Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kubis
Tanaman kubis merupakan jenis komoditi semusim yang dapat
dipanen hasil dalam jangka waktu yang relatif singkat. Tanaman ini secara umum
ditanam di daerah dataran tinggi yaitu dengan ketinggian 1000-2000 m dpl.
Tetapi ada beberapa jenis kubis dapat ditanam di daerah dataran rendah. Di
Indonesia sendiri tanaman ini banyak dimanfaatkan bagian daun, sebagai sayuran.
Karena bagian yang dipanen adalah bagian daun, maka dari itu tanaman ini sangat
banyak memerlukan unsur hara makro, seperti unsur hara N yang sangat berguna
dalam pertumbuhan vegetatif tanaman.
Dengan kebutuhan yang tinggi akan unsur hara agar
hasil panen yang didapat maksimal, maka dari itu tanaman ini sangat membutuhkan
pemupukan yang tepat dan berimbang. Seperti yang dikemukakan oleh Perdana
(2009), pemupukan pada tanaman kubis biasanya
dilakukan pada saat tanam, dan pemupukan susulan 3 hari setelah tanam, kemudian
pemupukan kedua dilakukan pada umur 10-14 hari, selanjutnya pemupukan ketiga
dilakukan pada umur 3-4 minggu. Namun bila pertumbuhan belum optimal, dilakukan
pemupukan lagi pada umur 8 minggu.
Menurut Cahyono (1995), pupuk yang diaplikasikan
pada tanaman kubis ini adalah dominan pupuk Urea atau ZA yang banyak mengandung
unsur N yang memang sangat diperlukan oleh tanaman sayur-sayuran, seperti
tanaman kubis ini. Selain itu juga digunakan pupuk SP-36 untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara P , serta pupuk KCl untuk memenuhi kebutuhan unsur hara K.
Namun, ketersediaan pupuk kimia atau
sintetik di pasar yang banyak digunakan oleh para petani berdampak buruk pada
kondisi tanah dan hasil panen yang didapat kurang maksimal. Tanah-tanah yang
dipupuk oleh pupuk kimia secara umum terjadi degradasi kesuburan tanah,
sehingga menyebabkan hasil panen pada musim tanam selanjutnya tidak maksimal. untuk
itu diperlukan pupuk yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan juga dapat
memperbaiki kesuburan tanah.
Manfaat
Bunga Matahari Meksiko sebagai Pupuk Hijau bagi Tanaman
Serangkaian riset di Universitas Andalas, Padang, selama 11
tahun membuktikan titonia tak sekadar pupuk hijau biasa. Anggota keluarga
kenikir-kenikiran itu mengalahkan pupuk hijau dari keluarga legum yang kaya
rhizobium bakteri penambat N. Selama ini keluarga legum disebut pupuk hijau
terbaik. Bunga matahari meksiko
(Tithonia difersifolia) dapat
dijadikan sebagai sumber hara tanaman dengan dijadikan pupuk, karena memiliki
kandungan unsur hara N, P, dan K yang tinggi. Tanaman ini cocok digunakan
sebagai alternatif sumber pupuk hijau atau pupuk organik bagi tanaman. Tanaman
Tithonia difersifolia ialah tanaman semak dari familiAsteraceae yang
biasanya tumbuh liar sebagai tanaman pagar dan mempunyai biomassa tanaman
mencapai 8,5 mg/ha.
Perkembangan tanaman bunga matahari meksiko ini
berasal dari biji dan stek batang. Rata-rata produksi biomassa kering asal
tajuk tanaman paitan pada umur 5 – 8 bulan adalah sekitar 2,6 mg/ha. Tanaman
bunga matahari meksiko ini termasuk tanaman semak, dengan kandungan N
(Nitrogen), P (Fosfor), dan K (Kalium) dalam biomassa daun hijau yang relatif
tinggi. Selain itu dalam tumbuhan ini juga terkandung hormon giberlin,
sitokinin, auksin, dan cendawan micorhiza vesicular-arbuscular (VAM)
yang mampu melepaskan unsur fosfor dalam tanah yang terikat oleh aluminium
(ALPO₄), Besi (FePO₄),
dan Mangan (MnPO₄).
Biomassa daun tanaman bunga matahari meksiko ini mempunyai
kandungan nutrisi dan dikenal sebagai sumber potensi nutrisi bagi tanaman
budidaya. Biomassa tanaman bunga matahari meksiko ini telah lama dikenal
sebagai unsur hara yang efektif untuk tanaman padi di Asia dan tanaman jagung
serta tanaman sayuran di Afrika. Dalam 100 g biomassa segar tanaman paitan
mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi, diantaranya 3,5% N, 0,37% P, dan
4,1% K. Tanaman ini juga mempunyai laju dekomposisi yang cepat. Pelepasan N
terjadi sekitar 1 minggu dan pelepasan P dari biomassa tanaman terjadi sekitar
2 minggu setelah dimasukkan ke dalam tanah.
Pada bagian daun tanaman ini, selain dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dan pupuk tanaman, juga dapat dimanfaatkan sebagai
pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan. Tanaman bunga
matahari meksiko ini mengandung bahan beracun yang disebut asam palminat.
Senyawa asam palminat bersifat repellent (penolak serangga) serta
berpengaruh terhadap saraf dan metabolisme serangga. Cara masuk pestisida ini
kedalam tubuh serangga bisa secara kontak maupun perut (oral). Tukimin (2002)
menyebutkan bahwa pada konsentrasi 50 – 60 gr/l sudah efektif dalam
mengendalikan serangga hama.
No comments