Breaking News

Wabah PMK di Indonesia, Berimbas pada Krisis Daging Sapi Lokal

Ribuan hewan ternak di beberapa wilayah di Indonesia terkena wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Penyakit ini datang dari virus yang menyerang kuku dan mulut hewan ternak, untuk beberapa kasus virus ini tidak membuat hewan ternak seketika mati. Namun, virus ini secara perlahan menggerogoti kuku dan mulut ternak sehingga membuat hewan tidak bisa makan dan berjalan.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), H Muhammmad Munawaroh MM menjelaskan dalam beberapa kasus, virus yang terus membuat luka di mulut dan kaki hewan membuat bobot ternak menyusut. Kondisi tersebut yang membuat banyak hewan ternak mati usai terkena virus karena tidak bisa makan secara normal. Dari permasalahan tersebut, PDHI memberi masukan agar Kementerian Pertanian segera melakukan vaksinasi pada hewan ternak.

“Masalah kesehatan hewan belum jadi fokus, tidak ada budget untuk membeli vaksin. Kami sudah melakukan audiensi dengan Mensesneg untuk masukan apa yang harus dilakukan agar PMK ini bisa diberantas dan hari ini bukannya berhenti malah bertambahlah wilayah PMK. Kami mendorong lakukan vaksin, tapi sekarang banyak dinas mengeluhkan enggak memiliki dana untuk membeli obat. Kita prihatin,” jelas dia dalam diskusi virtual, Sabtu (14/5/2022).

Penjelasan Munawaroh mengenai bertambahnya wilayah yang terkena wabah PMK benar adanya, pada awal pekan ini Kementerian Pertanian hanya melakukan kuncitara atau lockdown pengiriman ternak dari wilayah Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan. Namun, pada akhir pekan ini sudah ditemukan wabah PMK pada hewan di beberapa wilayah lain seperti Garut, Tasikmalaya, Banjar, Klaten, Boyolali, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Lumajang, Jawa Timur.

Proses penularan wabah PMK tergolong cepat untuk membuat hewan ternak seketika sakit, Dokter Hewan Soeharsono mengungkap penularan bisa terjadi melalui droplet dan udara, skema penularannya hampir sama seperti wabah COVID-19.

Soeharsono menjelaskan, wabah ini kembali merebak setelah pada tahun 1982 pemerintah Indonesia pernah kecolongan mengalami pandemi ini. Setidaknya butuh sampai 8 tahun sebelum akhirnya Indonesia ditetapkan kembali menjadi negara yang bebas wabah PMK.

“Jadi penyakit itu mulut dan kuku, memang kadang dikira simpel karena penyakit ini bisa sembuh sendiri tapi kerugiannya luar biasa. Yaitu terjadinya penurunan berat badan yang luar biasa, selain itu hewan ternak yang sudah sembuh PMK dalam durasi setahun pun masih berpotensi menjadi carrier karena masih ada virusnya,” jelas dia dalam diskusi virtual.

Ada beberapa faktor penyebab munculnya wabah ini, Soeharsono mengungkap salah satunya karena ada imbas adanya kebijakan impor yang dilonggarkan oleh pemerintah terkait negara yang yang belum sepenuhnya bebas PMK seperti India, Argentina malah diperbolehkan impor daging kerbau.

Berkaca pada pengalamannya 32 tahun lalu saat menangani wabah PMK, pemerintah harus melakukan koordinasi terpusat. Serta melakukan pembatasan pengiriman hewan ternak yang wilayahnya terindikasi wabah PMK. Selain itu, Soeharsono juga menjelaskan, ia dan tim dokter hewan juga melakukan sterilisasi pada kandang hewan yang terindikasi wabah PMK.

“Disterilkan terus, karena di luar peternakan itu gak ada babi kena. Genteng diganti semua disterilisasi,” jelas dia.

Sterilisasi yang dilakukan juga tidak sembarangan, Head of Dairy Farm Development and Sustainability PT Greenfields Indonesia Heru Prabowo menjelaskan, virus yang membuat bawah PMK pada hewan ternak tidak bisa disterilkan dengan detergen. Proses sterilisasi hanya bisa dilakukan oleh cairan asam jenis sodium hipoklorit yang biasanya terkandung dalam cairan pemutih pakaian.

“Sterilisasi juga gak sembarangan ya, gak bisa tuh pakai detergen. Bisanya menggunakan sodium hipoklorit yang biasanya ada di bahan bleaching,” jelas dia dalam sebuah diskusi virtual.

Selain melakukan sterilisasi pada kandang hewan ternak, vaksinasi juga sangat direkomendasikan oleh Ahli Virologi Universitas Airlangga, Suwarno. Namun, sebelum membeli vaksin pemerintah harus memastikan wabah yang menjangkiti hewan ternak di Indonesia adalah virus PMK jenis apa. Karena dari beberapa kasus pemberantasan wabah virus PMK yang gagal, pemerintah malah membeli vaksin yang tidak sesuai dengan penyakit yang mewabah di negaranya.

“Penelitian soal tipe virus itu harus tepat supaya vaksin harus tepat, biar pemusnahan virus ini lebih efekif,” ujar dia.

 

Wabah PMK Berpotensi Membuat RI Krisis Daging

Tingginya potensi angka kematian hewan bisa memicu ketersediaan stok daging lokal berkurang. Solusi yang biasanya disiapkan adalah mengimpor daging dari negara lain. Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, permasalahan krisis mungkin tidak akan terjadi jika wabah PMK bisa ditanggulangi.

Solusi impor terhadap kebutuhan daging di dalam negeri memang sudah dilakukan sebelum terjadi wabah PMK. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), volume dan nilai impor daging sapi Indonesia mengalami kenaikan pada 2021. Nilai daging impor di 2021 bahkan yang tertinggi selama lima tahun terakhir. Volume impor daging sapi tersebut sebesar 273,53 ribu ton pada tahun lalu.

Jumlah itu naik 22,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2020, impor daging sapi sebesar 223,42 ribu ton. Nilai impor daging sapi pun naik menjadi 948,37 juta dolar AS. Jumlah ini naik 35,83 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 698,18 juta dolar AS.

Australia masih menjadi negara pengimpor daging sapi terbanyak ke Indonesia pada 2021 yakni sebanyak 122,86 ribu ton. Nilai impornya tercatat sebesar 389,04 juta dolar AS.

Jika kebijakan impor kembali dibuka saat stok daging di dalam negeri kurang untuk memenuhi konsumsi imbas wabah PMK, nilai dan kuota daging impor di 2022 berpotensi semakin tinggi.

Mengenai dampak ekonomi hingga saat ini belum bisa dihitung karena kebanyakan peternak di Indonesia berbeda dengan skema peternakan di negara lain yang orientasinya bisnis. Skema peternakan di Indonesia lebih kecil dan banyak peternak di Indonesia membuat hewan ternaknya sebagai investasi.

Namun, jika hal ini tidak ditanggulangi tentu dampak ekonomi akan segera terasa di masyarakat. Dwi menjelaskan, pemerintah perlu serius menangani wabah PMK karena skema pemberantasan wabah ini tidak mudah.

Apalagi ia mengindikasi, wabah ini sudah lama berada di Indonesia mengingat munculnya kasus hewan ternak terkena wabah terdeteksi ada di Aceh sampai Nusa Tenggara Barat.

“Kan wabah itu gak serta merta cepat, bisa aja wabah ini udah ada setahun di Indonesia dan baru ketahuan. Ini ada yang lemah dimonitoring, susah lho hilangkan wabah PMK ini, kita kecolongan. Maka dari itu pemerintah perlu serius untuk menangani wabah PMK ini,” tandas dia.

 

 

Source:

https://tirto.id/

No comments