Parameter Reproduksi
Non-return rate (NR). Salah satu ukuran yang sering dipakai ialah yang disebut non-return rate atau presentase hewan yang tidak kembali minta kawin atau bila tidak ada perminataan inseminasi lebih lanjut dalam waktu 28 sampai 35 atau 60 sampai 90 hari. Jadi nilai NR pada 60 sampai 90 hari adalah perbandingan jumlah sapi-sapi diinseminasi dengan jumlah sapi-sapi tersebut yang kemudian kembali minta diinseminasi (repeat breeder) dalam periode tersebut (Partodihardjo, 1985).
Berbagai faktor mempengaruhi nilai NR dan kebenarannya. Pertama-tama adalah faktor-faktor yang langsung berhubungan dengan metode pengukuran, termasuk jumlah sapi yang diinseminasi percontoh semen atau perpejantan, waktu antara inseminasi sampai penghitungan sapi betina yang kembali minta diinseminasi dan pengaruh-pengaruh biologik yang cenderung untuk mempertinggi jumlah sapi anestrus yang tidak bunting. Berikutnya adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kesuburan, termasuk umur pejantan dan betina, musim, umur semen, penyakit-penyakit, teknik perlakuan terhadap semen dan pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya (Salisbury, 1985).
Kadang-kadang nilai NR dicampur baurkan dengan nilai "conception rate" (CR), yaitu angka kebuntingan nyata yang di diagnosa per rektal. Angka konsepsi atau Conception Rate (CR). Suatu ukuran terbaik dalam penilaian hasil inseminasi adalah persentase sapi betina yang bunting pada inseminasi pertama, dan disebut conception rate atau angka konsepsi. Angka konsepsi ditentukan berdasarkan hasil diagnosa kebuntingan oleh Dokter hewan dalam waktu 40 sampai 60 hari sesudah inseminasi (Salisbury, 1985).
Jumlah Inseminasi per Kebuntingan atau Service per Conception (S/C). untuk membandingkan efisiensi relatif dari proses reproduksi di antara individu-individu sapi betina yang subur, sering dipakai penilaian atau penghitungan jumlah pelayanan inseminasi (service) yang dibutuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya kebuntingan atau konsepsi. Nilai S/C yang normal berkisar antara 1,6 sampai 2,0. Makin rendah nilai tersebut, makin tinggi kesuburan hewan-hewan betina dalam kelompok tersebut. Sebaliknya makin tinggi nilai S/C, makin rendahlah nilai kesuburan kelompok betina tersebut (Salisbury, 1985).
No comments