Berbagai Pakar untuk Melaksanakan Konservasi Satwaliar
Pada masa mendatang, tantangan dan problematika yang terkait dengan satwaliar akan semakin tinggi dan beragam. Dari ulasan sekilas mengenai kondisi satwa Indonesia di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa melestarikan satwaliar memerlukan beragam kepakaran. Kepakaran ekologi satwaliar saja masih belum cukup untuk melestarikan satwa. Pakar-pakar biologi, perilaku satwa, kebijakan, ekonomi (menentukan berapa nilai seekor satwa), tataguna lahan, Geographic Information System, ekologi lansekap, sosiologi (khususnya berkaitan dengan konflik), budaya (misalnya bagaimana memasukkan unsur budaya dalam kegiatan penyadartahuan), genetika populasi, kedokteran hewan, permodelan (khususnya permodelan populasi dan kepunahan), statistika (misal untuk menduga populasi satwa dari hasil pencuplikan sampel), peternakan (untuk kegiatan penangkaran), ilmu lingkungan (terkait dengan kualitas habitat) dan bahkan pakar instrumentasi (misalnya membuat alat radio telemetri guna memantau pergerakan satwa) dibutuhkan untuk membantu pakar ekologi satwaliar dalam rangka melestarikan satwa Indonesia.
Dukungan politik dan kebijakan nasional turut pula menentukan keberhasilan pelestarian satwa. Selama ini keberhasilan pembangunan hanya didasarkan pada Pendapatan Asli Daerah dan Gross National Product, tanpa mempedulikan apakah pembangunan itu merugikan lingkungan dan satwa. Herman E. Daly, sang begawan ekonomi dari Amerika Serikat, bahkan yakin bahwa globalisasi dan ekonomi yang tumbuh terlalu pesat ternyata malahan cenderung merusak sumberdaya alam, termasuk satwaliar. Ide-ide kreatif dan inovatif untuk menciptakan ilmu ekonomi berbasis ekologi (ecological economics) agaknya sudah waktunya dikembangkan dan diaplikasikan di Indonesia, mengingat masih kuatnya aspek ekonomi sebagai acuan bagi keberhasilan suatu pembangunan.
No comments