesifik," jelasnya.
Penerapan bioteknologi ini mencakup teknik DNA rekombian, rekayasa genetik, manipulasi dan transfer embrio serta rekayasa berbagai proses biologis.Penggunaan bioteknologi ini dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian, menurut Maftuchah, dikarenakan kenyataan sekarang yang menunjukan bahwa keberlanjutan sistem produksi pertanian tidak lagi semata-mata tergantung pada ketersediaan sumber daya alam saja, namun juga pada penerapan teknologi yang tepat.
Tuntutan Indonesia dalam penerapan bioteknologi ini dinilai sebagai sesuatu yang mendesak untuk segera dilakukan karena menurut hasil kajian JICA, pada tahun 2020 nanti, Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit pangan hingga mencapai 9,7 juta ton beras bila tidak segera dilakukan suatu upaya peningkatan secara nyata.
"Kenyataannya sekarang, bahwa meski Indonesia merupakan negara yang menitikberatkan pada sektor pertanian, namun hingga kini untuk mencapai kebutuhan pangan nasional masih perlu mengimpor beras," ungkapnya. Selanjutnya dijelaskan Maftuchah, bahwa penggunaan bioteknologi ini tidak akan mengurangi peran pemuliaan secara tradisional seperti yang dilakukan selama ini, tapi akan saling melengkapi dalam rangka mendukung perkembangan program pemuliaan sebagai upaya perbaikan mutu genetik tanaman.
No comments