TANAMAN OBAT RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus)
Rumput teki mempunyai
berbagai nama yaitu teki, tekan, motta (Jawa), rukut teki wuta (Maluku),
karehawai (Nusa Tenggara), rukut teki wuta, bulili manggasa buai (Sulawesi),
xiang lu (Cina). Adapun nama ilmiah rumput teki Cyperus rotundus L. dan nama-nama sinonimnya antara lain C. cuevatus Lianos; C. hexastochyus Rottb; C.
leptostachyu Griff; C. madicans. Fl. Graec.; C. odoratus osbeck; C. tenuiflorus Royle.
Rumput semu menahun,
tapi bukan termasuk keluarga rumput-rumputan (Graminae) dapat mencapai tinggi
10 cm; Rimpang (rhizome) berumbi, batang bentuk segitiga. Daun 4-10 berjejal
pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup di bawah tanah, berwarna
coklat kemerahan, helaian daun berbentuk garis dengan permukaan atas berwarna
hijau tua mengkilat, ujung daun meruncing, lebar helaian 2-6 mm, panjang 10-60
kali lebar. Bunga berbentuk bulir majemuk, anak bulir terkumpul menjadi bulir
yang pendek dan tipis, ber kelamin dua. Daun pembalut 3-4, tepi kasar, tidak
merata. Sekam dengan punggung hijau dan sisi coklat, panjang kurang lebih 3 mm.
Benang sari 3, kepala sari kuning cerah. Tangkai putik bercabang 3. Buah
memanjang sampai bulat telur terbalik, bersegi tiga coklat, panjang 1,5 mm (Sudarsono
et al., 1996).
Tumbuh di dataran
rendah sampai dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut; banyak tumbuh
liar di Afrika Selatan, Korea, Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Indonesia dan
kawasan Asia Tenggara pada umumnya. Tumbuh di lahan pertanian yang tidak
terlalu kering (tanahnya tidak berbencah-bencah), di ladang, kebun. Umbi
sebesar kelingking bulat atau lonjong, berkerut dan berlekuk, agak berduri
rasanya, bila diraba. Bagian luar umbi berwarna coklat dan bagian dalam
berwarna putih, berbau seperti rempah-rempah, berasa agak pahit.
Klasifikasi (Anonim,
2000):
Divisi : Spermatophyta
Sub
Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Cyperales
Suku : Cyperaceae
Marga : Cyperus
Jenis : Cyperus rotundus L.
Siklus Hidup
Rumput teki hidup
secara koloni, berupa herba, merupakan tanaman perennial/tahunan, dengan akar
berserat yang biasanya tumbuh 7-40 cm dan mereproduksi secara luas oleh rimpang
dan umbi-umbian. Para rimpang pada awalnya putih dan berdaging dengan daun
bersisik dan kemudian menjadi berserat, liat, dan sangat gelap coklat dengan
usia. Rumput teki berbunga pada waktu Januari-Desember.
Pembentukan umbi
dimulai dalam 17 hari setelah munculnya tunas. Hal ini diikuti dengan
pembentukan rantai 10 minggu setelah munculnya tunas. Pembentukan umbi pada
rumput teki mungkin merupakan respon terhadap kelebihan karbohidrat, diatur
oleh zat pertumbuhan, fotoperiodik dan suhu. Sebuah umbi teki tunggal dapat
menghasilkan 100 umbi ketika dibiarkan tumbuh selama 12 minggu. Umbi berdormansi
di dalam tanah sampai dirangsang untuk tumbuh. Akar memancar dari rimpang
horizontal seperti yang tumbuh ke arah permukaan tanah. Ujung rimpang di
permukaan tanah terkena sinar matahari dan fluktuasi suhu diurnal yang
merupakan faktor utama yang merangsang pembentukan basal pada rimpang di bawah
permukaan tanah. Induk umbi tetap melekat pada tanaman sepanjang musim, dan
tanaman dapat berasal makanan dari umbi pada saat stres .
Beberapa minggu setelah
muncul tunas primer, rimpang sekunder horizontal muncul dari basal. Tanaman
berbunga sekitar bulan Januari-Desember.
Pada umumnya yang
digunakan sebagai bahan obat adalah bagian umbi yang telah dibersihkan dari
serabut yang melekat. Dalam keadaan segar, umbi dimemarkan dan dibubuhkan ke
dalam minuman sebagai obat busung air, kencing batu. Air rebusan umbi umumnya
digunakan sebagai pengatur haid, menyembuhkan keputihan juga bersifat sebagai
penenang, antispasmodik, melunakkan feses dan mempercepat pembekuan darah pada
luka baru. Oleh masyarakat Indian umbi segar digunakan sebagai pilis perangsang
ASI, sementara di Vietnam dipakai untuk menghentikan perdarahan rahim. Umbi
yang diramu bersama daun Centella
asiatica (pegagan) dan umbi Imperata
cylindrical (alang-alang) digunakan sebagai diuretikum kuat (untuk
melancarkan buang air kecil). Tepung umbi sering digunakan oleh masyarakat
Tripoli sebagai bedak dingin dengan aroma yang khas menyegarkan (sedikit berbau
mentol, dan karena baunya yang khas, juga sering digunakan sebagai pencuci
mulut), ternyata bau tersebut juga berefek sebagai pengusir serangga dan
nyamuk, hingga sering dipakai sebagai bedak anti nyamuk. Untuk pemakaian luar,
umbi digiling menjadi bubuk, lalu ditaburkan ke tempat sakit atau dijadikan
saleb, ataupun juga diiris tipis-tipis dan ditempelkan ke tempat yang sakit. Untuk
mengatasi busung, kembung atau bengkak bisa dipakai 3 jari rimpang teki yang
telah dicuci bersih dan digiling halus, kemudian diseduh dengan setengah gelas
air panas, biarkan agak mendingin, setelah kira-kira suhunya suam‑suam kuku
airnya diambil, lalu diminum, boleh diberi gula batu atau bersama dengan madu.
Umbi yang telah direbus berasa manis, sering dipipihkan untuk dibuat emping,
setelah digoreng dikenal dengan sebutan “emping teki”(Anonim, 2010).
No comments