Breaking News

Kondom

Kondom adalah salah satu bentuk dari alat kontrasepsi yaitu alat pencegah kehamilan hingga berfungsi sebagai alat pelindung tubuh dari berbagai macam penyakit menular seksual bahkan dapat mencegah tertularnya HIV.
Pembagian kondom, termasuk di dalamnya membuat atm kondom, telah menjadi kontroversi di tanah air. Pada satu sisi, hal itu disambut hangat bagi yang peduli terhadap penyebaran virus HIV/AIDS. Tetapi di sisi lain, masyarakat Indonesia secara keseluruhan belum dapat menerima bahwa hal itu dapat mencegah penyakit dan virus HIV seperti yang diberitakan selama ini. Banyak masyarakat Indonesia, yang malah mempersepsikan kegiatan tersebut sebagai legalisasi kegiatan seks bebas. Padahal tanpa kegiatan itu pun seks bebas akan terus dan tetap terjadi bahkan semakin marak dan menambah jumlah angka prevalensi penyakit menular seksual dan penyebaran virus HIV. Dengan pemakaian kondom pun dapat menurunkan angka aborsi dari kehamilan yang tidak direncanakan yang sudah mencapai angka tiga juta tiap tahunnya dan hal tersebut akan menurunkan angka kematian ibu.
Prasangka yang terjadi di masyarakat Indonesia selama ini terjadi karena kultur dan norma-norma bangsa Indonesia yang masih menganggap hal-hal seperti itu tabu untuk dibicarakan apalagi untuk di gaungkan secara besar-besaran. Apalagi banyak berita yng menginformasikan bahwa pemakaian kondom tidak berpengaruh apa-apa terhadap pencegahan kehamilan apalagi dalam mencegah penyakit seksual menular dan HIV/AIDS. Ada juga yang memberitakan bahwa kondom tidak rapat pori-porinya sehingga dapat mengalami kebocoran. Hal-hal tersebut hanya bisa terjadi apabila terjadi kesalahan pemakaian kondom. Karena kondom telah dirancang sedemikian rupa agar bisa menahan mikroorganisme kecil dalam cairan tubuh yang besarnya tak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Penutup penis yang beredar di masyarakat saat ini terbuat dari bahan lateks. Kondom telah dirancang sedemikian rupa sehingga pori-pori pada kondom lateks tidak dapat dilalui oleh mikroorganisme, termasuk virus HIV dan sperma. Ukuran spermatozoa 0,003 milimeter, kuman gonorhea 800 nanometer, HIV 125 nanometer, dan virus hepatitis B 40 nanometer. Studi pada tahun 1992 menunjukkan, sekalipun kondom berpori, namun hanya 0,1 mikroliter yang bisa masuk. Jumlah ini sama dengan 0,01 persen ejakulasi air mani yang bisa dipastikan bebas dari HIV karena jumlahnya yang terlalu kecil.
Di Indonesia hanya terdapat dua pabrik kondom. Pabrik tersebut terdapat di Bandung dan Tangerang. Produksi kondom dimulai dengan pencampuran bahan dasar lateks dengan beberapa bahan kimia seperti sulfur, Zno, nocrac, perkacit, dan vufanol. Setelah melalui proses pencampuran selama 4 hari, hasil pencampuran divulkanisasi selama 1 hari untuk kemudian dimatangkan selama 4 hari.
Tahap pencetakan (moulding) dilakukan setelah lateks hasil pematangan dimasukkan tangki supply. Proses ini dilanjutkan dengan pelepasan kondom dari mesin cetak, menggunakan air yang dicampur bahan kimia Anti Tack K dan Anti Tack G. Sukses dalam proses pencetakan, kondom dikeringkan dalam mesin drying selama sekitar 3,5 jam dengan bubuk nipsil, hisil, dan carplex. Ketiga media pengeringan itu khusus diimpor dari Jepang.
Keluar mesin drying, kondom-kondom tersebut harus melalui sejumlah uji coba. Uji titik bocor dilakukan satu per satu terhadap semua kondom oleh puluhan pekerja perempuan dengan menggunakan tekanan udara. Tak hanya itu, dilakukan juga tes daya rekah, kekuatan, dan ketebalan. Uji daya rekah dilakukan dengan menggelembungkan kondom.
Minimal, kondom harus mampu menampung 16 liter udara, atau lebih besar dibanding kepala orang dewasa. Dari 200 kondom, hanya boleh ada tujuh kondom yang tak sesuai standar. Lebih dari itu, maka semua kondom dalam satu kali proses cetak tidak bisa dipergunakan, alias reject. Perhitungan yang hampir sama juga dilakukan dalam proses uji kekuatan dan ketebalan. Uji kekuatan dilakukan dengan mengisi beberapa sampel kondom dengan air.
Masing-masing kondom diisi air rata-rata sebanyak satu gelas berukuran besar. Sementara itu, uji ketebalan dilakukan oleh sebuah alat sederhana, mirip timbangan. Sesuai standar ISO 4074 tahun 2002 dan WHO 2003, ketebalan kondom harus berkisar antara 50–74 mikron (satu mikron sama dengan satu per seribu milimeter). Penentuan sampel disesuaikan dengan jumlah produksi dalam satu kali proses cetak.
Sebelum dikemas, kondom-kondom tersebut harus melewati mesin lubrikasi, yakni pencampuran dengan minyak silikon. Minyak silikon berfungsi untuk menjaga kekuatan kondom agar tidak mudah rapuh. Lagi-lagi, ada uji coba pada tahap ini. Kondom yang telah dikemas harus melalui uji kedap udara untuk memastikannya kuat hingga masa kedaluwarsa habis.
Bukan suatu alasan bahwa kondom tidak efektif. Sudah jelas bahwa kondom efektif dalam mencegah berbagai penyakit menular seksual seperti herpes, hepatitis B, chlamydia dan gonorrhea, dan virus HIV. Penurunan keefektifan kondom lebih disebabkan faktor manusia. Kegagalan kondom lebih sering disebabkan pemakainya tidak menggunakannya secara benar bukan karena mutu kondom itu sendiri. Kegagalan kondom dapat disebabkan beberapa hal, antara lain:
a.       penyimpanan kondom yang kurang baik;
b.      pemakaian kondom yang telah kadaluarsa;
c.       pemakaian kondom dalam keadaan mabok sehingga pemakaiannya tidak tepat;
Kondom pun adalah satu-satunya metode kontrasepsi yang telah terbukti dapat mengurangi resiko penularan penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS. Telah terbukti pada studi yang dilakukan pada orang-orang yang berperilaku seksual beresiko tinggi ditemukan bahwa dari satu orang yang tertular penyakit menular seksual ada kelompok pengguna kondom. Secara medis dan epidemi diketahui bahwa akan terjadi akan terjadi penurunan penularan PMS di antara pria pengguna kondom.
Jenis kondom yang dijamin keamanannya hanya kondom yang terbuat dari lateks. Kondom lateks dipastikan dapat menghalangi perpindahan cairan alat kelamin antara pasangan. Dengan begitu persepsi masyarakat bahwa kondom tidak efektif dalam mencegah penyakit menular seksual dan HIV bisa dikatakan kurang tepat.
Tentang persepsi masyarakat bahwa pembagian kondom sama hal nya dengan melegalkan seks bebas juga kurang benar. Karena dengan pembagian kondom tidak serta merta semua orang yagn mendapatkan kondom akan melakukan seks bebas. Seperti hal nya dengan orang yagn diberi pisau, hal tersebut tidak menjadikan orang tersebut ingin membunuh karena ia mempuyai pisau. Itu semua kembali kepada orang itu masing-masing.
Justru hal ini harus di pandang dari sudut pandang lain. Kita harus melindungi kaum yang rentan tertular penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. Angka aborsi pun akan turun dengan pemakaian kondom. Pemakaian kondom sangat diperlukan karena kondom adalah satu-satunya alat kontrasepsi yang paling mudah dijangkau oleh semua kalangan. Dengan begitu, masyarakat yang telah aktif secara seksual akan terlindungi dari berbagai macam penyakit, angka prevalensi penyakit menular seksual menurun, prevalensi orang-orang yang terinfeksi HIV pun ikut menurun, angka kehamilan yang tidak diinginkan yagn diiringi dengan aborsi pun juga akan menurun. Pemakaian kondom juga dapat ikut berperan serta dalam penurunan laju pertumbuhan masyarakat.

No comments