Penyimpangan Jumlah Kromosom
Pada manusia penyimpangan dalam perubahan
jumlah kromosom dapat melibatkan seluruh perangkat, suatu kondisi yang disebut
euploidi (diterapkan bagi organisme yang jumlah kromosomnya merupakan kelipatan
suatu angka dasar (n) ), dan aneuploidi yang melibatkan kromosom-kromosom
individual dinyatakan dengan akhiran –somi. Jadi, jika ada tambahan (ekstra)
kromosom 21 disebut trisomi 21. Suatu individual yang mempunyai hanya satu dan
tidak sepasang kromosom 21 adalah monosomis (Anna, 1992).
Perubahan jumlah kromosom umumnya di sebabkan
nondisjungsi (tidak dapat terpisah) suatu pasangan homolog dengan akibat bahwa
satu sel akan mendapatkan kedua kromosom homolog itu dan sel lain tidak mendapatkan
sama sekali. Kelainan akibat perubahan jumlah kromosom ini antara lain sebagai
berikut:
1 Down Syndrome
Kelainan ini disebut dengan menggunakan nama
Langdon-Down, yang disebabkan oleh adanya autosom kecil. Yang mula-mula
memeriksa kondisi ini pada tahun 1866 dan meskipun kadang-kadang masih disebut
mongolisma karena penderita bermata sipit dan muka sedikit rata. Ciri-ciri
lainya yaitu retardasi mental, IQ: 25-50, jarak mata lebar (hipertelorisme),
hidung datar dengan pangkal pipi, tangan/jari pendek, terdapat simian crease.
Ada kelainan jantung. Kelainan down nyndrome (trisomo 21) ini terletak adanya
kelainan pada autosom (Anna, 1992).
Pada sindrom down ini terjadi tambahan
kromosom 21 yang disebut trisomi (2n+1). Dimana individu diploid mempunyai kelebihan
sebuah kromosom tunggal. Penderita down syndrome dapat laki-laki atau perempuan
dengan formula kromosom penderita
- Perempuan
= 22AXX,+21 atau 47,XX,+21
- Laki-laki =22AXXY,+21 atau 47,XY,+21 (Cyril, 1996).
2 Patau Syndrome
Penderita
kelainan patau syndrome ini memiliki ciri-ciri fenotipe yaitu bibir
sumbing/bercelah, malformasi system saraf pusat (retardasi mental berat),
retardasi pertumbuhan, low set ears, memiliki garis simian, kelainan jantung
bawaan. Patau Syndrome ini yerjadi karena adanya trisomi pada autosom 13,
dengan formula (47,XX/XY+13) (Cyril, 1996).
3 Edward Syndrome (47,XX/XY+18)
Penderita kelainan Edward syndrome memiliki
ciri-ciri fenotipe yaitu dagu kecil dan mulut segitiga, low set ears, daya
hidup rendah, maksimal 2 bulan, matformasi congenital multi organ. Sering
dijumpai pada jaringan abortus (Cyril, 1996).
4 Sindrome Klinefelter (47,XXY)
Penderita ini tampak dan berperilaku seperti
laki-laki, dan sangat mungkin sebagian kasus bahkan melewati kehidupan konsultasi
ke dokter, tetapi mereka sama sekali tak subur. Meskipun mereka dapat ereksi
dan terjadi ejakulasi, spermatozoa tak pernah ada dan cairan berasal dari
prostat dan kelenjar pelengkap. Beberapa penderita kawin dan penyempurnaan
perkawinan dapat dikenakan secara legal. Penderita memiliki testis kecil, dan
badan seringkali tinggi dan kurus serta memiliki suara bernada tinggi. Mungkin
mereka memiliki perkembangan jaringan susu abnormal dan sering hanya karena ini
mereka dating ke dokter. Disamping ini dapat terjadi gangguan mental, meskipun
banyak penderita memiliki inteligensia normal (Cyril, 1996).
Individual penderita sindroma klinefelter
mempunyai 47 kromosom, termasuk satu kromosom Y dan dua kromosom X. Mereka pada
umunya tinggi-tinggi, tangan dan kaki yang luar biasa panjang, steril karena
gonad-gonad tidak berkembang dan cenderung ke arah pengembangan payudara (Anna,
1992).
No comments