Perkecambahan Benih
Tipe bibit
Dari pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa tipe bibit tanaman andalas adalah epigeal. Tipe ini ditandai dengan terangkatnya kotiledon ke atas permukaan tanah. Tipe ini umumnya dijumpai pada tanaman dikotil.
2. Daya berkecambah (%).
Dari hasil sidik ragam (Lampiran 4a) diketahui bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur benih dengan zat perangsang perkecambahan terhadap daya berkecambah. Rata-rata daya berkecambah benih andalas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daya berkecambah benih andalas dengan perlakuan umur benih dan jenis
zat perangsang perkecambahan (%)
Faktor umur benih | Faktor Jenis Zat Perangsang Perkecambahan | Pengaruh Utama Umur Benih | ||
Aquades (P0) | KNO3 (P1) | Air Kelapa Muda (P2) | ||
21 hari (U1) 24 hari (U2) 27 hari (U3) | 84,00 85,50 95,50 | 84,50 91,00 97,00 | 86,50 90,50 97,50 | 85,00 A 89,00 B 96,67 C |
Pengaruh utama jenis zat perangsang perkecambahan | 88,33 a | 90,83 b | 91,50 b | |
KK | 3% |
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf besar yang sama dan angka-angka pada baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, berbeda tidak nyata pada taraf 5%.
Tabel 2 memperlihatkan pengaruh utama umur benih pada 21 hari (U1) berbeda nyata dengan umur benih 24 hari (U2) dan berbeda nyata dengan umur benih 27 hari (U3). Perlakuan umur benih 27 hari memperlihatkan persentase benih berkecambah normal paling tinggi, diikuti oleh perlakuan umur benih 24 hari dan umur benih 21 hari. Terlihat bahwa semakin tua umur benih, maka semakin besar kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal. Benih andalas umur 21 hari sudah dapat berkecambah, tetapi diduga benih belum mencapai matang fisiologis secara keseluruhan. Karena dari pengamatan diketahui bahwa persentase benih mengapung di permukaan air lebih tinggi dibanding dengan perlakuan umur 24 hari dan 27 hari. Perlakuan umur benih 24 hari menghasilkan persentase perkecambahan yang lebih besar dibanding dngan perlakuan umur benih 21 hari. Untuk perlakuan umur benih 27 hari diduga hampir semua benih telah mencapai masak fisiologis sehingga dapat menghasilkan kecambah normal dengan persentase yang tinggi. . Pengaruh KNO3 menyebabkan peningkatan persentase perkecambahan. Demikian juga halnya dengan air kelapa muda, juga meningkatkan jumlah benih yang berkecambah. Diduga karena kandungan sitokinin yang terdapat di dalam air kelapa muda berperan dalam merangsang perkecambahan benih, sesuai pernyataan Mayer dan Mayber (1982) serta Goodwin dan Mercer (1983).
3. Waktu Berkecambah 50% (hari)
Dari sidik ragam diketahui bahwa terdapat interaksi antara perlakuan umur benih dan jenis zat perangsang perkecambahan, terhadap waktu berkecambah 50%. Rata-rata waktu berkecambah 50% dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Waktu berkecambah 50% benih andalas dengan perlakuan umur benih dan jenis zat perangsang perkecambahan (hari).
Faktor umur Benih | Faktor jenis zat perangsang perkecambahan | ||
Aquades (P0) | KNO3 (P1) | Air Kelapa Muda (P2) | |
21 hari (U1) 24 hari (U2) 27 hari (U3) | 11,50 a A 11,50 a A 9,00 a B | 13,25 b A 11,00 ab B 9,00 a C | 11,50 a A 10,50 b B 9,00 a C |
KK | 5,9 % |
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf besar yang sama dan angka-angka pada baris yang diikuti oleh huruh kecil yang sama, berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut DNMRT.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa umur benih 27 hari memberikan waktu berkecambah yang sama antara perlakuan aquades, KNO3 dan air kelapa muda, yakni 9 hari. Berarti umur benih 27 hari sudah dapat menghasilkan kecambah yang cepat, walaupun tanpa zat perangsang perkecambahan. Pengaruh aquades, KNO3 dan air kelapa muda pada umur benih 27 hari terhadap waktu berkecambah 50% tidak nyata. Sedangkan pada umur benih 24 hari, waktu berkecambah 50% paling cepat diperoleh dengan pemberian air kelapa muda, selanjutnya diikuti oleh KNO3 dan aquades. Pada umur biji 21 hari , waktu berkecambah 50% sama antara perlakuan aquades dengan air kelapa muda yaitu 11,5 hari, sedangkan untuk KNO3 13,25 hari. Berarti pada benih yang berumur 21hari pemberian KNO3 tidak mampu meningkatkan perkecambahan biji andalas.
Dari pengamatan diketahui bahwa bila benih telah berumur 27 hari, telah tercapai tingkat kematangan yang dapat menghasilkan benih yang cepat berkecambah. Dengan pemberian KNO3 atau Air kelapa muda atau tanpa pemberian zat perangsang perkecambahan pun, bila benih telah mencapai matang fisiologis benih dapat berkecambah dalam waktu cepat dan daya berkecambah yang tinggi. Dapat dikatakan benih telah mempunyai viabilitas dan vigor yang tinggi. Benih yang mempunyai viabilitas dan vigor yang tinggi akan cepat dan merata perkecambahannya dan sebaliknya benih yang mempunyai viabilitas dan vigor yang rendah, akan lambat dan tidak merata perkecambahannya (Sutopo, 1985).
4. Muncul kecambah pertama (Hari)
Dari penghitungan jumlah benih yang berkecambah setiap harinya didapatkan bahwa benih yang umurnya lebih tua akan berkecambah lebih cepat dibanding dengan benih yang muda. Dikecambahkan sebanyak 600 benih untuk setiap tingkat umur benih, sehingga total benih yang dikecambahkan sebanyak 1800. Saat munculnya kecambah pertama dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Jumlah benih berkecambah dari hari ke 1 sampai ke 12, dengan perlakuan umur benih dan jenis zat perangsang perkecambahan (buah)
Perlakuan | H a r i ke | Jumlah biji berke cambah (buah) | Jumlah biji tidak berkecam bah (buah) |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 | |||
U1 U2 U3 | - - - - 5 74 175 69 99 59 15 17 - - - 32 129 71 119 100 56 27 - - - 14 94 63 227 85 97 - - - - - | 513 534 580 | 87 66 20 |
Jum lah | - 14 94 95 361 230 391 169 155 86 15 17 | 1627 | 173 |
Keterangan : U1 : Benih umur 21 hari
U2 : Benih umur 24 hari
U3 : Benih umur 27 hari
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa dari semua perlakuan, benih paling banyak berkecambah pada hari ke 7, dengan jumlah 391 kecambah. Tetapi kalau dilihat dari setiap perlakuan, U2 (24 hari) dan U3 (27 hari) ternyata benih paling banyak berkecambah pada hari ke 5 dengan jumlah masing-masing 129 dan 227 kecambah. Sedangkan untuk perlakuan U1 (21 hari), benih paling banyak berkecambah pada hari ke 7 dengan jumlah 175 kecambah.
Dari Tabel 4 dapat dilihat jumlah benih yang tidak berkecambah pada umur 21 hari sebanyak 87 buah, umur 24 hari sebanyak 66 buah, dan umur 27 hari sebanyak 20 buah. Berarti semakin tua umur benih semakin sedikit benih yang tidak berkecambah atau semakin banyak jumlah benih yang berkecambah. Dapat dikatakan semakin banyak benih yang berkecambah, berarti benih mempunyai viabilitas dan vigor yang
tinggi.
C. Identifikasi golongan senyawa pada jaringan buah
Hasil analisis golongan senyawa yang terkandung dalam jaringan buah, ternyata dari 6 golongan senyawa, terdapat 4 golongan senyawa terkandung pada jaringan buah andalas sedangkan dua golongan tidak ditemukan, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil analisis golongan senyawa pada jaringan buah andalas
NO | Golongan | Status | Keterangan |
1. 2. 3. 4. 5. 6. | Terpenoid Saponin Flavonoid Fenolik Steroid Alkaloid | + + + + _ _ | Ditemukan pada jaringan buah Ditemukan pada jaringan buah Ditemukan pada jaringan buah Ditemukan pada jaringan buah Tidak ditemukan pada jaringan buah Tidak ditemukan pada jaringan buah |
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat beberapa golongan senyawa dalam jaringan buah, yaitu flavonoid, fenolik, saponin dan terpenoid, sedangkan steroid dan alkaloid tidak ditemukan. Diduga diantara senyawa-senyawa ini berpotensi menghambat perkecambahan benih andalas. Sehingga secara alami benih andalas sulit berkecambah, karena benih masih terbungkus oleh jaringan buah yang mengandung senyawa penghambat perkecambahan. Bila jaringan buah dibuang maka benih dapat berkecambah secara normal, walaupun tidak diberi zat perangsang perkecambahan
No comments