Kerusakan pangan karena mikrobia
Bahan pangan atau makanan disebut busuk
atau rusak jika sifat-sifatnya telah berubah sehingga tidak dapat diterima lagi
sebagai makanan. Kerusakan pangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, kerusakan karena serangga atau hewan
pengerat, aktivitas enzim pada tanaman atau hewan, reaksi kimia nomenzimatik,
kerusakan fisik misalnya karena pembekuan, hangus, pengeringan, tekanan, dan
lain-lain. Kerusakan atau kebusukan pangan juga merupakan mutu yang subyektif,
yaitu seseorang mungkin menyatakan suatu pangan sudah busuk atau rusak,
sedangkan orang lainnya menyatakan pangan tersebut belum rusak/busuk. Orang
yang sudah biasa mengkonsumsi makanan yang agak basi mungkin tidak merasa bahwa
makanan tersebut dari segi kesehatan mungkin sudah tidak layak untuk dikonsumsi
(Yongki K. L., 2009)
Gejala keracunan sering terjadi karena
seseorang mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya, termasuk
mikroorganisme, yang tidak dapat dideteksi langsung dengan indera manusia.
Bahan-bahan kimia berbahaya yang terdapat pada makanan sukar diketahui secara
langsung oleh orang yang akan mengkonsumsi makanan tersebut, sehingga
seringkali mengakibatkan keracunan. Mikroorganisme berbahaya yang terdapat di
dalam makanan kadang-kadang dapat dideteksi keberadaannya di dalam makanan jika
pertumbuhan mikroorganisme tertentu menyebabkan perubahan-perubahan pada
makanan, misalnya menimbulkan bau asam, bau busuk, dan lain-lain. Akan tetapi
tidak semua mikroorganisme menimbulkan perubahan yang mudah dideteksi secara
langsung oleh indera kita, sehingga kadang-kadang juga dapat menimbulkan gelala
sakit pada manusia jika tertelan dalam jumlah sangat kecil di dalam makanan.
Jumlah yang sangat kecil ini tidak mengakibatkan perubahan pada sifat-sifat
makanan (Albiner S., 2009)
Mikrobiologi
pangan adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil yang
hanya dapat dilihat dengan menggunakan lensa pembesar atau mikroskop. Makhluk
yang sangat kecil tersebut disebut mikroorganisme atau mikroba, dan ilmu yang
mempelajari tentang mikroba yang sering ditemukan pada pangan disebut
mikrobiologi pangan. Yang dimaksud
dengan pangan disini mencakup semua makanan, baik bahan baku pangan maupun yang
sudah diolah.
Pertumbuhan mikroba pada pangan dapat
menimbulkan berbagai perubahan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Mikroba yang merugikan misalnya yang menyebabkan kerusakan atau kebusukan
pangan, dan yang sering menimbulkan penyakit atau keracunan pangan. Sedangkan
mikroba yang menguntungkan adalah yang berperan dalam proses fermentasi pangan,
misalnya dalam pembuatan tempe,oncom, kecap, tauco, tape dll. Oleh sebab itu
dengan mengetahui sifat-sifat mikroba pada pangan kita dapat mengatur kondisi
sedemikian rupa sehingga pertumbuhan mikroba yang merugikan dapat dicegah,
sedangkan mikroba yang menguntungkan dirangsang pertumbuhannya.
Mikroba terdapat dimana-mana, misalnya di
dalam air, tanah, udara, tanaman, hewan, dan manusia. Oleh karena itu mikroba
dapat masuk ke dalam pangan melalui berbagai cara, misalnya melalui air yang
digunakan untuk menyiram tanaman pangan atau mencuci bahan baku pangan,
terutama bila air tersebut tercemar oleh kotoran hewan atau manusia. Mikroba
juga dapat masuk ke dalam pangan melalui tanah selama penanaman atau pemanenan
sayuran, melalui debu dan udara, melalui hewan dan manusia, dan pencemaran
selama tahap-tahap penanganan dan pengolahan pangan. Dengan mengetahui berbagai
sumber pencemaran mikroba, kita dapat melakukan tindakan untuk mencegah
masuknya mikroba pada pangan.
Pangan yang berasal dari tanaman membawa mikroba pada permukaannya dari
sejak ditanam, ditambah dengan pencemaran dari sumber-sumber lainnya seperti
air dan tanah. Air merupakan sumber pencemaran bakteri yang berasal dari
kotoran hewan dan manusia, termasuk di antaranya bakteri-bakteri penyebab penyakit
saluran pencemaan. Tanah merupakan sumber pencemaran bakteri-bakteri yang
berasal dari tanah, terutama bakteri pembentuk spora yang sangat tahan terhadap
keadaan kering. Pada pangan yang berasal dari hewan, mikroba mungkin berasal
dari kulit dan bulu hewan tersebut dan dari saluran pencemaan, ditambah dengan
pencemaran dari lingkungan di sekitarnya. Pangan yang berasal dari tanaman dan
hewan yang terkena penyakit dengan sendirinya juga membawa mikroba patogen yang
menyebabkan penyakit tersebut. Tangan manusia merupakan sumber pencemaran
bakteri yang berasal dari luka atau infeksi kulit, dan salah satu bakteri yang
berasal dari tangan manusia, yaitu Staphylococcus, dapat menyebabkan
keracunan pangan. Selain itu orang yang sedang menderita atau baru sembuh dari
penyakit infeksi saluran pencemaan seperti tifus, kolera dan disenteri, juga
merupakan pembawa bakteri penyebab penyakit tersebut sampai beberapa hari atau
beberapa minggu setelah sembuh. Oleh karena itu orang tersebut dapat menjadi
sumber pencemaran pangan jika ditugaskan menangani atau mengolah pangan
(Anonim, 2008).
No comments