Breaking News

Konteks imunologis vaksinasi

Paradigma vaksinasi adalah penciptaan imunisasi jangka panjang terhadap satu atau lebih antigen spesifik untuk patogen atau sel kanker melalui pengembangan antibodi dan sel T sitotoksik. Prosesnya dapat diringkas menjadi 3 langkah: (1) pengambilan antigen dan adjuvant dari antigen presenting cells (APC), (2) pematangan APC, dan (3) priming sel B dan T spesifik antigen dengan produksi antibodi dan sel T sitotoksik (Gbr. 1).

Gambar 1 Aktivasi kekebalan setelah vaksinasi. Antigen dan adjuvant yang terkandung dalam formulasi vaksin diambil oleh APC atau sel B yang belum matang. APC memproses sinyal dan mencapai fenotipe matang, selanjutnya mentransmisikan sinyal ke sel T sitotoksik, sel T helper, dan sel B. Titik akhir dalam vaksinasi yang sukses adalah pengembangan antibodi spesifik antigen dan sel T sitotoksik.

APC adalah sel dendritik yang belum matang, makrofag, sel B, atau bahkan fibroblas imun, yang dapat mengambil antigen dan diaktifkan oleh sinyal bahaya endogen atau eksogen. Setelah aktivasi, APC, terutama sel dendritik, mengasumsikan fenotipe matang saat memproses antigen menjadi peptida yang untuk ekspresi pada major histocompatibility molecules (MHC) I atau II. Pada saat yang sama, APC menyajikan sinyal co-stimulator (misalnya, CD80 atau 86) dan mengeluarkan sitokin proinflamasi. Akhirnya, sel T naif berinteraksi dengan MHC dan dibentuk menjadi sel T sitotoksik atau penolong. Sel B teraktivasi pada interaksi B cell receptor (BCR) dengan antigen terlarut atau ditentukan, kemudian mengarah ke diferensiasi sel B plasma atau memori dan produksi antibodi spesifik antigen. Selanjutnya, proses aktivasi dapat ditemukan pada keberadaan sel T pembantu atau secara independen untuk sinyal lainnya. Antibodi dapat melawan infeksi virus dengan menempel pada permukaan virus, menciptakan penghalang sterik, mencegah infeksi virus di dalam sel, mencegah virus dari sel yang menyerang, menahan hemaglutinin, mengaktifkan komplemen, dan menemukan virus ke fagosit. untuk eliminasi (Gbr. 2).

Gambar 2 Cara kerja antibodi terhadap virus. Tujuh mekanisme berbeda di mana antibodi dapat memblokir infeksi virus (contoh pada gambar mengacu pada flu).

Sedangkan untuk sel T sitotoksik, mengetahui adalah untuk mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi virus atau kanker, serta melepaskan interferon-γ dan tumor necrosis factor-α. Jenis vaksin, antigen, ajuvan, dan rute pemberian yang dipilih semuanya memiliki efek pada jenis dan besarnya respons imun yang diprioritaskan, serta durasi memori imunologis.



Source:

https://doi.org/10.1007/s13346-021-00924-7

No comments