Breaking News

Pengamatan Mikroskopik Spermatozoa

Pengamatan dengan menggunakan mikroskop ini bertujuan untuk mengetahui normal atau abnormalnya sperma yang ada, gelombang massa sebelum ditetesi NaCl, dan motilitas saat dicampur dengan NaCl, dan viabilitas saat dicampur dengan pewarna eosin nigrosin.
Sebelum dicampur dengan NaCl dapat diketahui gelombang massa pada perokok berat, sedang, dan kambing adalah min (-) yang berarti sperma kualitasnya jelaek, sedangkan pada manusia yang tidak merokok menunjukkan doble plus (++) yang menunjukkan kualitas sperma baik.
Pengamatan setelah dicampur NaCl dapat di ketahui massa sperma pada perokok berat adalah > 50 %, perokok sedang 20 %, tidak merokok 0 % karena kekurangan NaCl sehingga sperma masih menggumpal, sebagaimana fungsi NaCl yaitu agar sperma tidak menggumpal, sehingga bisa diamati dengan jelas. Massa sperma pada kambing adalah 0 % karena semua spermanya mati, hal itu disebabkan terlalu lamanya jarak antara pengejakulasian sperma dengan pengamatan yang dilaukan. Pengamatan pergerakan dalam persen (%) dilakukan dengan cara menaksir jumlah keseluran spermatozoa yang hidup dan bergerak dinyatakan dalam persen (%) dibandingkan dengan yang tidak bergerak.
Pengamatan morfologi dilakukan setelah memberikan pengenceran, pengenceran ini dengan menggunakan zat atau cairan yang non-toksis (tak  beracun), dan diutamakan mengandung komponen buffer. Fungsi dari pemberian pengenceran ini pada spermatozoa yang dimaksud yaitu untuk memperoleh volume yang lebih dan dapat dengan mudah mengamatinya, serta pengencer juga memberikan nutrisi pada spermatozoa, sehingga tidak cepat mati (Sutyarso, 1996).
            Jumlah spermatozoa yang bergerak ditaksir dengan dinyatakan dalm persen (%) dibandingkan dengan yang tidak bergerak. Perbedaan penaksirannya hanya dalam puluhan persen, penaksiran cukup dengan hanya 50-90%. Tetapi yang paling benar hanya dengan dikuatkan oleh penaksiran hidup-mati spermatzoa setelah pemberian warna (Tenzer, 2003).
            Kastawi (1994), memaparkan bahwa jumlah spema yang bergerak dikurangi dengan seprma yang tidan bergerak (mati). Dianggap normal jika tingkat motilitas pada sperma berjumlah >40%, range perhitungan dalam persentase sperma ini adalah dari 10%-90%.
Sperma pada perokok berat sangat beraneka ragam, ada yang berderak maju, berbelok, dan bergetar. Pada perokok ringan hanya bergerak maju dan bergetar saja, dan pada manusia yang tidak merokok tidak bisa diamati, karena sperma terlalu menggumpal, dan pada kambing tidak ada yang bergerak, karena sudah mati.
            Pengamatan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut dengan hemocytometer, akan tetapi pada praktikum ini praktikan tidak disediakan alat tersebut sehingga pengamatan hanya dilakukan dengan menaksir, sperma yang tampak pada mikroskop dan dihitung secara langsung baik yang hidup maupun yang masih aktif bergerak. Hasil pengamatan dapat dituliskan sperma manusia yang hidup sekitar 6 ekor dan yang mati 12 ekor, akan tetapi hal itu kurang valit, karena perhitungannya manual.
           Pengamatan ini biasanya hanya dilakukan dengan mengguanakan alat yang disebut dengan hemocytometer, akan tetapi pada akhir-akhir ini dianggap sangat sulit untuk menggunakan alat tersebut. Selain dengan alat tersebut sperma dapat dihitung dengan penaksiran dengan cara memeberikan pewarnaan dan pengenceran pada sperma kemudian ditaksir yang tampak dengan hitungan per ml, kemudian dikalikan dengan jumlah visikositas sperma per ejakulasi (Partodiharjo, 1992).
            Dari hasil pengamatan praktikan setelah dibandingkan dengan literatur dapat diketahui bahwa kualitas sprma yang diamati pada perokok berat masih baik karena di atas  > 40 %, sedangkan pada perokok sedang kurang baik, mungkin karena adanya infeksi pada saluran genetalianya.
Viabilitas sperma setelah diwarnai dengan eosin nigrosin, ternyata untuk perokok berat adalah < 50 %, perokok sedang > 80 %,  tidak merokok 0 % karena tidak bisa diamati, dan pada kambing adalah 0 % karena spermanya sudah mati. Eosin nigrosin berfungsi untuk memperjelas pengamatan yang dilakukan oleh praktikan.
            Pengamatan terkhir adalah mengamati bentuk sperma terkait dengan normal dan tidaknya, jelasnya bentuk sperma yang normal dibagi menjadi dua bagian yaitu begian kepala dan ekor, ekor masih dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu, bagian tengah (leher), bagian utama, dan bagian ujung. Hasil pengamatan pada spermatozoa yang abnormal anatara lain, ekor bengkok, ekor pendek, ekor bercabang, tidak bergerak, kepala bulat, kepala kecil, dan ekor rangkap.
            Secara umum bentuk morfologi sperma terdiri dari kepala dan ekor. Ekor sendiri dibagi atas leher, bagian utama dan bagian ujung (Partodiharjo, 1992). Sedangkan spermatozoa sendiri dapat berbentuk lain dari normalnya, atau dikenal dengan istilah abnormal, hal ini dipengaruhi oleh banyak fakator, yaitu faktor hormonal nutrisi, akibat radiasi, atau juga dari bpenyakit. Sperma yang abnormal meliputi: kepala gepeng, raksasa, kepala kecil, bagian tengah besar, kepala rangkap, ekor pendekn ekor dua ujung. Berikut gambarnya terkait bentuk sperma baik yang normal maupun yang abnormal (Yasin, 1994).
Perbandingan
Perlakuan
Morfologi
Kualitas Sperma

Manusia

Perokok Berat





Sperma pada manusia kepala agak lonjong, sedangkan pada bagian ekor khusus sperma manusia relatif lebih panjang.
Sperma yang diejakulasikan banyak yang abnormal


Perokok Sedang
Sperma yang diejakulasikan banyak yang abnormal, akan tetapi lebih banyak yang perokok berat


Tidak Merokok
Tidak diketahui hasilnya, karena pada saat pengamatan sperma terlalu menggumpal


Kambing
Pada kambing dilihat dari bagian kepala bulat lebih lonjong dan pada ekornya relatif lebih pendek
Dari segi kualitas, sperma kambing juga ada yang normal dan ada yang abnormal, dan sesuai dengan pengamatan yang dilakukan, sperma normal dan abnormal pada kambing setara/sama

Setelah melalui cara pemberian pewarnaan dan pengenceran, spermatozoa kemudian diamati di bawah mikroskop, hasil pengamatan menujukkan bahwa bentuk sperma pada kambing berbeda pada manusia.  
            Partodiharjo (1992), secara umum bentuk morfologi sperma terdiri dari kepala dan ekor. Ekor sendiri dibagi atas leher, bagian utama dan bagian ujung. Bentuk morfolgi sperma bebeda-beda menurut jenis masing-masing spesiesnya.pada manusia kepala berbentuk lonjong dan gepeng, leher berbentuk bulat, pendek. Dan ekor bulat dan panjang. 

No comments