Breaking News

Keadaan Oseanografi Perairan Indonesia

    Karena terletak di daerah tropis, maka hampir sepanjang tahun perairan Indonesia mempunyai suhu permukaan yang tinggi, berkisar antara 26o dan 30o C.  Sifat ini umumnya berasosiasi dengan air laut yang berkadar garam atau bersalinitas rendah, yaitu 27,33 % di lapisan permukaan.  Kedua sifat ini mengakibatkan terjadinya pemisahan yang bersifat kekal secara alami antara air permukaan dengan lapisan air di bawahnya.
    Arus di suatu perairan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti angin, pasang surut, gradien tekanan, ataupun gaya Coriolis. Besarnya kontribusi masing-masing faktor terhadap kekuatan dan arah arus yang ditimbulkannya tergantung pada tipe perairan (pantai atau laut lepas) dan keadaan geografisnya. Terhadap perairan peranan arus sangat penting. Pentingnya arus terutama berkaitan dengan aspek lain seperti biologi, kimia dan polutan. Kaitan arus dengan biologi yaitu dalam hal distribusi biota (bagi yang mempunyai kemampuan pergerakan yang lemah seperti phytoplankton), disamping itu juga mempunyai peran terhadap penyebaran pakan bagi biota yang hidup terutama biota yang sifatnya menetap di perairan. Bagi aspek kimia perairan adalah distribusi unsur-unsur kimia dari satu tempat ke tempat lain. Demikian juga bagi aspek penyebaran polutan adalah distribusi polutan dari satu tempat ke tempat yang lain.  Hal ini disertai dengan pertimbangan bahwa arus merupakan perwujudan dari pergerakan massa air.
    Di beberapa tempat di perairan laut, pada musim tertentu terjadi arus yang bergerak menaik (vertikal) dari suatu kedalaman tertentu ke permukaan. Fenomena ini disebut upwelling atau disebut arus vertikal atau penaikan massa air. Arus vertikal tersebut membawa serta unsur hara yang cukup tinggi kadarnya dari dasar laut ke permukaan. Melalui proses upwelling ini, perairan disekitarnya ditingkatkan kesuburannya, sehingga produksi perikanannya pun menjadi tinggi. Sebagai contoh di Selat Makasar bagian Selatan upwelling terjadi pada waktu musim tenggara (Juni – September). Daerah upwelling di Selat Makasar bagian Selatan meliputi luas 48.000 km2. Pada saat terjadi upwelling, salintas permukaan mencapai 34 % dan suhu berkisar antara 26,4o C–27,8o C, kadar plankton dan unsur-unsur fosfat, nitrat dan silikat naik dengan mencolok, sehingga tingkat produktivitas tinggi. Proses ini memberikan pengaruh terhadap terhadap kesuburan di wilayah laut dan menaikkan produksi hasil perikanan menjadi lebih tinggi bila dibanding dengan perairan lainnya yang tidak terdapat fenomena upwelling.
    Adapun daerah perairan Indonesia lainnya yang telah diketahui terjadinya upwelling adalah di laut Banda, di sebelah Selatan Pulau Jawa sampai Timor pada bulan September, dan di sepanjang Paparan dan Daerah lereng Laut Arafura bagian Timur dari Kepulauan Aru sampai Teluk Carpentaria.
    Arus laut lain yang mempengaruhi karakteristik perairan di Indonesia adalah arus laut yang dibangkitkan oleh angin. Sirkulasi angin di wilayah ini menggambarkan keadaan angin daerah tropis dan sekaligus wilayah musim. Keadaan angin yang demikian dicerminkan pula oleh arus lautnya terutama di permukaan. Pada musim barat diatas Laut Jawa bertiup angin dari barat ke timur sehingga arus Laut Jawa secara umum mengalir dari barat ke timur. Sedangkan pada musim timur arus Laut Jawa mengalir sebaliknya. Di bagian laut lainnya demikian pula arus laut permukaan mengalir hampir sama dengan arah angin yang membangkitkannya. Arus-arus di kedalaman laut yang lebih dalam lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan pasang surut dan sifat-sifat fisik lainnya seperti perbedaan temperatur, salintas dan tekanan.
    Pasang surut ialah proses naik turunnya muka air laut yang teratur, disebabkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. Karena posisi bulan dan matahari terhadap bumi selalu berubah secara hampir teratur, maka besarnya kisaran pasang surut juga berubah mengikuti perubahan posisi-posisi tersebut.
    Tipe pasang surut suatu perairan ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut perhari. Jika perairan tersebut mengalami satu kali pasang dan surut perhari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian atau tunggal. Jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, maka pasangnya dikatakan bertipe pasang surut ganda. Tipe pasang surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan tipe ganda, dan dikenal sebagai pasang surut campuran.
    Secara kuantitatif, tipe pasang surut suatu perairan dapat ditentukan oleh nisbah (perbandingan) antara amplitudo unsur-unsur pasang surut tunggal utama dengan amplitudo unsur-unsur pasang surut ganda utama. Nisbah ini dikenal sebagai bilangan Formhazl yang mempunyai formula sebagai berikut :


 O1 + K1
F   =
------------

 M2 + S2

 dimana :
      F    = Bilangan Formhazl

      O1   = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik bulan.

      K1   = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik surya.

      M2  = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik bulan.

      S2   = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik surya.

Dengan demikian jika nilai F  berada antara :
            <  0,025            : Pasut bertipe ganda
            0,26 - 1,50         : Pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol
            1,50 - 3,00         : Pasut bertipe campuran dengan tipe tunggal yang menonjol
            >  3,00              : Pasut bertipe tunggal
    Keadaan pasang surut (pasut) di wilayah perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan India serta morfologi pantai dan Batimeri perairan yang kompleks, dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal sampai sangat dalam.
    Keadaan perairan yang disebut diatas membentuk pola pasang surut yang sangat beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam di peroleh bilangan Formhazl sebesar 0,69. Jadi tipe pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formhazl sebesar 3,80. Jadi tipe pasut di Teluk Jakarta dan laut Jawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal. Berdasarkan peramalan pasut di Ujung Pandang yang dilakukan oleh DISHIDROS, diperoleh bilangan Formhazl sebesar 2,40. Sehingga pasut di Ujung Pandang bertipe campuran dengan tipe tunggal yang menonjol. Sedangkan kawasan Indonesia di bagian timur dipengaruhi oleh pasang surut setengah harian kecuali laut Arafura yang menunjukkan pasang surut campuran yang didominasi pasang surut harian/tunggal.
    Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3 meter. Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua.
    Gelombang merupakan salah satu sumber energi penting dan pembentukan pantai, transportasi sedimen dari dan menuju pantai. Gelombang angin pada umumnya memperoleh energinya dari angin yang berhembus di atas permukaan laut. Peranan gelombang menjadi sangat nyata jika berada di dekat pantai, karena sebagian energi gelombang ini dihempaskan di daerah pantai yang menyebabkan pemindahan sedimen dasar dan menghasilkan penggerusan/abrasi pantai dan sedimentasi di daerah lain. Energi gelombang ini juga dapat merusak bangunan pantai apabila bangunan tersebut tidak direncanakan dengan baik.
    Tinggi dan periode gelombang yang dibentuk oleh angin ini ditentukan oleh kecepatan angin, lamanya bertiup (duration), dan panjang daerah tiupan angin (fetch). Sebagai contoh, angin dengan kecepatan 15 m/detik, bertiup selama 5 jam dalam area sepanjang 50 km, membentuk gelombang dengan periode 4 detik dan tinggi sekitar 1 meter (Sverdrup et al, 1961).
    Keadaan gelombang di perairan Indonesia berbeda-beda, ada yang mempunyai gelombang laut relatif kecil (misalnya Selat Madura, Selat rupat, Teluk Ratai, Laut Jawa, Selat Malaka dll) dan ada yang mempunyai gelombang relatif ganas (misalnya yang menghadap Samudra Indonesia, Samudra Pasifik dan Laut Cina Selatan) yang mencapai tinggi gelombang 2 meter. Musim dengan tinggi gelombang yang besar adalah terjadi pada musim barat.

No comments