Kultur Jaringan Tumbuhan
Menurut Suryowinoto (1991),
kultur jaringan dalam baha asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat seperti induknya.
Kultur jaringan akan lebih
besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu
jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis,
plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan
jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu
membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.
Teknik kultur jaringan
sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau irisan jaringan tanaman yang
sering disebut eksplan secara aseptik
diletakkan dan dipelihara dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam
keadaan steril. dengan cara demikian sebaian sel pada permukaan irisan tersebut
akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan kedlam medium diferensiasi yang
cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan
ini hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus
yang dapat menjadi planlet dlama
jumlah yang besar.
Pelaksanaan teknik kultur
jaringan tanaman ini berdasarkan teori sel sperti yang dikemukakan oleh
Schleiden, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan setiap sel, darimana saja
sel tersebut diambil, apabila diletakkan dilingkungan yangsesuai akan tumbuh
menjadi tanaman yang sempurna.
Teknik kultur jaringan akan
berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi.
Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan
sebagai bahan dasar untuk pembentukkan kalus, penggunaan medium yang cocok,
keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair.
Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya
dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem,
seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya. Bila
menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang perlu
diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormansi.
MANFAAT KULTUR JARINGAN
Kegunaan utama dari kultur
jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu
yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis
dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga
memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas
berikut ini akan dibahas secara khusus kegunaan dari kultur jaringan terhadap
berbagai ilmu pengetahuan.
Perbanyakan tanaman secara
besar-besaran telah dibuktikan keberhasilannya pada perkebunan kelapa sawit dan
tebu. Dengan car kultur jaringan dapat klon
suatu komoditas tanaman dalam relatif cepat. Manfaat yang dapat diperoleh
dari kloning ini cukup banyak, misalnya: di luar pulau Jawa akan didirikan
suatu perkebunan yang membutuhkan bibit tanaman dalam jumlah ribuan, maka sudah
dapat dibayangkan betapa mahalnya biayanya hanya untuk trasnportasi saja. Hala
ini dapat diatasi denga usaha kloning melalui budaya jaringan, karena hanya
perlu membawa beberapa puluh botol planlet
yang berisi ribuan bibit. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan biaya yang
cukup banyak dalam persiapan pemberangkatan ataupun transportasinya. Pada
ekspor anggrek, misalnya, orang luar negeri menghendaki bunga anggrek yang
seragam baik bentuk maupun warnanya. Dalam hal ini dapat dipenuhi juga dengan
usaha kloning. Bibit-bibit tanaman dari usaha mericlono (tanaman hasil budidaya meristem) akan berharga lebih
mahal, karena induknya dipilih dari tanaman yang mempunyai sifat paling bagus
(unggul).
Kultur jaringan tanaman telah
dikenal banyak orang sebagai usaha mendapatkan varietas baru (unggul) dari
suatu jenis tanaman dalam waktu yang relatif lebih singkat dari pada dengan
cara pemuliaan tanaman yang harus dilakukan penanaman secara berulang-ulang
sampai beberapa generasi. Untuk mendapatkan varietas baru melalui kultur
jaringan dapat dilakukan dengan cara isolasi protoplas dari 2 macam varietas
yang difusikan. Atau dengan cara isolasi khloroplas suatu jenis tanaman yang
dimasukkan kedalam protoplas jenis tanaman yang lain, sehingga terjadi penggabungan
sifat-sifat yang baik dari kedua jenis tanaman tersebut hingga terjadi hibrid
somatik. Cara yang lain adalah dengan menyuntikkan protoplas dari suatu tanaman
ketanaman lain. Contohnya transfer khloroplas dari tanaman tembakau berwarna
hijau ke dalam protoplas tanaman tembakau yang albino, hasilnya sangat
memuaskan karena tanaman tembakau menjadi hijau pula. Contoh lain adalah
keberhasilan mentrasnfer khloroplas dari tanaman jagung ke dalam protoplas
tanaman tebu hasilnya memuaskan (Anik Herawati, 1991).
Khloroplas yang ditransfer harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
Sewaktu dilakukan isolasi, khloroplas
harus sempurna.
Setelah diisolasi harus mempuyai sifat
yang sama dengan khloroplas yang tumbuh secara in vivo (budidaya biasa).
Setelah diisolasi masih mempunyai sifat
atau aktivitas fotosintesa yang cukup tinggi.
Contoh isolasi protoplas dalam
budidaya jaringan yang sangat berguna adalah ditemukannya sun-chlorella (jenis ganggang). Ganggang ini secara enzimatis
dijadikan protoplas (sel-selnya ditelanjangi dengan cara diinkubasikan dalam
enzim medium sehingga dinding selnya larut), kemudian dikeringkan dibawah sinar
matahari. Protoplas tersebut selanjutnya dipecah hingga didapatkan khloroplas dan
akhirnya dibuat pil-pil untuk pengobatan.
Menciptakan varietas baru dapat pula dilakukan
dengan menggunakan bantuan jenis bakteri seperti bakteri penyebab tumor yang
disebut Agrobacterium tumifaciens.
Bakteri ini disuntikkan pada tanaman sehat mempunyai buah ukuran besar, agar
tanaman sehat tersebut menjadi sakit tumor. Bakteri yang berada dalam jaringan
yang menonjol karena terkena tumor tersebut kemudian diambil dan disuntikkan
kedalam tanaman lain yang ukuran buahnya kecil-kecil. Dengan cara ini terbukti
bahwa tidak lam kemudian tanaman tersebut menghasilkan buah yang ukurannya
besar. Hal ini membuktikan bahwa bakteri yang dipindahkan tersebut membawa
sifat keturunan yang ada pada tanaman semula. Sedangkan untuk mendapatkan yang
baru yang tahan terhadap stress
garam, pestisida tertentu, logam berat, suhu rendah atau tinggi dan sebagainya
dapat dilakukan dengan cara-cara khusus.
Menciptakan tanaman baru yang toleran terhadap stress garam pernah dilakukan oleh Handa
dkk. (Suryowinoto, 1985) yaitu terhadap tanaman tomat dan tembakau. Pada
penelitian ini menggunakan penambahan PEG (Poly Ethilen- Glycol) atau NaCL,
yang biasa dipergunakan untuk mendapatkan kultivar yang toleransi terhadap
garam.
Beberapa jenis tanaman ada yang teramcam punah (endangered species), misalnya berbagai
jenis tanaman pisang, tanaman melati, kenanga, kayu jati, dan kayu putih. Usaha
yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang terancam punah adalah dengan
jalan kloning. Dengan usaha kloning ini, populasi dari tanaman tersebut akan
terselamatkan, bahkan dapat bertambah, sekaligus sifat-sifat yang dimiliki oleh
tanaman tersebut tetap terjamin.
Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar
dibidang farmasi, karena dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder
upaya untuk pembuatan obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang
terdapat di dalam kalus ataupun protokormus, misalnya alkoloid, steroid,
dan terponoid. Dengan ditemukannya cara mendapatkan metabolit skunderdari kalus
suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam medium kultur jaringan, mak berarti dapat
menghemat waktu dan tenaga. Dengan cara biasa, untuk mendapatkannya harus
menunggu lama samapai tanaman cukup umur bahkan sampai berproduksi hingga
bertahun-tahun. Sedangkan dengan teknik kultur jaringan hanya membuthkan waktu
antara tiga minggu sampai satu bulan saja. Metabolit yang dihasilkan dari kalus
ternyata juga memiliki kadar yang lebih tinggi daripada dengan cara biasa
(langsung dari tanaman). Dengan cara pengambilan metabolit skunder dari kalus,
biasanya selalu diperoleh kandungan lain yang lebih banyak jenisnya, karena
seringkali timbul zat-zat alkaloid atau persenyawaan-persenyawaan lainnya yang
sangat berguna untuk pengobatan.
Persenyawaan yang bermanfaat yang diambil dari
kalus dapat ditingkatkan kadarnya dengan cara memanipulasinya, antara lain:
Memakai medium lain yang sesuai.
Mengubah salah satu kadar komponen dalam medium.
Memberi zat tambahan tertentu ke dalam medium,
misalnya penambahan zat pengatur tumbuh auksin ataupun sitokinin.
Kultur jaringan juga
memberikan masukkan atau informasi pengetahuan yang sangat bermanfaat dibidang
fisiologi tanaman. Pada tanaman anggrek misalnya, telah berhasil diketahui
bahwa jika ujung akarnya diiris melintang akan memperlihatkan warna tertentu.
Warna tersebut nantinya akan sama dengan warna bunganya. Hal ini sangat berguna
dalam bidang perdangan bunga hias, sebab walaupun tanamannya belum berbunga
orang sudah dapat mengetahui warna bunga yang akan muncul.
Melalui perbanyakan vegetatif
dengan kultur jaringan ternyata juga berpengaruh terhadap devisa negara.
Misalnya, denagn terlaksananya ekspor tanaman anggrek ke negara lain, maka akan
menaikkan devisan negara dibidang pertanian.
Teknik kultur jaringan sampai
saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh para petani, baru beberapa
kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba melaksanakannya, karena
pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman memerlukan keterampilan khusus dan
harus diltar belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar tentang fisiologi
tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan demikian jelas
akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Di samping itu,
pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak memerlukan laboratorium khusus, walaupun
dapat di usahakan secara sederhana (dalam ruang yang terbatas), namun tetap
memerlukan peralatan yang memadai. Kemungkinan lain petani akan merasa enggan
bekerja secara aseptik. Karena semua
pekerjaan harus dilaksanakan secara hatri-hati dan cermat serta memerlukan
kesabaran yang tinggi. Biaya untuk mewujudkan perbanyakan tanaman cecara in vitro ini juga sangat mahal, kecuali
kita meramu medium sendiri. Bila kia terpaksa harus membeli medium yang sudah
jadi (dalam kemasan) jelas akan sangat mahal, sebab medium yang sudah jadi
masih harus di impor dari luar negeri. Apalagi kita harus membeli saran untuk
perlakuan isolasi dan fusi protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar.
Enzim-enzim yang digunakan dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar
negeri sepertti Jepang.
Lepas semua dari
kendala-kendala tersebut diatas, kita harus mengakui bahwa teknik kultur
jaringan sangat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan, terutama untuk
pengembangan bioteknologi.
FASILITAS LABORATORIUM KULTUR JARINGAN
Fasilitas laboratorium kultur
jaringan di bagi dalam beberapa bagian yang fungsinya satu sama lainnya
berbeda-beda dan persyaratannya pun berbeda-beda pula. Laboratorium kultur
jaringan harus dirancang secara khusus. Karena ada bagian-bagian atau
ruangan-ruanagn yang harus dalam suasana steril atau bebas mikroba.
Ruang-ruang dalam kultur
jaringan di kelompokkan menurut macam kegiatan yang ada di dalamnya,, yaitu
sebagai berikut:
A. Ruang Tidak Steril
Ruang Tamu.
Dalam laborsatorium kultur
jaringan sebaiknya di lengkapi dengan ruang tamu, karena biasanya laboratorium
kultur jaringan selalu di datangi tamu baik tamu yang ingin melihat sarana dan
suasana laboratorium maupun tamu ingin membeli hasil biakan kultur jaringan.
Ruang Administrasi.
Segala surat-menyurat tentang
pembelian alat-alatlboratorium, pembelian media kultur jringan, penjualan
bibit-bibit hasil biakan kultur jaringan, dan transaksi-transaksi ataupun
perjanjian-perjanjian kerja sama tentang penelitian dilaksanakan di dalam
ruangan administrasi.
Ruang Staf.
Laboratorium kultur jaringan
membutuhkan staf peneliti dalam jumlah banyak, tujuannya adalah agar dapat di
adakan pembagian kerja sesuai dengan spesialisasinya
masing-masing. Di dalam ruang staf ini dapat pula di lakasanakan diskusi antar
staf pada waktu berkumpul bersama.
Kamar Mandi dan WC.
Ruang kultur jaringan harus
dalam suasana bersih untuk menghindari kontaminasi
oleh mikroba. Bila pekerja akan memasuki ruangan penabur atau ruang
inkubator, tubuh dan pakaiannya harus bersih, tidak berkeringat dan tidak
berdebu. Untuk inilah kamar mandi dan wc perlu diadakan.
Ruang Ganti Pakaian.
Untuk menghindari timbulnya kontaminasi oleh mikroba, maka para
karyawan di dalam laboratorium kultur jaringan perlu memakai pakaian yang
bersih, dalam arti baru di cuci. Oleh karena itu dalam ruangan kultur jaringan
perlu di adakan ruang ganti pakaian.
Ruang Tempat Penyimpanan Bahan Kimia dan Alat-alat dari Gelas.
Komponen bahan kimia penyusun
media kultur jaringan sangat banyak macamna. Oleh karena itu, penyimpanannya
memerlukan pengaturn yang khusus supaya mudah mecarinya. Penyimpanan yang tidak
teratur akan mempelambat dalam pekerjaan, misalnya dalam mencari salah sau
komponen media saja membutuhkan waktu yang lama.
Bahan kimia yang mahal harganya seperti hormon
tumbuh dan enzim untuk isolasi protoplas harus disimpan dala ruangan yang
sejuk.
Alat-alat dari gelas seperti erlenmeyer, gelas
ukurdan alat gelas lainnya perlu disimpan dalam almari tersendiri.
Ruang Preparasi.
Di dalam ruangan ini
disediakan peralatan dan tempat untuk mencuci alat-alat laboratorium yang akan
digunakan. Peralatan yang ada antara lain keranjang-keranjang plastik untuk
tempat peralatan yang baru dicuci.
Ruang Penimbangan dan Sterilisasi.
Bermacam-macam media kultur
jaringan dijual dalam bentuk kemasan dengan harga yang relatif mahal. Oleh
karena itu, staf labolatorium lebih senang meramu sendiri medum tanam yang
dibutuhkannya.dengan demikian dibutuhkan lat untuk menimbang semua komponen
bahan kimia tersebut. Misalnya menimbang bahan kimia makro dan mikro.
Rumah Kaca (Green House)
Rumah kaca adalah suatu
bangunan yang atap dan sekeliling dinding bagian atasnya terbuat dari kaca.
Tujuan penyediaan rumah kaca adalah untuk tempat meletakkan pot-pot bibit
tanaman, baik bibit yang akan dijadikan bahan kultur jarinang maupun bibit
hasil dari kultur jaringan yang sudah siap djual atau dipelihara sendiri.
B. Ruang Tidak Mutlak Steril
Ruang Planlet.
Ruangan ini menggunakan alat pendingi (AC), maka
temperatur ruangan dapat mencapai sekitar 25OC sehingga ideal bagi pertumbuhan planlet. Botol-botol yang berisi planlet
jumlahnya dapat mencapai ratusan. Oleh sebab itu, dalam ruangan ini perlu
disediakan rak-rak alumuniaum yang dasrnya berlobang-lobang untuk meletakkan
botol-botol tersebut secara teratur dan rapi.
Ruang Inkubator.
Eksplan yang sudah ditanam dalam media kultur
jringan perlu dipantau pertumbuhannya setiap hari. Untuk pemantauan ini perlu
ruangan khusus yang keadaannya lebih steril
dari ruang planlet, yaitu ruang inkubator.
Ruang inkubator harus memiliki suhu kurang lebih
25OC dan harus dilengkapi
dengan lampu-lampu neon, karena eksplan
yang ditumbuhkan dalam ruangan inkubasi membutuhkan temperatru dan cahaya yang
dapat diatur dan disesuaikan dengan jenis eksplannya.
Ruang Shaker dsn Enkas.
Eksplan yang baru ditanam dan diinkubasikan dalam
ruang inkubator akan menghasilkan kalus.
Bila kalus ini cukup umur, maka dapat diperlukan suspensi sel, yaitu menumbuhkan suatu eksplan atau kalus dengan
menggunakan media cair (media yang tidak menggunakan zat pemadat atau agar),
kemudian digojok di atas shaker.
Hasil pertumbuhan kalus ini adalah berupa protokormus
atau dalam istilah asing disebut plb (protocorm like bodies). Bentuk protocormus adalah bulat-bulat padat dan
berwarna hijau. Bila keadaan protocormus
sudah keadaan demikian maka sudah siap dipindahkan kedalam media padat untuk di
tumbuhkan menjadi planlet.
Enksa juga sering di letakkan dalam satu ruang
dengan shaker, kegunaan enkas ini sama dengan Laminar Air Flow Cabinet, yaitu
untuk menabur eksplan.
C. Ruang Mutlak Steril.
Ruang Penabur.
Ruang penabur biasanya di buat dengan ukuran yang
tidak terlalu besar, yaitu 2x3 m2. tujuannya adalah agar pelaksanaan sterilisasi
ruangannya tidak membutuhkan waktu yang lama dan tidak mengalami kesulitan.
Dinding ruang penabur dilengkapi dengan porselin,
sehingga sterilisasi mudah dilakukan. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan cara
menyemprotkan alkohol 96% dengan hand-sprayer. Sedangkan sterilisasi lantai
dengan menggunakan kain pel yang dibasahi alkohol 96%. Sterilisasi ini mutlak
harus dilakukan menjelang ruang penabur akan digunakan.
Bila saat calon penabur akan memasuki ruangan,
lampu ultra violet harus dimatkan terlebih dahulu kemudian menyalakan lampu
neon biasa dan calon penabur diperbolehkan memasuki ruangan tersebut.
Sebaiknya, pada saat akan keluar lampu neon di matikan dan setelah keluar
menutup daun pintu kembali lampu ultra violet dinyalakan. Dengan demikian
steril ruangan dapat dijamin.
5. BAB V (MEDIA TANAM KULTUR JARINGAN)
A. Unsur-unsur yang Dibutuhkan Tanaman
Sebelum menguraikan cara-cara
membuat medium kultur jaringan, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui unsur-unsur
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur yang dibuthkan tanaman
dikelompokkan menjadi:
1. Garam-garam Anorganik
Setiap tanaman membutuhkan paling sedikit 16 unsur
untuk pertumbuhannya yang normal. Tiga unsur di antaranya adalah C,H,O yang di
ambil dari udara, sedangkan 13 unsur yang lain berupa pupuk yang dapat
diberikan melalui akar atau melalui daun. Pada perbanyakan tanaman secara
kultur jaringan. Semua unsur tersebut dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhannya. Ada unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar yang
disebut unsur makro, ada pula yang
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit tetapi harus tersedia yang disebut
unsur mikro.
2. Zat-zat Organik
Zat-zat organik yang biasanya ditambahkan dalam
medium kultur jaringan adalah sukrosa, mio inositol, asam amino, dan zat pengatur tumbuh. Sedangkan sebagai
tambahan biasanya diberi zat organik lain seperti air kelapa, ekstrak ragi,
pisang, tomat, toge dan lain-lain.
B. Kegunaan Setiap Unsur Bagi Tanaman
setelah kita mengetahui
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, maka sebelum kita menentukan
unsur-unsur yang akan digunakan untuk meramu medium kultur jaringan perlu
mengetahui terlebih dahulu kegunaan unsur-unsur tersebut bagi pertumbuhan
tanaman atau jaringan tanaman.
1. Unsur Nitrogen (N)
Kegunaan unsur Nitrogen bagi
tanaman adalah untuk menyuburkan tanaman, sebab unsur N dapat membentuk
protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik yang lain.
2. Unsur Fospor (P)
Dibutuhkan oleh tanaman untuk
membentuk karbohidrat. Maka, unsur P ini dibutuhkan secara besar-besaran pada
waktu pertumbuhan benih.
3. Unsur Kalium (K)
Memperkuat untuk tubuh
tanaman, karena unsur ini dapat digunakan untuk memperkuat serabut-serabut
akar, sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.
4. Unsur Sulpur (S)
Unsur ini digunakan untuk
proses pembentukan anakan sehingga pertumbuhan dan ketahanan tanaman terjamin.
5. Unsur Kalsium (Ca)
Digunakan untuk merangsang
pembentukkan bulu-bulu akar, mengeraskan batang dan merangsang pembentukkan
biji.
6. Unsur Magnesium (Mg)
Digunakan tanaman sebagai
bahan mentah untuk ppembentukkan sejumlah protein.
7. Unsur Besi (Fe)
Unsur ini digunakan sebagai
penyangga (chelati agint) yang sangat penting untuk menyagga kestabilan pH
media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan tanaman.
8. Unsur Sukrosa
Unsur ini sering ditambahkan
pada medium kultur jaringan sebagai sumber energi yang diperlukan untuk induksi kalus.
9. Unsur Glukosa atau Fruktosa
Unsur ini dapat digunakan
sebagai unsur pengganti sukrosa karena dapat merangsang beberapa jaringan.
10. Unsur Mio-inositol
Penambahan unsur ini pada
medium bertujuan untuk membantu diferensiasi
dan pertumbuhan sejumlah jaringan.
11. Unsur Vitamin
Vitamin-vitamin yang sering
digunakan dalam mediumklutur jaringan antara lain adalah Thiamin. Thiamin adalah
vitamin esensial yang digunakan untuk medium kultur jaringan.
12. Unsur Asam Amino
Unsur ini diunakan oleh
tanaman untuk proses pertumbuhan dan diferensiasi
sel. Kebutuhan unsur asam amino oleh tanaman berbeda.
13. Unsur Zat Pengatur Tumbuh.
Zat pengatur tumbuh pada
tanaman adalah senywa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat
mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur
tumbuh dalam tanaman terdir dari lima kelompok yaitu, Auksin, Sitokinin,
Giberelin, Etilen dan Inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan
terhadap proses fisiologis.
Zat pengatur tumbuh sangat
diperlukan sebagai komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi. Tanpa penambahan zat pengatur tumbuh dalam medium,
pertumbuhan sangat terhambat bahkan tidak akan tumbuh sama sekali.
C. Bentuk Fisik Media Tanam
Media tanam harus berisi semua zat yang diperlukan
untuk menjamin pertumbuhan eksplan.
Bahan-bahan yang diramu berisi campuran garam mineral sumber unsur makro dan
unsur mikro, gula , vitamin, protein, dan hormon tumbuh. media tanam dalam
kultur jaringan adalah tempat untuk tumbuh eksplan.
Media tanam tersebut dapat berupa larutan (cair) atau padat. Media cair berarti
campuran-campuran zat kimia dengan air suling, sedangkan media padat adalah
media zat cair tesebut ditambah dengan zat pemadat agar.
D. Faktor Lingkungan
1. Keasaman (pH)
Keasaman pH adalah nilai
derazat keasaman atau kebasaan dari larutan dalam air. Keasaman (pH) suatu
larutan menyatakan kadar dari ion H dalam larutan. Nilai di dalam pH berkisar
antara 0 (sangat asam) sampai 14 (sangat basa), sedangkan titk netral adalah pH
pada 7.
Sel-sel tanaman yang
dikembangkan dengan teknik kultur jaringan mempunyai toleransi pH yang relatif
sempit dengan titik optimal antara pH 5,0-6,0. Bila eksplan mulai tumbuh, pH dalam lingkungan kultur jaringan tanaman
umumnya akan naik apabila nutrein habis terpakai.
Pengukuran pH dapat dilakukan
dengan menggunakan pH meter, atau bila menginginkan yang lebih praktis dan
murah dapat digunakan kertas pH. Bila ternyata pH medium masih kurang normal,
maka dapat ditambah KOH 1-2 tetes. Sedangkan apabila pH melampaui batas normal
dinetralkan dengan penambahan HCL.
2. Kelembapan
Kelembapan relatif (RH)
lingkungan biasanya mendekati 100%. RH sekeliling kultur mempengaruhi pola
pengembangan. Jadi, pengaturan RH pada keadaan tertentu memerlukan suatu bentuk
diferensiasi Khusus.
3. Cahaya
Intensitas cahaya yang rendah
dapat mempertinggi embriogenesis dan organogenesis. Cahaya ultra violet dapat
mendorong pertumbuhan dan pembentukan tunas dari kalus tembakau pada intesitas
yang rendah.
4. Temperatur
Temperatur yang dibutuhkan
untuk dapat terjadi pertumbuhan yang optimum umumnya adalah berkisar di antara
200-300C. Sedangkan temperatur yang optimum untuk
pertumbuhan kalus endosperm adalah sekitas 250C.
E. Pembuatan Media Tanam
Sebelum membuat medium, maka
terlebi dahulu kita harus menentukan medium apa yang akan kita buat. Jenis
medium dengan komposisi unsur kimia yang berbeda dapat digunakan untuk media
tumbuh dari jaringan tanaman yang berbeda pula. Misalnya media Vacin Went sangat baik untuk media
tumbuh anggrek. Tetapi tidak cocok untuk media tumbuh lain. Untuk eksplan dair tanaman keras sring
menggunakan medium WPM, sedangkan
untuk tanaman semusim (sayuran dan tanaman hias) sering menggunakan medium MS. Medium Kundson C cocok untuk menanam
eksplan kelapa kopyor dan anggrek.
Untuk membuat media kultur
jaringan, biasanya menimbang setiap komponen bahan kimia yang terdapat pada
resep medium dasar. Langkah ini kurang praktis karena memakan banyak waktu dan
mengurangi ketepatan. Selain itu, timbangan yang digunakan untuk menimbang
sejumlah kecil bahan kimia kadang-kadang tidak tersedia. Kendala ini dapat
diatasi dengan membuat larutan stoc terlebih dahulu, kecuali untuk unsur
makronya. Jadi perlu membuat larutan stoc mikro.
6.BAB VI (METODE PELAKSANAAN KULTUR JARINGAN)
A. Metode Kultur Jaringan.
1. Dilihat dari Macam Media Tanam
Teknik kultur jaringan dapat dilaksanakan dengan
dua metode yaitu:
a. Metode Padat (Solid Method)
Metode pada dilakukan dengan tujuan mendapatkan kalus dan kemudian dengan medium diferensiasi yang berguna untuk
menumbuhkan akar dan tunas sehingga kalus
dapat tumbuh menjadi planlet.
Media padat adalah media yang mengandung semua komponen kimia yang dibutuhkan
oleh tanaman dan kemudian dipadatkan dengan menambahkan zat pemadat. Zat
pemadat tersebut dapat berupa agar-agar batangan, agar-agar bubuk, atau
agar-agar kemasan kaleng yang yang memang khusus digunakan untuk media padat
untuk kultur jaringan.
Media yang terlalu padat akan
mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar sulit untuk menembus ke dalam
media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan menyebabkan kegagalan dalam
pekerjaan. Kegagalan dapat berupa tenggelamnya eksplan yang ditanam. Eksplan yang tenggelam tidak akan
dapat tumbuh menjadi kalus, karena
tempat area kalus yaitu pada irisan
(jaringan yang luka) tertutup oleh medium.
Metode padat dapat digunakan
untuk metode kloning, untuk
menumbuhkan protoplas stelah diisolasikan, untuk menumbuhkan planlet dari protokormus stelah dipindahkan dari suspensi sel, dan untuk menumbuhkan planlet dari prtoplas yang sudah difusikan (digabungkan).
b. Metode Cair(Liquid Metho)
Penggunaan metode cair ini kurang praktis dibandingkan
dengan metode padat, karena untuk menumbuhkan kalus langsung dari ekspaln
sangat sulit sehingga keberhasilannya sangat kecil dan hana tanaman-tanaman
tertentu yang dapat berhasil. Oleh karena itu, penggunaan media cair lebih
ditekankan untuk suspensi sel, yaitu
untuk menumbuhkan plb (prtocorm like
bodies). Dari protokormus ini nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila
dipindahkan kedalam media padat yang sesuai.
Pembuatan media cair jauh lebih cepat daripada
media padat, karena kita tidak p erlu memanaskannya untuk melarutkan agar-agar.
Media cair juga tidak memerlukan zat pemadat sehingga keadaannya tetap berupa
larutan nutrein.
2. Dilihat dari Bahan atau Eksplan yang Dipakai
Bila dilihat dari macam bahan yang digunakan, maka
metode kultur jaringan yang telah dikenal sekarang antara lain adalah:
1) Kultur meristem.
2) Kultur antera
3) Kultru endosperma
4) Kultur suspensi sel
5) Kultur protoplas
6) Kultur embrio
7) Kultur spora
8) Dan lain-lain
3. Dilihat dari Cara Pemeliharaan
Eksplan yang telah ditanam, agar dapat tumbuh
menjadi kalus dan kemudian menjadi planlet, membutuhkan pemeliharaan yang
rutin dan tepat. Artinya, eksplan
atau kalus yang sudah waktunya untuk
dipindahkan ke dalam media tanam yang baru harus segera dilaksanakan, tidak
boleh sampai terlambat. Pemindahan yang terlambat dapat menyebabkan pertumbuahn
eksplan atau kalus dapat terhenti atau dapat mengalami brownig atau terkontaminasi
oleh jamur atau bakteri.
B. Pelaksanaan Kultur Jaringan
1. Sterilisasi Alat Penabur
Sebelum digunakan, enkas harus diterilisasi dengan
menggunakan hand sprayer berisi spirtus atau campuran formalin 10% dan alkohol
70%, dengan perbandinga 1:1. setelah disemprot kemudian dibiarkan terlebih
dahulu kurang lebih 10 menit, baru kemudian boleh digunakan.
2. Sterilisasi Alat dan Medium
Alat-alat dissecting –set dan glass ware yang akan
digunakan untuk kultur jaringan, setelah dicuci dan dikeringkan kemudian
dibungkus dengan kertas payung dan disterilisasi di dalam autoklaf dengan suhu
121 oC, tekanan 15 lb, dan
lama sterilsiasi 20-30 menit.
Botol-botol eksplan yang sudah berisi medium
setelah ditutup dengan alumunium foil, kemudian disterilisasi. Sterilisasi
medium lebih sedikit waktunya dibandingkan dengan sterilisasi alat-alat, yakni
15 menit, tetapi suhu dan tekannya sama.
3. Sterilisasi Eksplan
Sterilisasi eksplan dilaksanakan dengan dua cara
yaitu:
a. Sterilisasi
Eksplan secara Mekanis
Cara ini digunakan untuk eksplan yang keras atau berdaging, yaitu dengan membakar eksplan
tersebut di atas lampu spirtus sebanyak tiga kali.
b. Sterilisasi Eksplan
secara Kimiawi
Sterilisasi ini gunakan untuk eksplan yang lunak. Sterilisasi ini menggunakan bahan kimia.
Bahan-bahan yang digunakan untuk sterilisasi:
Sodium hipoklorit
Mercuri chlorit
Alkohol 70%
4. Menabur Eksplan
Menabur eksplan dilakukan di dalam Laminar Air
Flow Cabinet dengan kondisi aseptik. Sebelum kita bekerja di dalam laminar air
flow cabinet, semua perhiasan tangan harus dilepas, dan tangan dibasuh terlebih
dahulu dengan alkohol 70%.
Eksplan yang siap ditaman dipotng dengan
menggunakan scalpel di dlam cawan petri. Potongan eksplan dimasukan kedalam erlenmeyer yang berisi media tumbuh,
hingga permukaan yang teriris bersentuhan dengan medium.
Setelah semua pekerjaan menabur selesai, kemudian
alat-alat yang sudah dipakai dibersihkan.
5. Melaksanakan Sub-Kultur
Dalam waktu satu sampai dua minggu, eksplan akan tumbuh menjadi kalus. Kalus adalah suatu masa sel yang terbentuk pada permukaan eksplan
atau irisan eksplan. Kalus ini akan tumbuh pada media eksplan yang padat., sedangkan pada
media cair akan tumbuh plb (protokormus)
Sub-kultur
adalah suatu usaha untuk
mengganti media kultur jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan
nutrisi untuk kalus atau protokormus dapat terpenuhi.
III. PEMBAHASAN
Dari hasil perbandingan antara
buku yang saya buat ini bila dibandingkan dengan buku kultur jaringan yang lain
ternyata pada laporan buku yang saya buat ini masih banyak kekurangannya yaitu:
Masalah-masalah Dalam Kultur Jaringan
Dalam kegiatan kultur
jaringan, tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan
bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang
dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam,
dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya.
Permasalahan dalam kultur ada
yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada pula yang sulit diprediksi
kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi, car mengatasinya tidak dapat
secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu muncul.
Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
1) Kontaminasi
Kontaminasi adalah
gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan. Munculnya
gangguan ini bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang sangat
wajar sebagai konsekuensi penggunaan yang diperkaya.
Penomena kontaminasi sangat
beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri,
jamur, virus, dll).
Upaya mencegah terjadinya
kontaminsai.
Biasakan membersihkan berbagai sarana yang
diperlukan dalam kultur jaringan.
Yakinkan bahwa proses sterilisasi media secara
baik dan benar.
Lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda
nyaman dan cari waktu yang longgar.
2) Pencoklatan/browning
Pencoklatan adalah
suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat tidak
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan.
Peristiwa pencoklatan sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang
sering terjadi.
Pencoklatan umumnya
merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan.
3) Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu istilah
problem pada kultur yang ditandai dengan:
Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang
tidaknormal.
Tanaman yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil.
Pertrumbuhan batang cenderung ke arah penambahan
diameter
Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent.
Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade..
4) Variabilitas Genetik
Bila kultur jaringan digunakan
untuk upaya perbanyakan tanaman yang seragam dalam jumlah yang banyak, dan
bukan sebagai upayapemuliaan tanaman maka variasi
genetik adalah kendala. Variasi
genetik dapat terjadi pada kultur in
vitro karena:
Laju multiflikasi
yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub kultur berulang yang tidak terkontrol
Penggunaan teknik yang tidak sesuai.
Variasi genetik yang
paling umum terjadi pada kultur kalus dan
kultur suspensi sel, hal tersebut terjadi
karena munculnya sifat instabilitas
kromosom mungkin akibat teknis kultur, media atau hormon.
Cara mengatasi problem variasi genetik tentunya tidak
sederhana, harus memperhatikan aspek yang dikulturkan.
5) Pertumbuhan dan Perkembangan
Problem utama berkaitan dengan
proses pertumbuhan adalah bila eksplan
yang ditanam mengalami stagnasi, dari
mulai tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak tumbuh.
Untuk menghindari hal itu
dapat dilakukan dengan preventif
menghindari bahan tanam yang tidak juvenil
atau tidak meristematik. Karena
awal pertumbuhan eksplan akan dimulai
dari sel-sel yang muda yang aktif
membelah, atau dari sel-sel tua yang muda kembali.
Media juag dapat menjadi sebab
terjadinya stagnasi pertumbuhan,
karena dari kondisi medialah suatu sel dapat
atau tidak terdorong melakukan proses pembelahan dan pembesaran dirinya.
Pada proses klutur jaringan
yang bersifa inderict embriogenesis, tahapan
pembentukan kalus harus dilanjutkan
dengan mendorong induksi embriosomatik
dari sel-sel kalus. Terjadinya embrio somatik dapat secara endogen atau eksogen.
6) Praperlakuan
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja, pertumbuahn dan
perkembangannya dlama botol saja tetapi juga sangat bisa dipengaruhi oleh
persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada
kasus ini masalah akan muncul bila kegiatan prapelakuaan
tidak dilakukan.
Prapelakuan dilakukan
umumnya untuk tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam rangka
menghilangkan hambatan. Hambatan apat berupa hambatan kemikalis, fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia
penanganannya harus dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan,
proses reaksi dan alternatif pengelolaannya.
7) Lingkunagn Mikro
Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan
karena ini juga sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi pertumbuhan eksplan, suhu yang terlalu rendah aatau
tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.
Kebutuhan antara satu
tananaman dengan tanaman yang lain berbeda, namunddemikian solusinya sulit
dilakukan mengingat umumnya ruangan inkubator
suatu ruangan laboratorium kultur jaringan tidak bisa dibuat variasi antara
satu ruangan dengan bagian ruangan yang lainnya.
Sehingga optimasi pertumbuhan
tidak bisa diharapkan sama antara kultur yang satu dengan kultur yang lain.
No comments