Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik yang bersifat heterotrof adalah
tersedianya nutrien, air, suhu, pH, oksigen dan potensial oksidasi reduksi,
adanya zat-zat penghambat dan adanya jasad renik yang lain.
A.
Nutrien
Jasad renik heterotrof
membutuhkan nutrien untuk kehidupan dan pertumbuhannya, yakni sebagai: (1)
sumber karbon, (2) sumber nitrogen, (3) sumber energi, (4) factor pertumbuhan
yaitu mineral dan vitamin. Nutrien tersebut dibutuhkan untuk membentuk energi
dan menyusun komponen-komponen sel. Setiap jasad renik bervariasi dalam
kebutuhannya akan zat-zat nutrisi tersebut.
Pertumbuhan jasad renik di dalam
suatu bahan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang tersedia. Tidak semua air
yang tersedia dapat digunakan oleh jasad renik. Beberapa keadaan di mana air tidak
dapat digunakan oleh jasad renik adalah: (1) adanya solut dan ion yang dapat
mengikat air di dalam larutan, misalnya adanya gula dan garam, (2) koloid
hidrofilik (gel), sebanyak 3-4% dapat menghambat pertumbuhan mikroba dalam
medium, (3) air dalam bentuk kristal es (hidrasi) juga tidak dapat digunakan
oleh jasad renik.
Air adalah penting untuk
pertumbuhan dan metabolisme dari semua sel. Bila air ini dikurangi atau
dihilangkan, aktivitas seluler akan menurun.
Contoh: pengambilan air dari
sel dengan cara pengeringan atau mengubah bentuk dari air tersebut (dari bentuk
cair menjadi padat), mengurangi ketersediaan air bagi sel-sel tersebut
(termasuk sel-sel mikroba) untuk aktivitas metabolic.
Terdapat dua jenis bentuk air
yaitu air bebas dan air terikat. Air terikat adalah air yang terdapat dalam
jaringan serta bersifat penting bagi seluruh proses fisiologis dalam sel
tersebut. Air bebas adalah air yang terdapat pada dan sekitar jaringan serta
dapat dihilangkan dari sel-sel tanpa mempengaruhi secara serius proses-proses
penting tersebut.
Air bebas inilah yang penting
bagi kelangsungan hidup dan aktivitas mikroba. Oleh karena itu, melalui
pengambilan air bebas, tingkat aktivitas mikrobiawi dapat dikendalikan.
Jumlah air yang tersedia bagi
mikroba inilah yang disebut sebagai aktivitas air (aw).
Air
murni memiliki suatu aktivitas air 1,0.
Bakteri memerlukan lebih banyak air daripada khamir, khamir memerlukan
air lebih banyak daripada jamur untuk melakukan aktivitas metabolisnya.
Hampir semua aktivitas mikroba terhambat
di bawah aw 0,6. Kebanyakan jamur terhambat dibawah aw
0,7 sedangkan khamir dibawah aw
0,8 serta kebanyakan bakteri dibawah aw 0,9.
Secara alami terdapat kekecualian
serta beberapa spesies dari mikroba dapat berada aktif di luar kisaran
tersebut.
Contoh yang dapat menggambarkan
aktivitas air dan aksi mikroba adalah
* Aw 1,0 terdapat pada pangan yang sangat mudah rusak
* Aw 0,95 Pseudomonas, Bacillus, Clostridium
perfringens serta beberapa khamir terhambat, terdapat pangan dengan sukrosa
40% atau 7% garam.
* Aw 0,90 Batas rendah untuk pertumbuhan bakteri Salmonella,
Vibrio parahaemolyticus, Clostridium botulinum, Lactobacillus dan beberapa
khamir dan jamur terhambat, pangan dengan 55% sukrosa, 12% garam.
* Aw 0,80 Batas rendah untuk kebanyakan aktivitas enzim
serta pertumbuhan dari banyak jamur, Staphylococcus aureus terhambat,
terdapat pada sirup buah-buahan.
Aktivitas air dari bahan pangan
tersebut dapat diubah dengan cara mengatur jumlah air bebas yang tersedia.
Terdapat beberapa cara untuk mencapainya
yaitu pengeringan untuk mengambil air, pembekuan untuk mengubah keadaan air
dari cair menjadi padat, meningkatkan atau menurunkan konsentrasi zat terlarut
(solut) dengan cara penambahan garam atau gula atau senyawa hidrofilik (garam
dan gula merupakan dua zat aditif umum yang digunakan untuk pengawetan
makanan).
Penambahan garam dan gula pada
suatu pangan akan mengikat air bebas, akibatnya aw tersebut menurun.
Sebaliknya, penurunan konsentrasi tersebut akan menaikkan jumlah air bebas dan
juga aw.
Manipulasi dari aw tersebut
dengan cara seperti ini dapat digunakan untuk menopang pertumbuhan mikroba yang
dikehendaki serta menghambat pertumbuhan mikroba pengganggu/perusak.
C. Nilai pH
Nilai pH medium sangat berpengaruh
pada jenis mikroba yang tumbuh. Jasad renik pada umumnya dapat tumbuh pada
kisaran pH 3 – 6. kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum, yakni pH dimana
pertumbuhannya optimum, sekitar pH 6,5 – 7,5. pada pH di bawah 5 dan di atas
8,5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam asetat (Acetobacter
suboxydans) dan bakteri yang mengoksidasi sulfur. Sebaliknya khamis
menyukai pH 4 – 5 dan dapat tumbuh pada
kisaran pH 2,5 – 8,5. Oleh karena itu, khamir tumbuh pada pH rendah dimana
pertumbuhan bakteri terhambat. Kapang mempunyai pH optimum 5,7, tetapi seperti
halnya khamir, kapang masih dapat hidup pada pH 3,0 – 8,5.
D.
Suhu
Masing-masing jasad renik mempunyai suhu optimum, minimum dan
maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini disebabkan di bawah suhu minimum dan di
atas suhu maksimum, aktivitas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu yang
terlalu akan terjadi denaturasi enzim.
Jasad renik dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan
atas kemampuannya untuk dapat memulai pertumbuhan pada kisaran suhu tertentu.
Penggolongan tersebut yaitu: a). psikrofil, b). mesofil, c). termofil.
Tabel 3 Kisaran Suhu untuk Pertumbuhan
Jasad Renik
Kelompok mikroba
|
Suhu Pertumbuhan (oC)
|
||
Minimum
|
Optimum
|
Maksimum
|
|
Psikrofil
Mesofil
Termofil
|
0 –5
10 – 20
25 – 45
|
5 – 15
20 – 40
45 – 60
|
15 – 20
40 – 45
60 – 80
|
Kapang dan khamir pada umumnya tergolong mesofil. Karena itu, dapat
tumbuh dengan baik pada makanan yang disimpan pada suhu kamar, bahkan pada
beberapa mikroba dapat tumbuh pada suhu pendinginan. Makanan yang disimpan
dalam lemari es masih mungkin ditumbuhi oleh jasad renik yang tergolong
psikrofil, sedangkan makanan yang disimpan dalam keadaan panas, mungkin masih
dapat ditumbuhi oleh mikroba termofil.
E. Tersedianya Oksigen
Konsentrasi oksigen di alam mempengaruhi jenis mikroba yang dapat tumbuh. Jasad renik dapat dibedakan menjadi 4 kelompok berdasarkan kebutuhannya akan oksigen untuk pertumbuhannya, yaitu jasad renik bersifat aerob, anaerob, anaerob fakultatif dan mikroaerofil. Kapang dan khamir pada umumnya bersifat aerob, sedangkan bakteri dapat bersifat aerob atau anaerob.
F. Komponen Antimikroba
Komponen antimikroba dalam suatu bahan dapat menghambat pertumbuhan jasad renik. Komponen antimikroba biasa terdapat secara alami pada bahan pangan, misalnya laktenin dan factor antikoliform di dalam susu, dan lisosim dalam putih telur. Beberapa komponen antimikroba kadang-kadang ditambahkan pada makanan secara sengaja, misalnya asam benzoat di dalam sari buah, asam propionat dalam roti, asam sorbat dalam keju.
6.2 Perkembangan
(perkembangbiakan, reproduksi)
Perkembang
biakan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Yang paling
banyak terjadi adalah perkemban biakan aseksual. Pembiakan aseksual terjadi
dengan pembelahan biner, yakni satu sel induk membelah menjadi dua sel anak.
Kemudian masing-masing sel anak membentuk dua sel sel anak lagi dan seterusnya.
Selain pembelahan biner (binary fission) ada pembelahan ganda (multiple
fission), dan perkuncupan (budding).
No comments