NENEK MOYANG MAKHLUK HIDUP
Sepanjang sejarah manusia modern
muncul perdebatan sengit di seputar asal usul kehidupan makhluk di muka Bumi.
Semua itu muncul dari naluri kemanusiaan kita sendiri. Adalah wajar jika kita
ingin tahu siapakah sebenarnya nenek moyang kita
Ada dua kelompok besar dalam hal
ini. Yang pertama adalah kelompok agamawan. Sedangkan yang kedua adalah
kelompok ilmuwan. Pada masing-masing kelompok besar itu masih terbagi dalam
beberapa kelompok juga yang berbeda-beda pendapat tentang asal-usul sejarah
manusia.
Pada umumnya, kelompok agamawan
berpendapat bahwa makhluk hidup, khususnya manusia adalah diciptakan oleh
Tuhan. Semua agama berpendapat sama tentang hal ini. Termasuk Islam. Sedangkan
para ilmuwan - khususnya sebelum abad 20 - berpendapat bahwa makhluk hidup
muncul di muka Bumi karena faktor alamiah.
Dari sinilah munculnya perdebatan
sengit itu. Terutama antara agamawan kristen dengan para ilmuwan. Meskipun,
pada akhirnya pihak gereja mengakui bahwa manusia agaknya memiliki keturunan
yang sama dengan nenek moyang kera.
Hal itu dikemukakan oleh Paus
Johanes Paulus II dalam pidatonya, 22 Oktober 1996. Bahwa, antara manusia
modern dengan dengan kera purba terdapat ‘diskontinuitas ontologis’. Yaitu,
ketika Tuhan meniupkan ruh kepada sosok makhluk yang semula keturunan hewan.
Maka sejak itulah sosok yang tadinya belum manusia itu menjadi manusia.
Sedangkan di kalangan umat Islam
sendiri, belum ada suatu kesepakatan tentang hal ini. Secara umum, kebanyakan
di antara umat Islam, memiliki pendapat bahwa Allah menciptakan manusia dari
tanah dengan mengucapkan kata ‘kun’. Maka jadilah ia seorang manusia. Ia
adalah manusia pertama yang diberi nama Adam. Dan, hawa adalah istri yang
diciptakan dari dirinya...
Akan tetapi sebelum membahas
tentang manusia pertama ini, saya ingin mengajak pembaca untuk menelusuri nenek
moyang makhluk hidup secara umum. Sedangkan, pembahasan Adam akan kita lakukan
pada bagian khusus, di bagian berikutnya.
Ilmu pengetahuan modern, khususnya
penetitian biomolekuler, mengarah pada kemajuan yang luar biasa. Banyak hal
yang tadinya tersimpan rapat, kini mulai terkuak. Banyak pihak yang kini
optimis bahwa penelitian bidang biomolekuler akan memberikan arah baru dalam
peradaban manusia di abad-abad mendatang. Terutama dalam bidang kedokteran
palaentologi.
Yang satu berperan dalam pengobatan
penyakit dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, sedangkan yang kedua
bermanfaat untuk melacak asal-usul sejarah kahidupan di muka Bumi.
Yang menarik dalam bidang
palaentologi adalah adanya indikasi bahwa struktur genetika kita itu merekam
berbagai peristiwa di masa lampau. Kalau benar, ini sungguh suatu kejutan yang
luar biasa. Dan akan memberikan manfaat yang sangat besar untuk melacak
asal-usul kehidupan di muka Bumi.
Catatan-catatan sejarah yang selama
ini mengandalkan cerita-cerita bakal mendapatkan saingan ketat dari informasi
genetika. Selama ini, catatan sejarah dikritik sebagai milik para penguasa,
karena merekalah yang bisa mengatur dan memanipulasi cerita mana yang harus
ditulis, dan bagian mana yang harus dihilangkan. Tapi, dengan adanya rekaman
sejarah dalam genetika ini, kita tidak bisa dibohongi lagi. Kecuali oleh para
interpretatornya - yaitu para ilmuwan genetika yang sudah berpihak kepada
penguasa.
Namun lepas dari itu semua, catatan
sejarah dalam genetika kita memang lebih valid. Konon, menurut penelitian
genetika, bangsa-bangsa yang pernah dijajah oleh Jenghis Khan memiliki rekaman
sejarah penjajahan itu di dalam genetikanya. Atau, mungkin, bangsa-bangsa yang dijajah
oleh Belanda - seperti Indonesia - pun kalau
diteliti bakal menunjukkan data-data sejarah tersebut, lewat kode-kode
genetikanya...
Sebelum menyimpang lebih jauh, saya
ingin mengajak anda untuk kembali kepada penelusuran nenek moyang makhluk hidup
di permukaan planet Bumi.
Struktur genetika manusia modern
ternyata menyimpan gen-gen makhluk sebelumnya. Maksud saya bukan hanya manusia,
melainkan juga genetika hewan dan genetika tumbuhan.
Di antaranya, genetika kita
menyimpan genetika binatang primata yang hidup sekitar 50 juta tahun silam.
Juga mengandung gen binatang merayap yang hidup sekitar 360 juta tahun silam.
Kita juga mengandung gen reptilia yang hidup sekitar 200 juta tahun silam. Kita
juga mengandung gen Chordata yang hidup sekitar 500 juta tahun yang lalu. Juga
memuat gen-gen yang lebih sederhana sampai makhluk-makhluk bersel tunggal
miliaran tahun yang lalu...
Penemuan ini memunculkan babak baru
dalam debat yang lebih sengit tentang asal usul nenek moyang manusia. Para
pembela teori evolusi berpendapat, ini menjadi bukti bahwa manusia berasal dari
makhluk-makluk bersel lebih sederhana. Mereka mengalami evolusi selama miliaran
tahun hingga menjadi seperti sekarang. Buktinya, genetika mereka diturunkan
kepada manusia generasi sekarang.
Sedangkan para pembela teori
penciptaan mengatakan bahwa belum ada data yang akurat tentang rekaman sejarah
dalam genetika itu. Yang berhasil dipetakan barulah gen-gen manusia. sedangkan
gen-gen makhluk lainnya masih belum ada yang diteliti secara utuh. Karena itu
belum bisa diambil kesimpulan yang akurat tentang asal-usul manusia.
Bahwa DNA penyusun manusia - hewan
- tumbuhan - itu adalah sama, kedua belah pihak sepakat. Akan tetapi, kesamaan
itu pun tidak harus menjadi bukti bahwa ketiga makhluk hidup itu muncul
melewati mekanisme evolusi.
Seperti bangunan rumah saja. Meskipun bahan penyusunnya sama
- yaitu batu bata - tetapi tidak berarti rumah bertingkat tiga adalah hasil
renovasi rumah bertingkat dua, dan hasil renovasi dari rumah berlantai 1.
Ketiga jenis rumah itu bisa saja diciptakan berbarengan oleh pembuatnya.
Jadi meskipun tanaman, hewan dan
manusia memiliki DNA yang sama, bukan berarti mereka, muncul secara berevolusi.
Bisa saja diciptakan berbarengan oleh Sang Pencipta. Buktinya adalah munculnya
ribuan jenis makhluk hidup di jaman Cambrian, sekitar 500 juta tahun yang lalu.
Ini menunjukkan bahwa suatu makhluk tidak selalu muncul dari perkembangan
makhluk lainnya yang lebih rendah.
Begitulah perdebatan sengit masih
terus berlangsung hingga kini. Masing-masing memiliki argumentasi
sendiri-sendiri yang diklaim paling henar. Masalahnya memang, masing-masing
juga memiliki kelemahan dari segi data yang menguatkan argumentasinya.
Harapan kita, dengan semakin
majunya penelitian genetika akan diperoleh data yang semakin valid yang bakal
menunjukkan arah baru dalam memahami siapa sebenarnya nenek moyang makhluk
hidup di muka Bumi. Benarkah kita semua berasal dari makhluk bersel satu yang
dikenal dengan nama LUCA (Last Universal
Common Anchestor)? Ia adalah makhluk bersel tunggal yang diperkirakan hidup
sekitar 3,5 miliar tahun lalu. Ataukah, manusia ini diciptakan secara khusus
tanpa melewati jalur bertingkat dari makhluk bersel lebih rendah.
Dalam hal demikian, sebenarnya Al
Qur’an memberikan guidance alias petunjuk komprehensif, bahwa kita harus
melakukan eksplorasi dua sisi. Sisi pertama, adalah menggali arahan Al Qur’an
tentang asal usul penciptaan manusia. Dan sisi yang kedua, petunjuk itu mesti
kita telusuri dari tanda-tanda yang dihamparkan Allah di alam sekitar kita.
Petunjuk pertama berdasar pada ayat-ayat qauliyah, sedangkan petunjuk kedua
berasal dari ayat-ayat kauniyah.
QS. As Sajadah (32): 26
Dan apakah tidak menjadi petunjuk bagi mereka berapa
banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan sedangkan mereka
sendiri berjalan di tempat-tempat kediaman mereka itu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda. Maka apakah mereka tidak mendengarkan
(memperhatikan)?
Allah mengarahkan agar umat Islam
memperhatikan peninggalan-peninggalan umat terdahulu. Karena, di sana banyak
pelajaran yang bisa kita petik. Termasuk menelusuri sejarah keberadaannya.
Inilah yang selama ini berkembang sebagai ilmu sejarah, anthropologi, dan
palaentologi.
Dari ketiga ilmu itu kita
sebenarnya memperoleh banyak pelajaran kehidupan. Namun, tentu saja kita harus
tetap kritis dalam menyikapi berbagai penemuan itu. Perkembangan yang terjadi
harus tetap kita cross-check dengan petunjuk utama kehidupan kita, Al
Qur’an.
Dalam hal nenek moyang bersama ini,
Al Qur’an menunjuk kepada kesamaan yang luar biasa ketika Allah menyebut air
dan tanah sebagai bahan baku asal usul manusia
maupun makhluk hidup. Di bawah ini saya kutipkan kembali ayat yang
menginformasikan bahwa seluruh makhluk hidup diciptakan Allah dari air.
QS. Al Anbiyaa' (21): 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Bahkan di ayat lainnya, Allah juga
menyebut secara lebih spesifik tentang asal-usul manusia dan hewan, yang
diciptakan dari air itu.
QS. Al Furqaan (25): 54
Dan Dia yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia
jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha
Kuasa.
QS. An Nuur (24): 45-46
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka
sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian
berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (lain) berjalan dengan empat kaki.
Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang
menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.
Yang menarik, adalah rangkaian ayat
pada surat An Nuur : 45-46. Kedua ayat itu
mengatakan bahwa hewan-hewan diciptakan dari air, dan kemudian bermunculanlah
binatang-binatang daratan yang berjalan dengan perutnya, kaki dua dan kaki
empat.
Ayat ini sering diklaim oleh para
penganut teori evolusi muslim sebagai bukti adanya perpindahan binatang air ke
binatang darat. Itu adalah masa-masa dimana muncul binatang amphibi dan
reptilia yang berjalan dengan perut, dua kaki, dan kemudian ada yang empat
kaki. Dalam periodisasi evolusi, itu terjadi sekitar 360 juta tahun yang lalu.
Namun, ayat ini memang tidak
menyebut secara eksplisit bahwa binatang daratan itu berasal dari binatang air
yang berevolusi. Kalimat khalaqa kulla daabatin min maa-in – ‘menciptakan
setiap binatang melata dari air’ itu bisa ditafsirkan bahwa masing-masing
binatang daratan itu diciptakan Allah dari air. Bukan dari binatang air yang
lebih rendah tingkatannya.
Karena itu, data-data sejarah
sangat penting. Ayat-ayat Qur'an hanya memberikan
tanda-tanda dan koridor agar kita tidak menyimpang terlalu jauh dari kejadian
sesungguhnya. Nah, tugas kita adalah membuktikan tanda-tanda yang bersifat
arahan itu dengan data ilmiah.
Hal itu dikatakan Allah pada ayat
46, bahwa Allah telah menurunkan ayat-ayat (tanda-tanda) yang menjelaskan dan
memimpin siapa yang dikehendakinya ke arah jalan yang lurus. Jalan
yang mengantarkan kita kepada bukti-bukti yang menguatkan
petunjuk itu.
Namun, yang menarik adalah
data-data periode munculnya kehidupan di muka Bumi. Data-data yang disusun
berdasar usia fosil itu sungguh sangat misterius, sekaligus menarik untuk
dikaji.
Dikatakan bahwa fosil tertua adalah
fosil-fosil makhluk bersel satu. Usianya sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu.
Fosil yang lebih muda muncul pada 2 miliar tahun yang lalu berupa makhluk yang
disebut sebagai eukariyot. Sejenis makhluk kecil yang bersel banyak.
Tumbuhan air bersel lebih banyak,
muncul di fosil yang berusia lebih muda, sekitar 580 juta tahun yang lalu.
Namanya Ediacaran Fauna. Jadi selama sekitar 2 miliar tahun di awal usia Bumi,
penghuni planet ini hanyalah makhluk-makhluk mikroorganisme.
Barulah pada sekitar 500 juta tahun
yang lalu terjadi ‘ledakan cambrian’, dimana secara tiba-tiba muncul
binatang-binatang air dalam jumlah yang sangat besar. Di antaranya adalah jenis
cacing dan trilobit. Mereka berenang-renang dan melejit-lejit di seluruh
perairan di muka Bumi.
Para ilmuwan dibuat heran dengan
adanya peristiwa ini. Terutama para penganut teori evolusi. Mereka tidak habis
pikir bagaimana bisa muncul jumlah spesies demikian banyak hanya dalam waktu
demikian singkat. Sekitar 10-20 juta tahun, dan kemudian musnah secara massal.
Kecuali beberapa saja di antaranya.
Masa sesudah itu didominasi oleh
binatang air yang berderajat lebih tinggi, yaitu binatang bertulang belakang.
Di antaranya adalah jenis-jenis ikan purba. Dalam waktu bersamaan, di daratan
mulai muncul tanaman & pepohonan.
Tapi tak lama kemudian semua itu
musnah secara massal lagi. Usia hidup mereka diperkirakan sekitar 60 juta
tahun. Dan, disusul dengan munculnya binatang jenis siput air, selama kurang
lebih 10 juta tahun. Berbarengan dengan kehidupan siput air itu, di daratan
muncul binatang melata Arthropoda, dan kemudian disusul jenis amphibi &
reptilia yang berjalan dengan dua kaki dan empat kaki.
Lebih jauh, semakin tua usia Bumi
bermunculanlah makhluk udara jenis capung dan serangga lainnya. Disambung
munculnya binatang besar dalam kelompok dinosaurus. Waktu itu Bumi semakin
ramai dihuni oleh makhluk hidup, di perairan, di daratan dan di udara. Tapi,
semua itu mengalami kepunahan massal lagi, sekitar 250 juta tahun yang lalu.
Tapi anehnya, kehidupan makhluk
Bumi justru menjadi semakin ramai di fase berikutnya. Yaitu, di jaman Jurasik.
Bermunculanlah berbagai jenis ikan di perairan, burung-burung di udara, dan
mamalia di daratan. Termasuk kemunculannya lagi dinosaurus. Pepohonan yang
berbunga pun ikut memarakkan pemandangan planet Bumi. Masa ini bertahan cukup
lama sekitar 150 juta tahun. Sebelum kemudian punah massal sekitar 65 tahun
yang lalu.
Fase terakhir dari data
palaentologis itu adalah kemunculan primata sekitar 60 juta tahun yang lalu.
Pepohonan dan padang rumput semakin banyak di mana-mana. Jenis-jenis ikan
berenang-renang kesana kemari di perairan. Burung-burung pun semakin banyak
beterbangan di udara Bumi.
Dan, puluhan juta tahun setelah itu
- sekitar 2 juta tahun yang lalu - muncullah spesies manusia untuk pertama
kalinya. Sosok makhluk tertinggi yang menghuni planet Bumi. Fosilnya muncul
tersebar di berbagai benua. Ada di Afrika. Ada di Australia.
Muncul juga di China, di Eropa, Asia, dan timur tengah. Para ahli sejarah manusia pun
dibuatnya kebingungan. Ini mengingatkan mereka pada ‘Ledakan Cambrian’ ketika
begitu banyak spesies muncul secara tiba-tiba di perairan Bumi.
Muncullah perdebatan panjang dalam
menafsiri kapan persisnya kemunculan spesies istimewa ini. Dimana muncul
pertama kalinya. Dan siapakah yang menjadi nenek moyangnya. Apakah mereka
muncul secara bersamaan dan tersebar ataukah muncul secara berurutan seperti
diperkirakan oleh teori evolusi. Dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan itu
masih belum bisa terjawab dengan tuntas dan meyakinkan.
Di kalangan penganut teori
penciptaan sendiri tidak ada yang mengajukan penjelasan yang memadai.
Kebanyakan hanya mengatakan: kalau Allah menghendaki apa pun bisa terjadi.
Cukup dengan mengatakan kun, maka jadilah apa yang dikehendakiNya.
Cara pandang yang demikian tentu
tidak memberikan nilai tambah terhadap kualitas keimanan kita. Karena, sebenarnya
Allah menghendaki kita untuk berpikir dan melakukan penelitian terhadap segala
ciptaanNya. Termasuk diri kita. Man arafa nafsahu, arafa rabbahu –
‘barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal siapa Tuhannya’.
Al Qur’an sendiri mendorong kita untuk
melakukan eksplorasi besar-besaran terhadap segala ciptaan Allah agar kita bisa
memahami betapa dahsyat dan Agungnya Tuhan kita, Sang Maha Pencipta...!
No comments