Kontroversi gerak Brown pada nanofluida
Sebuah paper berjudul “Discussion of proposed mechanisms of
thermal conductivity enhancement in nanofluids” (C. Nie, et.al., 2008)
memberikan informasi bahwa pengaruh yang diberikan oleh gerak nanopartikel
Brownian terhadap konduktivitas panas dari system nanofluida sangat kecil untuk
dapat meningkatkan nilai konduktivitas panas nanofluida tersebut. Berdasarkan
“Green-Kubo linear response theory”, mereka menggunakan persamaan eksak untuk
vector fluks panas dari sistem “base fluid” dan nanopartikel untuk memperkirakan
kontribusi dari gerak nanopartikel Brownian terhadap konduktivitas panas.
Selain itu, mereka menemukan pula bahwa kemungkinan konveksi yang disebabkan
oleh partikel-partikel Brownian adalah tidak wajar. Mereka sudah memperkirakan
“mean free path” dan “transition speed of phonons” di dalam nanofluida melalui
“density functional theory”. Mereka menemukan sebuah “layer structure” dapat
terbentuk di sekitar nanopartikel dan struktur tersebut lebih jauh tidak
menginduksi “fluid-fluid phasse transition” di dalam “bulk fluid”. Dengan
menganalisis sifat kompresibilitas dari fluida, mereka juga telah
menginvestigasi kelajuan gelombang bunyi di dalam nanofluida. Untuk model-model
dari “asymmetric hard sphere mixture” yang mewakili nanopartikel sferis yang tunggal
dan campuran dari batang dan bola pejal yang mewakili “aggregates”, keduanya
mengendap di dalam fluida, mereka menemukan bahwa untuk kasus-kasus fraksi
volume yang sangat rendah, sifat kompresibilitas sedikit berubah. Hal ini,
menurut para peneliti tersebut, menunjukkan bahwa kelajuan dari transisi phonon
tidak berubah karena penambahan nanopartikel dengan beragam jenisnya. Hasil
yang mereka peroleh ini juga menunjukkan
bahwa, di samping kenaikan karena tingginya konduktivitas panas dari
nanopartikel itu sendiri, molekul-molekul fluida tidak memberikan kontribusi
yang nyata terhadap kenaikan kondutivitas panas untuk fraksi volume
nanopartikel yang lebih kecil daripada 5%.
Sumber:
International Journal of Heat and Mass Tranfer, Volume 51,
Issues 5-6, Maret 2008, Pages 1342 – 1348.
Nanofluida yang sedang dibahas ini didefinisikan sebagai
suatu system koloid dari partikel-partikel berukuran nanometer, entahkah
partikel-partikel yang bersifat logam atau oksida, yang dilarutkan di dalam
“traditional coolants” seperti air atau gas. Sifat paling menonjol yang menarik
perhatian kalangan industri adalah naiknya konduktivitas panas dan
koefisien-koefisien transfer panas yang diamati di dalam larutan nanofluida
tersebut. Sementara sifat yang demikian telah diamati secara eksperimen oleh
beberapa kelompok penelitian di beberapa belahan dunia, mekanisme “transport”
dan “shear” masih hangat diperdebatkan oleh para ilmuwan. Sebagian alasan untuk
perdebatan tersebut adalah bahwa rumitnya interaksi kimia yang terjadi pada
permukaan nanopartikel belum teridentifikasi dan terkait dengan mekanisme
transport. Dari sudut pandang kerumitan ini, J. Eapen dan S. Yip, dua ilmuwan
dari MIT, melakukan simulasi-simulasi dinamis molekuler terhadap sebuah model
dari system nanofluid yang terdiri dari “xenon” dan “platinum clusters” untuk
menganalisis perilaku transport panas nanofluida. Simulasi menunjukkan adanya
fluktuasi energi potensial yang relative besar yang meningkatkan konduktivitas
panas efektif dari system nanofluida. Mode transport yang demikian itu, menurut
mereka, menjelaskan beberapa pengamatan yang membingungkan di dalam nanofluida
seperti kenaikan konduktivitas panas terhadap temperature dan kebergantungannya
terhadap ukuran nanopartikel.
Sementara itu, ada sebuah paper lain berjudul “Temperature
Dependence of Thermal Conductivity of Nanofluids”, yang ditulis oleh Li
Yua-Hua, et.al.(2008), para peneliti dari Institute of Engineering
Thermophysics, Chinese Academy of Science, Beijing. Mereka sudah menganalisis
dan menghitung mekanisme konduktivitas panas nanofluida, dengan melibatkan
pengaruh gerak Brown, “particle agglomeration” dan viscosity, yang secara
bersamaan dipengaruhi oleh temperature. Hasil yang sudah mereka dapatkan
menunjukkan bahwa tidak cukup hanya gerak Brown saja yang digunakan untuk
menjelaskan kebergantungan konduktivitas panas nanofluida terhadap temperature.
Perubahan dari “particle agglomeration” dan viskositas sebagai fungsi
temperature adalah juga factor-faktor yang penting. Ketika temperature bertambah,
“reduction” dari energi permukaan partikel akan mengurangi “agglomeration” dari
nanopartikel, dan “reduction” dari viskositas akan meningkatkan gerak Brown.
Untungnya, hasil yang mereka peroleh itu cukup sesuai dengan data hasil
eksperimen.
Paper yang kedua diambil dari Chinese Phy. Letter. 25 3319 –
3322 (2008).
No comments