metode pewarnaan
1).
Pewarnaan spora
Spora pada bakteri merupakan
struktur yang tahan panas dan tahan bahan kimia. Spora dibentuk oleh bakteri
tertentu untuk mengatasi lingkungan yang tidak menguntungkan bagi bakteri
tersebut. Bakteri pembentuk spora antara lain Bacillus, Clostridium,
Thermoactinomyces, Sporosarcina dan lain lain.
Spora bakteri dapat diwarnai dengan
cara dipanaskan. Pemanasan ini menyebabkan lapisan luar spora mengembang
sehingga zat warna dapat masuk. Bahan yang digunakan untuk pewarnaan spora
adalah larutan hijau malakhit dan larutan safranin.
2).
Pewarnaan kapsula
Lapisan kapsul cukup tebal, sehingga
dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, namun demikian sulit diwarnai sehingga
perlu diberi pewarnaan khusus. Pada pewarnaan negatif, latar belakangnya
diwarnai zat warna negatif, sedangkan bakterinya diwarnai zat warna basa.
Kapsula tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan terang tembus dengan
latar belakang yang berwarna. Salah satu pewarnaan kapsula menurut raebiger
yaitu dengan menggunakan laruta formol-gentian violet Raebiger.
3).
Pewarnaan flagela
Untuk melihat flagela digunakan cara
khusus. Penambahan bahan kimia berupa larutan mordan yang berguna untuk
membengkakkan flagela sehingga dapat dilihat dengan mikroskop cahaya.
4).
Pewarnaan badan inkluisi
Beberapa bakteri dapat mensintesis
badan inklusi atau granula yang disimpan dalam sitoplasma. Asam PHB membentuk
granula seperti lipida dapat diwarnai dengan zat warna yang larut dalam lipida,
sperti Sudan black B. Zat warna ini mewarnai granula PHB menjadi biru tua,
sedangkan sitoplasma menjadi merah. Bila ada spora dalam bakteri, maka spora
ini tidak akan menyerap warna. Zat warna yang larut dalam lipida seringkali
disebut zat warna netral, karena bagian berwarnanya tidak mempunyai muatan dan
mewarnai granula lipida karena larut dalam bahan lipida.
No comments