Ketidakmampuan untuk Memahami Ayat-Ayat yang Berhubungan dengan Sains
Banyak fakta saintifik yang disebutkan di dalam Al-Qur`an, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa topik, dari masalah fase penciptaan alam semesta, manusia, dan formasi hujan, hingga pergerakan benua, diterangkan sebagai bukti kesempurnaan dan kekuasaan Allah Sang Pencipta. Meskipun demikian, hal tersebut jelas bukan berarti Al-Qur`an adalah buku sains. Dalam Al-Qur`an, informasi tentang sains kerap disebutkan dengan bahasa yang jelas dan lugas, dan dalam kesempatan yang lain diterangkan dengan menggunakan bahasa perbandingan, indikasi, atau tersembunyi. Dalam kondisi tidak mampu untuk memahami hikmah di balik ayat-ayat tersebut, praduga beberapa orang, yang tidak memiliki pengetahuan dasar yang memadai tentang sains dan kemajuan saintifik, ataupun suatu pemahaman yang cukup, berakhir dengan penentangan terhadap Al-Qur`an.
Begitupun mereka yang hidup di abad ke-21 ini mengakui, melalui penggunaan berbagai riset, eksperimen, dan observasi teknologi terbaru, bahwa verifikasi yang menakjubkan dari beragam fakta saintifik terdapat dalam Al-Qur`an. Selain itu, sains telah didominasi oleh berbagai teori yang tidak terbukti dan desas-desus belaka hingga dua abad terakhir ketika Al-Qur`an, yang diturunkan 1.400 tahun yang lalu, memberikan gambaran tentang fakta-fakta saintifik yang pada akhirnya terbukti di masa sekarang ini.
Sejumlah topik saintifik, seperti ledakan dahsyat (big bang), perluasan alam semesta, relativitas waktu, gerakan benua, dan sebagainya, telah disebutkan dalam Al-Qur`an yang telah diturunkan hampir 1.400 tahun yang lalu (untuk analisis yang lebih terperinci, lihat Miracles of The Qur`an karangan Harun Yahya). Rahasia ayat-ayat ini tetap menjadi sebuah misteri bagi kaum muslimin, yang telah membacanya selama bertahun-tahun. Akan tetapi, kaum muslimin mengekspresikan keimanannya terhadap semua ayat ini, yang mereka yakini mengandung berbagai rahasia dan hikmah, tanpa memahami makna sebenarnya, hingga mereka mengimaninya tanpa keraguan bahwa Al-Qur`an merupakan kebenaran yang diwahyukan oleh Allah. Mereka, yang menggunakan akalnya dan mampu untuk berpikir secara intensif, mempersepsikan setiap ayat yang ada sebagai suatu bagian dari pengetahuan abadi milik Allah. Adalah benar bahwa masih ada ayat-ayat yang belum diterangkan secara penuh dan memiliki berbagai misteri yang harus diungkapkan. Ayat-ayat seperti itu merupakan suatu sumber kesenangan dan antusiasme bagi mereka yang benar-benar beriman. Pengetahuan yang tersembunyi ini juga menyebabkan mereka merasa dekat secara total dalam curahan rahmat Allah.
Mereka yang pada umumnya memiliki maksud tersembunyi, berusaha untuk bersikap ragu terhadap ayat-ayat yang belum dapat diterangkan dengan standar sains dan teknologi terbaru. Dalam Al-Qur`an dinyatakan tentang orang-orang seperti itu,
“Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman, ‘Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau apakah yang telah kamu kerjakan?’” (an-Naml: 84)
Manusia seperti itu, yang memahami Al-Qur`an dengan penuh prasangka, senantiasa memandang ayat-ayat tersebut dengan pengetahuan dan inteligensi terbatas yang mereka miliki, sehingga gagal untuk mendapatkan kejelasan dengan segera, sebagai bukti dari ketidakkonsistenannya. Ini terjadi karena tujuan mereka yang sebenarnya adalah mencari-cari kontradiksi dan Al-Qur`an. Sebagaimana adanya ayat-ayat yang tetap menjadi suatu misteri, ada juga ayat-ayat Al-Qur`an yang mungkin untuk diterangkan berkat perkembangan saintifik terbaru dan masih ada lagi sejumlah ayat yang menunggu untuk diklarifikasi yang tetap berada dalam keremangan hingga penemuan sains di masa yang akan datang terjadi. Misalnya, Al-Qur`an memberikan indikasi-indikasi kemungkinan terjadinya transfer zat dan wewangian. Meskipun hal ini tampak tidak mungkin terjadi dengan teknologi sekarang ini, ide seperti itu telah tampak pada sains fiksi. Ayat-ayat yang terkait dengan pendapat-pendapat ini adalah sebagai berikut.
Seseorang yang berpengetahuan di kerajaan Nabi Sulaiman membawa singgasana ratu Saba’ dari istananya yang berjarak ribuan mil,
“Berkata Sulaiman, ‘Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?’ Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, ‘Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya, aku benar-benar kuat untuk membawanya (dan) dapat dipercaya.’ Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-kitab, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’ Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, ‘Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.’” (an-Naml: 38-40)
Nabi Ya’qub merasakan kehadiran anaknya, Nabi Yusuf, dari jarak bermil-mil,
“Tatkala kafilah itu telah keluar (dari negeri Mesir), berkata ayah mereka, ‘Sesungguhnya, aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku).’” (Yusuf: 94)
Adalah hal yang amat lumrah bahwa terdapat beberapa ayat dalam Al-Qur`an, yang masih valid hingga hari kiamat dan mengandung informasi-informasi yang dapat diaplikasikan di sepanjang zaman, tidak dapat dipahami ketika mereka menginterpretasikannya hanya dengan menggunakan data-data teknologi yang tersedia dewasa ini yang masih belum mencapai tingkat yang diharapkan. Akan tetapi, karena terjadinya kemajuan-kemajuan yang lebih jauh, “tumpang tindih” makna saintifik yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur`an menjadi lebih jelas.
No comments