Dampak negatif yang ditimbulkan dari proses bioteknologi pangan
Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan produksi
pertanian menimbulkan kecemasan bagi sementara pihak tentang kesehatan, yang
menyangkut keselamatan umum, perlindungan lingkunga sampai resiko terhadap
kesehatan perorangan. Bioteknologi pertanian memberikan harapan terciptanya
suatu isitem pertanian yang berkelanjutan. Tetapi ada yang berpendapat bahwa
bioteknologi dapat mengakibatkan terciptanya gulma baru maupun hama dan penyakit baru, memasukkan racun
dalam makanan, merusak pendapatan petani, mengganggu sistem pangan dunia, dan
merusak keanekaragaman hayati.
Pentingnya lingkungan dalam sistem pertanian sering
dikaitkan dengan konservasi sumber daya alam dan sumber daya hayati.
Kekhawatiran dari penerapan bioteknologi pertanian adalah potensi timbulnya
organisme baru yang dapat berkembang biak dengan tidak terkendali sehingga
merusak keseimbangan alam. Tanaman transgenik yang memiliki keunggulan
sifat-sifat tertentu dikhawatirkan menjadi “gulma super” yang berperilaku seperti
gulma dan tidak dapat dikendalikan. Selain menimbulkan dampak agroekosistem,
produk pangan transgenik dikhawatirkan membahayakan bagi kesehatan manusia.
Salah satu tanaman transgenik dapat menimbulkan alergi pada uji laboratorium,
yaitu kedelai transgenik yang mengandung methionine-rich protein dari Brazil .
(1)
Efek akibat gen asing yang diintroduksi ke dalam organisme transgenik,
(2)
Efek yang tidak diharapkan dan tidak ditargetkan akibat penyisipan gen secara
random dan interaksi antara gen asing dan gen inang di dalam organisme
transgenik,
(3)
Efek yang dikaitkan dengan sifat konstruksi gen artifisial yang disisipkan ke
dalam organisme transgenik, dan
(4)
Efek dari aliran gen, terutama penyebaran secara horizontal dan sekunder dari
gen dan konstruksi gen dari organisme transgenik ke spesies yang tidak
berkerabat.
Contoh:
Upaya
menghasilkan beras transgenik yang rendah glutelin ternyata pada saat bersamaan
memunculkan karateristik lain, yaitu meningkatnya kandungan prolamin. Rendahnya
glutelin berdampak positip pada protein yang tersimpan pada beras (rice
protein storage). Namun, meningkatnya prolamin akan mengakibatkan perubahan
kualitas gizi dan bahaya alergi bagi siapa pun yang mengonsumsinya.
kedelai
kaya lysine (salah satu asam amino esensial), maka ternyata dampak ikutannya
adalah kadar lemak kedelai menjadi turun. Hal ini jelas tidak dikehendaki,
apabila maksud dikembangkannya tanaman kedelai adalah sebagai bahan baku minyak goreng.
Demikian pula beras kaya beta-karoten, menghasilkan karakteristik ikutan berupa
meningkatnya xantophyll.
Resiko di atas menimbulkan potensi bahaya bagi lingkungan
dan manusia sebagai berikut:
(1)
Pemindahan DNA transgenik secara horisontal ke mikroorganisme tanah, yang dapat
mempengaruhi ekologi tanah,
(2)
Kerusakan organisme tanah akibat toksin dari transgenik yang bersifat
pestisida,
(3)
Gangguan ekologis akibat transfer transgen kepada kerabat liar tanaman,
(4)
Kerusakan pada serangga yang menguntungkan akibat transgenik bersifat
pestisida,
(5)
Timbulnya virus baru,
(6)
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik, termasuk dan terutama pada manusia
yang memakan produk transgenik, dan
(7)
Meningkatnya kecenderungan allergen, sifat toksik atau menurunnya nilai gizi
pada pangan transgenik.
Keamanan pangan merupakan jaminan bahwa suatu pangan tidak
akan menyebabkan bahaya bagi konsumen, apaila pangan tersebut disiapkan/dimasak
dan atau dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dan penggunaan makanan tersebut.
Untuk produksi bahan pangan, jasad hidup yang digunakan haruslah jasad hidup
kelompok GRAS (Generally Recognizes as Safe), yaitu kelompok jasad hidup yang
dianggap aman digunakan sebagai sumber bahan pangan.
Dalam rangka pengendalian pangan, parameter obyektif sangat
diperlukan dalam pembuatan keputusan. Hal itu adalah kebutuhan terhadap
kualitas pangan dan standard keamanan, pedoman dan rekomendasi. Perdagangan
pada pangan organik dan hasil pertumbuhan pada sektor ini dibatasi oleh
ketidakadaan peraturan yang harmonis diantara partner-partner dagang yang
potensial. Pada tahun 1991, masyarakat Eropa mengadopsi peraturan tentang
produksi organik hasil pertanian. Pada tahun 1999, CODEX Alimentarius
Commission (CAC) membuat pedoman untuk produksi, pemrosesan, pelabelan dan
pemasaran makanan-makanan yang diproduksi secara organik. Peraturan-peraturan
ini mengatur prinsip-prinsip produksi organik di lahan, pada tahap persiapan,
penyimpanan, transportasi, pelabelan dan pemasaran. Hal ini tidak secara langsung
mencakup hewan ternak tetapi pada proses pengembangan peraturan untuk produksi
hewan ternak secara organik. Adopsi dari pedoman internasional merupakan
langkah yang penting dalam penyediaan pendekatan yang terpadu untuk mengatur
subsektor makanan organik dan fasilitas bagi perdagangan makanan organik.
Pemahanam umum tentang pengertian dari organik seperti halnya yang ada pada
pedoman internasional yang diketahui memberikan ukuran yang penting terhadap
gerakan pemberdayaan perlindungan konsumen melawan praktek-praktek kecurangan.
No comments