Elektroforesis DNA
DNA adalah
molekul utama yang mengkode semua informasi yang dibutuhkan untuk proses
metabolisme dalam organisme. DNA ini tersusun atas 3 komponen utama yaitu gula
deoksiribosa, basa nitrogen, dan fosfat yang tergabung membentuk nukleotida.
DNA terdapat di dalam setiap sel makhluk hidup yang sangat berperan penting
sebagai pembawa informasi hereditas yang menentukan stuktur protein dan proses
metabolisme lain.
Lamdji
(1998, dalam wahyuni: 2009) mengatakan bahwa penelitian
keragaman genetik tanaman buah merupakan salah satu kegiatan penting untuk
mendukung pemuliaan tanaman. Perbedaan tanaman dapat dideteksi melalui beberapa
penanda, antara lain dengan pola pita DNA. Dalam Wahyuni (2009), Nicholl (1993)
dan Surzycki (2000) pun menyatakan ada
tiga langkah utama dalam ekstraksi DNA, yaitu perusakan dinding sel (lisis),
pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta pemurnian DNA.
Meskipun
isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis
atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini dikarenakan
adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang dapat
menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi DNA dilakukan dengan sample buah, maka
kadar air pada masing-masing buah berbeda, dapat memberi hasil yang
berbeda-beda pula. Semakin tinggi kadar air, maka sel yang terlarut di dalam
ekstrak akan semakin sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan
sedikit.
Untuk mendeteksi potongan-potongan
DNA berupa bands-DNA pada gel agarose digunakan pewarna yang mengandung
fluoresen dengan konsentrasi rendah, seperti intercalating agent ethidium
bromide (EtBr). Hanya sedikit DNA ± 1ng dapat dideteksi secara langsung dengan
cara gel diletakkan pada media UV-transilluminator
(Fatchiyah,2006).
Fachiyah
(2006) pun mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi Elektroforesis migration rate selama DNA
bergerak menembus gel agarose, sebagai berikut:
1. Ukuran molekul DNA
Molekul yang lebih
besar akan bergerak lebih lambat, missal DNA linier lebih cepat dibanding DNA
sirkuler. Jarak migrasi molekul DNA pada gel adalah laju terbalik
proporsional log-10 dari jumlah pasangan
basa.
2. Konsentrasi gel agarose
Fragmen DNA yang
bervariasi ukuran molekulnya akan berberak sesuai dengan konsentrasi dari gel
agarose yang digunakan. Rumusnya adalah: logm=logmo-KrT dimana mo adalah free electrophoresis mobility, Kr
adalah retardation coefficient, dan T
adalah gel konsentrasi serta m adalah electrophoretic mobility DNA.
Tabel 1. konsentrasi gel
agarose dan ukuran molekul DNA
No
|
Konsentrasi Gel Agarose (%)
|
Effisiensi range Pemisahan pada DNA linier (kb)
|
1
|
0.3
|
60-5
|
2
|
0.6
|
20-1
|
3
|
0.7
|
10-0.8
|
4
|
0.9
|
7-0.5
|
5
|
1.2
|
6-0.4
|
6
|
1.5
|
4-0.2
|
7
|
2.0
|
3-0.1
|
3. Konformasi DNA
Laju migrasi juga
tergantung pada bentuk/konformasi DNA, kita tahu bahwa ada 3 macam bentuk DNA
yaitu super-helix circular (I), circular-opened (II), dan linier (III).
Meskipun ketiga bentuk itu mempunyai berat yang sama tetapi laju migrasi pada
gel elektroforesis berbeda. Perbedaan laju migrasi ini karena:
·
konsentrasi gel agarose
·
kekuatan arus listrik dan ionik buffer yang
digunakan
·
densitas kembaran superheliks pada bentuk I
·
pada beberapa kondisi bentuk I lebih cepat
dibanding bentuk III
·
tergantung juga kenaikan kuantitas EtBr:
konsentrasi EtBr meningkat, pengikatan DNA meningkat pula sehingga mobilitas
meningkat tajam, contoh untuk bentuk I
·
konsentrasi EtBr kritis antara 0.1mg/ml-0.5ml/mg
- Penggunaan Voltage dan arah dari bidang elektris
Voltage rendah
menyebabkan laju migrasi DNA linier proporsional. Idealnya untuk DNA ± 2kb pada gel agarose
bergerak ± 5v/cm. Arah dari bidang
elektris konstans untuk DNA 50-100kb bergerak dengan laju yang sama, akan
berubah secara periodik sesuai kecepatan pergerakan DNA akan berubah juga.
- Komposisi
basa DNA atau temperature
Baik komposisi basa
maupun temperature tidak begitu berpengaruh, mobilitas DNA stabil pada temp.
4-30°C. Dan elektroforesis gel agarose dilakukan pada suhu kamar
- Keberadaan
pewarna DNA
Iintercalating agent ethidium bromide (EtBr) adalah pewarna
fluoresen untuk deteksi asam nukleat, EtBr ini akan mengikat pada sela-sela
pasangan basa DNA. EtBr dapat mengurangi mobilitas DNA linier sampai 15%. Hanya
sedikit DNA ± 1ng dapat dideteksi secara langsung dengan cara gel diletakkan pada
media UV-transilluminator. EtBr dapat digunakan untuk mendeteksi single- atau
double-stranded asam nukleat (DNA atau RNA). Meskipun, affinity dari EtBr-dye
ini untuk single-stranded asam nukleat relative rendah dan pendaran fluorensen
minimum. PERHATIAN! EtBr ini powerful mutagen, pengguna harus selalu
memakai sarung tangan pada saat bekerja, dan lindungi mata anda dengan kaca
pelindung pada saat mengamati di atas UV-transilluminator.
- Komposisi
buffer elektroforesis
Buffer
elektroforesis yang digunakan harus sesuai dengan pelarut yang digunakan untuk
pembuatan gel agarose. Missal:
· Tris-acetate; umum dipakai untuk preparative,
kemampuannya paling rendah, tetapi efektif untuk isolasi DNA dari gel agarose baik
elektroelusi maupun gel ekstraksi.
· Tris-borat; resolusi cukup baik, tapi untuk
mengisolasi kembali DNA dari agarose kurang effektif, karena ada interaksi
dengan agarose.
sampel diambil dari sampel
molekul DNA yang telah dilarutkan dalam
TE sebanyak 30 mikroliter dan telah disimpan pada suhu 4˚C selama 24 jam. Lalu penambahan Loading dye ke dalam sampel dengan perbandingan 5 bagian
sampel DNA dan 2 bagian loading dye.
Dalam proses
elektroforesis, sampel molekul DNA ditempatkan ke dalam sumur (well)
pada gel yang ditempatkan di dalam larutan penyangga, kemudian dialirkan listrik dengan
kutub yang terpisah satu sisi dengan sisi lainnya. Molekul-molekul sampel
tersebut akan bergerak di dalam matriks gel ke arah salah satu kutub listrik sesuai dengan muatannya.
Dalam hal asam nukleat, arah pergerakan adalah menuju elektroda
positif, disebabkan oleh muatan negatif alami pada rangka gula-fosfat yang
dimilikinya. Untuk menjaga agar laju perpindahan asam nukleat benar-benar hanya
berdasarkan ukuran (yaitu panjangnya), zat seperti natrium hidroksida atau formamida digunakan untuk menjaga agar asam nukleat
berbentuk lurus. Sementara itu, protein didenaturasi dengan deterjen (misalnya natrium dodesil sulfat, SDS) untuk
membuat protein tersebut berbentuk linear dan bermuatan negatif pada sisi
luarnya sehingga pada saat dielektroforesis akan menuju ke kutub positif secara
seragam. Setelah proses elektroforesis selesai, dilakukan proses pewarnaan (staining)
agar molekul sampel yang telah terpisah dapat dideteksi. Dalam praktikum ini
kami menggunakan Etidium bromida sebagai zat pewarnanya,. Etium
bromida akan berinteraksi dengan basa dari molekul DNA dan akan memberikan
warna orange fluoresance yang dapat
dilihat di bawah sinar ultraviolet.
Ketika dilihat
di bawah sinar ultraviolet akan terlihat pita-pita (band) pada
lajur-lajur (lane) yang berbeda pada gel; satu lajur merupakan arah
pergerakan sampel dari sumur gel. Pita-pita yang berjarak sama dari sumur gel
pada akhir elektroforesis mengandung molekul-molekul yang bergerak di dalam gel
selama elektroforesis dengan kecepatan yang sama, yang berarti bahwa
molekul-molekul tersebut berukuran sama. Penanda
(marker) yang merupakan campuran molekul dengan ukuran berbeda-beda
dapat digunakan untuk menentukan ukuran molekul dalam pita sampel dengan
meng-elektroforesis penanda tersebut pada lajur di gel yang paralel dengan
sampel. Pita-pita pada lajur marker tersebut dapat dibandingkan dengan pita
sampel untuk menentukan ukurannya. Jarak pita dari sumur gel berbanding
terbalik terhadap logaritma ukuran molekul. Dalam Hasil pengamatan terlihat
bahwa terdapat fragmen DNA yang terlihat terurai dan tidak terurai. Semakin
sedikit DNA yang terurai, maka semakin baik hasil elektroforesis DNA nya.
No comments