Teknik Produksi Biofuel Ubi Kayu
Ubi kayu dapat sebagai komoditas utama
sebagai komoditas utama penghasil BBN atau lebih tepat sebagai penghasil FGE. Pengembangan
BBN di Indonesia berprinsip pro-poor, pro – job, pro – growth, dan pro –
planet. Dengan triple track plus tersebut, sejumlah pertimbangan positif
pemilihan ubi kayu sebagai penghasil FGE diuraikan sebgai berikut. Ubi kayu merupakan tanaman sumber
karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Dengan menggeser kegunaan ubi kayu
menjadi BBN (dari sumber daya karbohidrat ke sumber daya hidrokarbon),
diharapkan harga ubi kayu akan meningkat sehingga pendapatan petani akan
meningkat pula. Ubi kayu telah tersebar di Indonesia dan ditanam di sentra –
sentra produksi di 55 kabupaten dan 36 propinsi, tetapi produktivitasnya
rendah. Dengan program pengembangan BBN, diharapkan tidak hanya tersedia
lapangan pekerjaan tetapi akan terjadi peningkatan teknologi pertanian dan agro
industri di pedesaan. Harga Ubi kayu setiap tahun saat panen raya selalu sangat
rendah. Melalui pembangunan pabrik –pabrik etanol skala pedesaan, diharapkan
harga ubi kayu akan stabil.
Ubi
kayu akan menguatkan security of supply
bahan bakar berbasis kemasyarakatan. Memperbesar basis sumber daya bahan bakar
nabati, karena ubi kayu adalah tanaman yang toleran terhadap tanah dengan tingkat
kesuburan rendah, mampu berproduksi baik pada lingkungan sub – optimal, dan
mempunyai pertumbuhan yang relative lebih baik pada lingkungan sub optimal
dibandingkan dengan tanaman lain.
Secara umum, proses pengolahan bahan berpati
seperti ubi kayu, jagung dan sagu dilakukan dengan proses urutan. Pertama adalah
proses hidrolisis, yakni proses konversi pati menjadi glukosa. Pati merupakan
homopolimer glukosa dengan ikatan a-glikosidik. Pati terdiri dari dua fraksi
yang dapat dipisahkan dengan air panas, fraksi terlarut disebut amilosa dan
fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus
dengan ikatan a-(1,4)-D-glikosidik sedangkan amilopektin
mempunyai struktur bercabang dengan ikatan a-(1,6)-D-glikosidik sebanyak 4-5% dari berat
total.
Prinsip
dari hidrolisis pati pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi
unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan
rantai polimer tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara
enzimatis, kimiawi ataupun kombinasi keduanya. Hidrolisis secara enzimatis
memiliki perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik
dalam hal spesifitas pemutusan rantai polimer pati. Hidrolisis secara kimiawi
dan fisik akan memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis
enzimatis akan memutus rantai polimer secara spesifik pada percabangan
tertentu.
Enzim
yang digunakan adalah alfa-amilase pada tahap likuifikasi, sedangkan tahap
sakarifikasi digunakan enzim glukoamilase. Berdasarkan penelitian, penggunaan a-amilase pada tahap likuifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu 50.83 pada
konsentrasi a-amilase 1.75 U/g pati dan waktu likuifikasi 210
menit, dan glukoamilase pada tahap sakarifikasi menghasilkan DE tertinggi yaitu
98.99 pada konsentrasi enzim 0.3 U/g pati dengan waktu sakarifikasi 48 jam.
Tahap kedua adalah proses
fermentasi untuk mengkonversi glukosa (gula) menjadi etanol dan CO2.
Fermentasi etanol adalah perubahan 1 mol gula menjadi 2 mol etanol dan 2 mol CO2.
Pada proses fermentasi etanol, khamir terutama akan memetabolisme glukosa dan
fruktosa membentuk asam piruvat melalui tahapan reaksi pada jalur
Embden-Meyerhof-Parnas, sedangkan asam piruvat yang dihasilkan akan
didekarboksilasi menjadi asetaldehida yang kemudian mengalami dehidrogenasi
menjadi etanol (Amerine et al., 1987).
Khamir yang sering
digunakan dalam fermentasi alkohol adalah Saccharomyces
cerevisiae, karena jenis ini dapat berproduksi tinggi, toleran terhadap
alkohol yang cukup tinggi (12-18% v/v), tahan terhadap kadar gula yang tinggi
dan tetap aktif melakukan fermentasi pada suhu 4-32oC.
Setelah
proses fermentasi selesai, dilakukan destilasi untuk memisahkan etanol.
Distilasi merupakan pemisahan komponen berdasarkan titik didihnya. Titik didih
etanol murni adalah 78oC sedangkan air adalah 100oC
(Kondisi standar). Dengan
memanaskan larutan pada suhu rentang 78 – 100oC akan mengakibatkan
sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan
etanol dengan konsentrasi 95 % volume.
Terdapat dua tipe proses destilasi yang banyak
diaplikasikan, yaitu continuous-feed
distillation column system dan pot-type
distillation system. Selain tipe tersebut, dikenal juga tipe destilasi
vakum yang menggunakan tekanan rendah dan suhu yang lebih rendah untuk
menghasilkan konsentrasi alkohol yang lebih tinggi. Tekanan yang digunakan
untuk destilasi adalah 42 mmHg atau 0.88 psi. Dengan tekanan tersebut, suhu yang digunakan pada bagian bawah kolom
adalah 35oC dan 20oC di bagian atas
No comments