Generasi spontan lawan biogenesis
Ditemukannya suatu dunia organisme yang tidak
tampak dengan mata bugil itu membangunkan minat terhadap perdebatan hebat pada
masa itu mengenai asal mula kehidupan.
Dari manakah datangnya jasad-jasad renik itu?
Ada
yang menduga bahwa jasad renik itu muncul sebagai akibat dekomposisi jaringan
tumbuhan atau hewan yang mati. Dengan kata lain mereka mengira bahwa organisme
hidup berasal dari bahan mati yang mengalami penghancuran. Konsepsi ini yaitu
bahwa kehidupan berasal dari bahan mati, dikenal sebagai generasi spontan atau
abiogenesis (abio : tidak hidup, genesis : asal). Pemikiran mengenai generasi
spontan sekurang-kurangnya telah dicetuskan oleh bangsa Yunani Kuno yang
meyakini bahwa daging yang membusuk menghasilkana belatung dan bahwa lalat
serta katak muncul begitu saja dari Lumpur pada keadaan-keadaan iklim tertentu.
Banyak orang pada masa lalu tidak sependapat bahwa mikroorganisme menjelma
melalui generasi spontan, tetapi tidak sedikit pula yang mendukung berlakunya
teori ini bagi cacing, serangga dan sebagainya.
Bagi
teori yang mengatakan bahwa benda hidup dapat bermula secara spontan, terdapat
baik penganut maupun penentangnya masing-masing dengan suatu penjelasan baru
yang kadang-kadang mengagumkan ataupun sedikit bukti percobaan. Pada tahun
1749, John Needham (1713-1781) melakukan percobaan dengan daging yang dimasak
dan mengamati bahwa terdapat mikroorganisme pada awal percobaan dan
berkesimpulan bahwa jasad-jasad tersebut berasal dari daging. Kira-kira dalam
waktu yang sama Lazaro Spallanzani (1729-1799), dalam usahanya untuk
membuktikan bahwa konsepsi abiogenesis itu tidak benar, mendidihkan kaldu
daging, yaitu suatu larutan nutrien dalam labu selama satu jam lalu wadah itu
ditutupnya rapat-rapat. Maka tak ada jasad renik dalam labu tersebut. Tetapi
hasil percobaannya ini, yang dikuatkan dalam rangkaian percobaan ulangan, tidak
dapat meyakinkan Needham bahwa mikroba tidaklah muncul karena generasi spontan.
Needham berpendapat bahwa diperlukan udara untuk generasi spontan mikroba dan
bahwa karena udara itu dikeluarkan dari labu pada percobaan Spallanzani, maka
tidak ada mikroba yang muncul. Perbedaan pendapat ini dipecahkan 80 atau 90
tahun kemudian oleh dua peneliti secara terpisah, yaitu Franz Schulze
(1815-1873) dan Theodor Schwann (1810-1882). Schulze melalukan udara melewati
larutan asam pekat ke dalam labu berisi kaldu daging yang didihkan, sedangkan
Schwan melalukan udara melalui tabung membara ke dalam labu berisi kaldu daging
yang dididihkan. Dan ternyata di dalam masing-masing labu itu tidak ada mikroba
karena terbunuh oleh asam dan panas yang luar biasa. Namun tetap saja hal ini
belum meyakinkan mereka yang menyokong konsepsi abiogenesis. Mereka mengatakan
bahwa asam dan panas mengubah udara sedemikian sehingga tidak mendukung
pertumbuhan.
Sekitar
1850 Schroder dan Von Dusch melakukan percobaan yang lebih meyakinkan dengan
melewatkan udara melalui tabung berisi kapas ke dalam labu berisi kaldu yang
sebelumnya dipanaskan. Mikroba disaring ke luar dari udara oleh serat-serat
kapas dan dengan demikian dicegah masuk ke dalam labu maka tidak ada jasad
renik yang tumbuh dalam kaldu tersebut.
Di
antara bukti-bukti yang paling penting ialah hasil percobaan John Tyndall pada
awal tahun 1970-an. Ia menciptakan sebuah kotak bebas debu dan menempatkan
tabung-tabung berisi kaldu steril di dalamnya. Selama udara dalam kotak itu
bebas debu maka selama itu pula kaldu dalam tabung tetap steril.
Partikel-partikel debu mengendap dan tertahan pada tabung berbentuk leher angsa
yang menuju ke dalam kotak. Inilah bukti bahwa mikroba terbawa oleh
partikel-partikel debu.
Selama
periode ini muncullah muka baru dalam ilmu pengetahuan, yakni Louis Pasteur
(1822-1895). Pasteur merasa tertarik pada industri minuman anggur dan
perubahan-perubahan yang terjadi selama proses fermentasi. Perhatiannya
terhadap fermentasi inilah yang mendorongnya ikut berdebat tentang generasi
spontan. Fermentasi terjadi karena enzim, yakni zat yang dihasilkan sel hidup
yang menyebabkan berlangsungnya reaksi-reaksi kimiawi tertentu. Contoh, sari
buah apel atau anggur, bila dibiarkan akan meragi, hasilnya alcohol dan asam.
Apakah hasil fermentasi itu disebabkan oleh mikroorganisme yang ada dalam sari
buah itu atau sebaliknya? Jasad renik dalam sari buah itulah yang berasal dari
proses fermentasi, sebagaimana yang dikemukakan pendukung teori abiogenesis.
Secara teguh Pasteur menentang konsepsi generasi spontan. Karena itu ia mulai
menyimak secara cermat karya-karya terdahulu mengenai masalah tersebut lalu
melanjutkannya dengan merancang banyak sekali percobaan untuk mendokumen
tasikan fakta bahwa mikroorganisme hanya dapat timbul dari jasad renik lain
(biogenesis).
Pasteur
melakukan percobaan untuk mengakhiri pertikaian mengenai masalah tersebut. Ia
mempersiapkan larutan nutrien dalam labu yang dilengkapi dengan lubang panjang
dan sempit berbentuk leher angsa. Kemudian ia memanaskan larutan nutrien itu
dan udara tanpa perlakuan dan tanpa disaring dibiarkannya lewat keluar masuk.
Tak ditemukan mikroba dalam larutan itu. Alasannya adalah bahwa
partikel-partikel debu yang mengandung mikroba tidak mencapai larutan nutrien.
Mereka mengendap dalam bagian tabung leher angsa yang berbentuk U dan aliran
udara demikian berkurangnya sehingga partikel-partikel tadi tidak terbawa ke
dalam labu.
Dengan
diterimanya konsepsi biogenesis ini maka terbukalah jalan untuk karya Pasteur
berikutnya tentang fermentasi dan mikroorganisme-mikroorgnisme penyebab
penyakit.
No comments