INKONTINESIA
LATAR
BELAKANG
Dalam tumbuh kembang seorang anak akan
menjadi kontinen pada siang hari menginjak usai 2 tahun dan untuk malam hari
menginjak usai 4 tahun. Jika anak tetap mengompol, maka harus dibedakan antara
enuresis dan inkontinensia. Hal – hal yang harus diperhatikan :
·
Defek anatomis otot sfingter dan
buli – buli (mis : epispadia komplit, ekstrofia buli, urerter ektopik)
·
Inervasi buli dan otot sfingter
yang tak sempurna (mis : myelomeningocele)
·
Gangguan fungsi buli dan otot
sfingter
KLASIFIKASI
Enuresis
Definisinya adalah proses berkemih yang
normal pada waktu dan atau tempat yang tidak pantas atau secara sosial tak
dapat diterima. Anak dengan enuresis berkemih saat tidur malam hari dant tidak
terjaga karenanya. Kondisi ini adalah monosimtomatik dan riwayat keluarga jelas
berpengaruh.
Primary
Nocturnal Enuresis
Mengompol di tempat tidur sejak kelahiran
tanpa ada periode tanpa mengompol setidaknya 6 bulan
Secondary
(onset) Nocturnal Enuresis
Mengompol sesudah pernah ada periode
’kering’ setidaknya selam 6 bulan
Nocturnal
Polyuria Enuresis
Adalah enuresis nokturnal pada anak dengan
produksi urine yang melebihi kapasitas buli
Diurnal
Enuresis
Mengompol yang menyertai gangguan kurang
perhatian, anak berkemih tuntas, fungsi buli dan urethra normal
Inkontinensia
Adalah keluarnya air kemih tanpa dikendalikan,
dapat dilihat secara obyektif dan menimbulkan masalah sosial dan higiene.
Inkontinensia
yang disebabkan oleh kelainan anatomis pada saluran kemih
Ektopik ureter, ureterocele, prune belly
syndrome, ekstrofia buli, epispadia, posterior urethral valve, kloaka.
Inkontinensia
yang disebabkan gangguan neurogenik
Spinal dysraphism, caudal regression dan
gangguan SSP lainnya
Inkontinensia
fungsional pada non-neuropathic sphyncter dysfuction
Berkaitan dengan ISK dan terutama terjadi
pada anak wanita
DIAGNOSIS
Evaluasi diagnostik meliputi :
·
Riwayat
·
Pemeriksaan fisik umum, urologis
dan neurologis (urinalisis dan kultur, berat jenis) + sonography (resiudal
urine, ketebalan dinding buli, saluran atas)
·
Diagram frekuensi-volume (sesudah
pengobatan ISK)
Jika pada pemeriksaan tidak didapatkan suatu
patologi, maka dapat diasumsikan sebagai enuresis dan tidak diperlukan
pemeriksaan tambahan lain.
Pemeriksaan tambahan lain dibutuhkan saat
didapatkan suatu patologi dan meliputi :
·
Uroflow
·
VCUG
·
Video urodynamic
·
Intravenous urogram
·
Pemeriksaan
dengan anestesia (urethrocystoscopy, urethral calibration)
·
Pemeriksaan lanjutan neurologis,
radiologis dan psikiatris (termasuk MRI sumsum tulang belakang)
·
Radionuclid study untuk menilai
fungsi ginjal.
TATA
LAKSANA
Nokturnal enureis terapi dimulai bila
kondisi telah mengganggu dan si anak telah termotivasi untuk tidak mengompol
lagi, biasanay usia 5 – 6 tahun. Terapi perilaku termasuk motivasi, konseling
tentang kebiasaan berkemih dan minum, pengaturan dengan jam alarm, dan penanganan
konstipasi adalah terpi lini pertama. Dapat digunakan DDAVP (desmopressin) 10 –
40 mg nasal spray untuk maksimum 6 bulan, namun terjadi relaps setelah obat
dihentikan. Oxybutinin 5 mg 2 – 4 kali/hari dapat membantu pada beberapa kasus
bila diberikan pada awal malam.
Diurnal
Enuresis (pada anak dengan gangguan perhatian)
Support dan eduaksi orang tua, antidepressan
trisiklik dibawah penanganan seorang psikiater anak.
Inkontinensia
Bila terjadi ISK berulang, dimulai pemberian
antibiotik jangka panjanguntuk 6 bulan. Inkontinensia urin diobati berdasarkan
etiologi yang ditemukan pada studi urodinamik
Inkontinensia
Urin dengan Kelainan Anatomis
Pengobatan dalam lingkup operatif. Untuk
koreksi kelainan anatomis
Inkontinensia
urin dengan Kelainan Neurogenik
Perhatian utama ada pada menjaga fungsi
ginjal dan pengosongan buli yang memadai. CIC dilakukan pada anak dengan
disinergi detrusor – sfingter. Pengobatan diberikan berdasarkan penemuan
urodinamik :
·
Detrusor hyperreflexia :
oxybutinin, propiverin, tolterodine
·
Detrusor – sphincter dyssinergia :
alpha blocker, polysynaptic inhibitor (baclofenum)
Inkontinensia
Urin Fungsional Non – Neuropathic Bladder – Sphincter Dysfunction
Urge syndrome : bladder rehabilitation
(konselling tentang berkemih dan kebiasaan minum) ; farmakoterapi (oxybutinin,
propiverin, tolteridon), intravesical stimulasi dan transcutaneous
neuromodulation.
Dysfuctional voiding (diskoordinasi detrusor
– sphincter) : bladder rehabilitation (konselling), CIC bila rest urine
jumlahnya signifikan berdasarkan urodinamik dengan tekanan intra vesica >40
mmH2O, farmakoterapi (α blocker, polysynaptic inhibitor)
Lazy bladder syndrome : konseling, CIC,
penangan konstipasi.
Hinman syndrome : menurut pemeriksaan
urodinamik, konseling, CIC bila pengosongan buli tidak sempurna.
No comments