Pteris vittata
Deskripsi :
Menurut
etimologi bahasa Yunani Pteris atau pakis, adalah pteron, yang berarti
sayap atau bulu, dan mengacu pada bentuk pinnae berdekatan, memberikan ciri
khas daun yang mirip dengan bulu. Tapi kata pteris ini digunakan oleh
orang Yunani kuno untuk pakis pada umumnya. Pteris merupakan genus dari
sekitar 280 spesies pakis, hidup pada daerah
yang hangat dan daerah-daerah tropis dan subtropis di dunia (suryana.2009)
a.
Habitat :
Secara
umum, Pteris merupakan tanaman terestrial atau batu. Jenis paku ini
hidup di tempat-tempat terbuka dan tanah yang kering sangat disenanginya.
Bahkan jenis ini juga tumbuh pada batu-batuan di sekitar kawah atau pada tepi
sungai dan menyukai kelembapan, banyak dijumpai tumbuh ditebing-tebing atau
menempel pada batang paku tiang, teutama yang sudah mati. Di tanah liat atau
tanah berbatu yang berpasir. Tamannya jarang tumbuh berkelompok, melainkan
lebih umum dijumpai bersama-sama terna serta rumput lainnya. Rimpangnya
menjalar pada permukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu (
Suryana.2009)..
b.
Perawakan (habitus) :
Tumbuhan
paku ini merupakan tumbuhan herba atau agak berkayu.
c.
Akar :
Akar
paku ini adalah serabut yang tidak bercabang atau monopodial. Terletak pada
seluruh permukaan rimpang, bentuk akar tipis dan kasar berwarna coklat.
d.
Batang :
Jenis paku ini berbatang pendek, yang tumbuh tegak. Bentuk
batangnya bulat simetridorsiventral dan tumbuh tegak memanjang. Tangkai
entalnya licin ada yang berwarna ungu gelap kehitaman, mengkilap, memanjang,
menyamping keseluruhan.
Permukaan
batang terdapat ramenta yaitu bentukan seperti rambut atau sisik yang halus ada
yang berwarna hitam, coklat kehitaman, merah kecoklatan, kuning kecoklatan,
kuning dan kadang-kadang putih (tergantung jenisnya) yang terdapat pada rimpang
atau sering pula pada tangkai daun, tulang dan urat daun. Ramenta mudah lepas
sehingga pada masa tua tidak terdapat sama sekali (Wirakusuma.2003).
Rimpangnya
juga pendek sekali, sehingga ental-entalnya membentuk rumpun kecil. Pada bagian
pangkal tangkai entalnya tumbuh bulu-bulu, glabrous atau bersisik distal,
dengan 1 (biasanya 2 atau lebih) bundel vaskuler. Entalnya tersusun oleh
anak-anak ganda.
E.
Daun :
Berdasarkan tulang daunnya, paku ini mempunyai tulang daun
dengan system percabangan terbuka.
Helaian
daun membujur panjang yang berbentuk pisau pembedah, berjumlah 1 – 4 menyirip,
merupakan rumput-rumputan kasar, abxial dan adaxial glabrous atau kadang-kadang
bersisik, adaxial tumpul, tulang punggung lurus. Segmen-segmen terakhir dari
helaian tangkai sessile pendek, linear membujur-berbentuk pisau pembedah, lebar
1,5-8 mm, bagian dasar menyempit atau yang membatasi dengan tangkai.
Daun
berwarna hijau, pada bidang yang menyamping membentuk indusia palsu yang
merata, indusium palsu merupakan perkembangan dari epidermis daun, tetapi
terbentuk dari tepi daun yang melekuk. Indusia palsu terdapat pada daun yang
masih muda.
F.
Klasifikasi Pteris sp.
Kingdom : Plantae
Division : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Order : Pteridales
Family : Pteridaceae
Genus : Pteris
Spesies : Pteris sp
G. Perkembangbiakannya :
Reproduksi
tumbuhan paku lebih rumit jika dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh
lainnya. Proses reproduksi hanya akan terjadi jika cukup kandungan air di
lingkungan hidupnya sampai proses reproduksi selesai. Akibatnya tumbuhan paku
tidak akan bereproduksi jika kadar air di lingkungannya kurang.
Pteris merupakan pakis homospor yang
mempunyai tipe gametofit yaitu tipe jantung, tipe gametofit ini yang paling
umum. Protaliumnya berbentuk pipih, alat kelamin (gametangium) terletak pada
permukaan ventral (bawah), arkegonium biasanya terletak didekat takik,
anteridium umumnya terletak di antara rizoid.
Tidak semua daun pada Pteris
memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus merupakan daun fertil yang
disebut daun sporofil, jika daun sporofil (daun fertil) diletakkan di atas
permukaan kertas polos, maka bentuk spora akan terlihat seperti serbuk bedak
berwarna hitam, ciklat, kemerahan, kuning atau hijau tergantung jenis tumbuhan
pakunya. Masing-masing spora akan tumbuh menjadi paku dewasa melalui proses
yang kompleks, dan daun paku yang tidak memiliki sorus disebut daun steril
(yannuwidi.1998).
Menurut
fungsinya tumbuhan paku ini terbagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Daun tropofil (daun steril) atau tidak terdapat spora.
Daun ini banyak mengandung klorofil dan banyak dimanfaatkan hanya untuk proses
fotosintesis.
2. Daun sporofil (daun fertile) yang
fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium.
Biasanya
hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis dan merupakan
daun monomorfik, berkumpul atau berdekatan, berukuran 1-20 dm.
Sorus dilindungi oleh indusium palsu
yaitu pelindung yang terjadi karena pelipatan tepi daun.
Sorinya tersebar dipermukaan
daunnya, sepanjang uratnya dan membentuk barisan yang tidak tertutup. Pada
jenis Pteris tertentu sorinya berwarna kuning emas, dan karena hampir
seluruh permukaan bawah tertutup oleh sori, maka warnannya menjadi kuning emas.
Warna dari sporanya bermacam-macam tergantung jenisnya diantaranya yaitu
cokelat, trilete, tetrahedral, rugate dan tuberculate, biasanya dengan tonjolan
yang mengarah ke pinggi.
Sporangia
intramarginal, sori biasanya saling bersinambungan atau saling melekat satu
sama lain kecuali pada segmen pinna atau puncak dan sinus, terdapat paraphyses.
Gametofit berukuran sangat kecil
hanya setengah inchi dan dapat diamati dengan menggunakan alat pembesar seperti
mikroskop. Gametofit memiliki dua set organ reproduksi, antheridium (jantan)
dan archegonium (betina). Antheridium berisi sperma sedangkan archegonium
berisi sel telur, masing-masing terletak di permukaan gametofitnya. Sperma akan
bergerak kearah sel telur jika lingkungan sekitar dalam keadaan lembab
(Suryana.2009).
h. Daur hidup paku Pteris
(homospor) :
Spora yang jatuh ditempat sesuai akan tumbuh menjadi badan
berbentuk lembaran yang disebut prothalium atau gametofit. Spora layaknya biji
pada tanaman tingkat tinggi. Biji yang tumbuh menjadi menjadi tanaman dewasa,
sedangkan spora tumbuh menjadi prothalium atau gametofit (Suryana. 2009).
Ketika sperma bertemu dengan sel telur terjadi penggabungan
materi genetik dihasilkan sel dengan materi genetik yang lengkap. Sel gabungan
ini (zigot) merupakan awal dari pertumbuhan tanaman paku. Zigot ini terletak di
dalam dan dilindungi oleh struktur gametofit, selanjutnya akan tumbuh menjadi
sporofit atau paku dewasa ( Suryana. 2009).
Tumbuhan paku memiliki dua bentuk tubuh yaitu bentuk
gametofit (n), dan bentuk sporofit (2n). Reproduksi terjadi dengan cara
pergiliran keturunan sporofit dengan keturunan gametofit yang dikenal dengan
istilag metagenesis (Suyana. 2009).
Ciri
generasi gametofit:
- Spora yang jatuh di tempat yang
lembab akan tumbuh menjadi prothalium.
- Prothalium merupakan lembaran
yang berbentuk hati, pada permukaan bawah terdapat rhizoid, permukaan atas
terdapat gamet (antheridia dan archegonia)
I.
Manfaat
Dari segi keindahan jenis ini cukup berpotensi untuk tanaman
hias. Pemeliharaannya pun tidak terlalu sukar. Sebenarnya jenis ini berasal
dari amerika tropik, dan didatangkan untuk tanaman hias. Jenis paku ini pun
lebih banyak digunakan sebagai tanaman ground cover apabila ditanam secara
bergerombol, karena mempunyai perawakan yang kecil dan pendek.
4 Pola persebaran tumbuhan paku
Pengamatan terhadap pola sebaran tumbuhan
paku dapat digunakan untuk mengetahui Tingkat pengelompokan dari individu yang
dapat memberikan dampak populasi dari rata rata unit per Area. Rata rata
mengelompok/Clumped/tidak teratur dan sedikit yang seragam atau merata Uniform.
Ewuise ( 1990 ), menyebutkan beberapa
faktor yang mempengaruhi sebaran pada lingkungan yang menentukan penyebarannya
yaitu:
1.
Pencahayaan
Dalam tingkat pencahayaan dapat
dibedakan menjadi 3 bagian pokok yaitu: cahaya cerah, Cahaya keteduhan pekat,
dan cahaya cukupan luas berbagai cakupan keadaan. Dari berbagai tingkat
pencahayaan tersebut dapat mempengaruhi tingkatan ketinggian yang berbeda
antara tumbuhan yang satu dngan yang lainnya.
2.
Kemiringan
Tingkat kemiringan dapat mempengaruhi
tingkat pengambilan Humas atau bahan organik/an organik yang diperlukan oleh
tumbuhan yang bersangkutan.
3.
Umur
Ketika masih muda daunnya
terlihat lebih hijau muda dengan permukaan daunya yang masih elastis sedangkan
ketika sudah tua permukaannya sudah mulai mengeras dengan warna daun yang lebih
hijau tua , kadang kalanya pada tumbuhan jenis paku jika sudah tua sorus pada
daun sudah tidak terlihat lagi.
No comments