Breaking News

Pengaruh Pestisida Organik Dan Interval Penyemprotan Terhadap Hama Plutella Xylostella Pada Budidaya Tanaman Kubis Organik

Usaha peningkatan produksi tanaman seringkali dihadapkan adanya gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik.  Kehilangan hasil kubis akibat serangan hama cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% oleh Pluttela xylostella (Rukmana, 1994). Jenis hama ini menempati kedudukan sebagai hama utama (Williams dkk, 1996).
Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi hama pengganggu dengan menggunakan varietas tahan, mengadakan pergiliran tanaman, penanaman serempak dan penggunaan pestisida (Cahyono, 2002). Penggunaan pestisida khususnya yang bersifat sintesis berkembang luas karena dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi gangguan hama. Namun, penggunaannya ternyata menimbulkan kerugian seperti resistensi hama, resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran lingkungan  dan sangat berbahaya bagi manusia (Kardinan, 2001).
Secara alami tanaman memproduksi senyawa beracun untuk melindungi spesiesnya dari kepunahan akibat serangan OPT. Senyawa-senyawa ini disebut metabolit sekunder. Spesies tanaman yang tidak pernah diserang OPT dan atau menjadi pengganggu tanaman lain bisa jadi mengandung bahan metabolit sekunder yang dapat dipakai sebagai pestisida (Novizan, 2002).

Pengendalian Non Kimiawi
Cara pemberantasan hama ini dapat dilakukan secara mekanis, yaitu mengumpulkan ulat-ulat dan telur-telurnya kemudian dihancurkan, perlakuan secara mekanis ini kurang efektif apabila dilakukan pada areal pertanaman yang luas. Pemberantasan juga dapt dilakukan dengan cara biologis yaitu dengan menyebarkan predator (musuh alami) diodegna atau parasit Angitia cerophaga (Cahyono,2002).
Cara lain yang cukup berhasil dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan adalah cara kultur teknik, misalnya melakukan pergiliran (rotasi) tanaman  yang bukan famili Cruciferae (Brassicaceae), tumpangsari tanaman kubis dengan tomat, bawang daun dan jagung serta penanaman tanaman perangkap (trap-crop) seperti Rape ataupun Mustard di sekeliling kebun kubis (Rukamana, 1994).


Tanaman yang Berpotensi sebagai Pestisida Organik untuk Hama Plutella xylostella
Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui mengandung senyawa seperti fenilpropan , terpenoid, alkaloid, asetogenin, steroid dan tannin yang bersifat sebagai larvasida dan insektisida (Aminah dkk, 2001).
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak dari biji Aglaia harmsiana berpengaruh terhadap oviposisi dan reproduksi serangga Crocidolomia binotalis yang menyerang kubis. Kandungan aktif tanaman ini yaitu minyak asiri, alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin (Kardinan, 2002).
Alkaloid merupakan senyawa organic bersifat alkalis yang terdapat pada beberapa golongan tanaman, terasa pahit, biasanya banyak dipakai sebagai bahan obat dan dapat juga sebagai zat penolak ataupun penarik serangga. Golongan tertentu alkaloid dapat bersifat racun, misalnya: kafein, nikotin, retorsin, monokrotalin (Makfoeld, 1983).
Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva menjadi korosif. Pupa tidak terpengaruh oleh saponin karena mempunyai struktur dinding tubuh yang terdiri dari kutikula yang keras sehingga senyawa saponin tidak dapat menembus dinding pupa. Ukuran larva yang mati lebih panjang sekitar 1-2 mm karena terjadi relaksasi urat daging pada larva yang mendapat makan tambahan hormon steroid (Aminah dkk, 2001).
Tanin diproduksi oleh tanaman, berfungsi sebagai subtansi pelindung pada dalam jaringan maupun luar jaringan. Tanin umumnya tahan terhadap perombakan atau fermentasi selain itu menurunkan kemampuan binatang untuk mengkonsumsi tanaman atau juga mencegah pembusukan daun pada pohon. Tanin bekerja sebagai zat astringent, menyusutkan jaringan dan menutup struktur protein pada kulit dan mukosa (Healthlink, 2000). 

No comments