Tepung G Gigas
Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis tepung G gigas maka kualitas fisik pelet semakin meningkat pula. Hal ini terjadi pada parameter utama water stability (kecepatan pecah dan dispersi padatan) dan parameter fisik lainnya, kecuali parameter tingkat homogenitas . Aslan (1998) dan Anggadiredja (2006) menguatkan bahwa kandungan agar rumput laut, G gigas merupakan hidrokoloid dan berupa asam sulfurik yang memiliki gel yang sangat kuat. Selanjutnya Astuti dan Hatta (1998) menambahkan bahwa kandungan agar dari G gigas merupakan polisakarida yang terdiri atas fraksi agarose yang berperan penting sebagai substansi dan sifat penjendalan (kekuatan gel) serta gropektin yang mempengaruhi viskositas. Olehnya itu semakin tinggi dosis tepung G gigas pada pakan semakin lambat pecah.
Pelet yang mampu bertahan lama di dalam air memiliki peluang termanfaatkan secara optimal oleh kultivan, sehingga mampu meningkatkan laju konsumsi pakan, ketahanan tubuh atau kelangsungan hidup, pertumbuhan dan produktifitas usaha akuakultur. Apabila dosis tepung G gigas ditingkatkan hingga lebih 9% diduga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap water stability pelet. Hal ini ditegaskan oleh Briggs and Funge-Smith (1996), pakan yang mengandung lebih 10% tepung G gigas sebagai bahan perekat tidak berpengaruh nyata terhadap water stability pada pakan juvenile udang windu, Penaeus monodon.
Kenyataan menunjukkan pula bahwa tingginya nilai parameter utama water stability pakan komersial dibanding pakan perlakuan diduga disebabkan oleh perbedaan mesin pelet yang digunakan. Pakan komersial menggunakan mesin pelet ukuran besar dan modern yang mampu menghasilkan pelet yang memiliki water stability yang tinggi, sedangkan pakan perlakuan menggunakan mesin pelet konvensional (tenaga manusia) yang memiliki kemampuan yang terbatas untuk memproduksi pelet berkualitas. Namun demikian, proses pembuatan serta kualitas pellet yang dihasilkan pada pakan perlakuan mampu mengimbangi kualitas pakan komersial, khususnya terjadi pada parameter kecepatan tenggelam, daya pikat dan daya lezat, bahkan lebih baik dibanding pakan komersial jika merujuk pada parameter tingkat kekerasan dan dan tingkat homogenitas (kualitas fisik) serta dispersi protein dan dispersi lermak (kualitas kimiawi).
Tingkat kekerasan pakan dengan binder 9% tepung G gigas terbaik di antara para semua pakan uji. Fungsi binder tepung G gigas yang mampu menjadikan semua partikel penyusun pakan menjadi lebih kompak dan saling merekat antara satu dengan lainnya sehingga memiliki tingkat kekerasan yang tinggi. Disamping itu, tingkat kekerasan pelet dapat juga dipengaruhi oleh tingkat kekerasan jenis bahan baku penyusun pelet.
Selanjutnya, parameter tingkat homogenitas semua dosis binder tepung G gigas memberikan efek yang sama pada semua pakan perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa proses pengolahan bahan baku pakan (penepungan) sangat baik dan mampu meningkatkan tingkat keseragaman ukuran partikel-partikel penyusun bahan baku pelet. Salah satu hal yang menyebabkan tingkat homogenitas pakan perlakuan lebih tinggi dibanding pakan komersial adalah ukuran partikel penyusun bahan baku pakan kurang 0,5 µm. Murtidjo (2003) menguatkan bahwa partikel bahan baku penyusun pelet udang lebih kecil dari 1,5 mm. Selanjutnya dikatakan bahwa partikel-partikel yang berukuran besar, meskipun lolos dari lubang mesin pelet sangat mudah menimbulkan retakan pada pelet. Hal tersebut tidak didapatkan pada penelitian ini, karena baik tingkat homogenitas maupun dispersi padatan antar pakan perlakuan memiliki nilai yang sama. Kecuali pada tingkat homogenitas pakan komersial yang sangat rendah, hanya sekitar 20,84%, sedangkan pakan perlakuan dengan binder tepung G gigas antara 68,6 – 74,95%. Selanjutnya, Afrianto dan Liviawaty (2005) menyatakan bahwa pelet yang baik memiliki tekstur yang kompak serta ukuran partikel bahan baku yang halus dan seragam.
Pada parameter dispersi protein dan dispersi lemak, secara kimiawi unsur-unsur didalam tepung G gigas diduga mampu mengikat unsur N dan unsur nutrien lainnya sehingga daya larut protein dan lemak lebih kecil dibanding dengan pakan komersial. Berdasarkan hal, tersebut tepung G gigas bukan saja sebagai bahan perekat tetapi diduga mampu memperkecil kelarutan N dan lemak pakan. Sehubungan dengan ini, walaupun pakan yang bebinder G gigas berdiam lama (tentunya dalam waktu batas toleransi water stability) di dalam air diyakini akan meminimalisasi kelarutan kualitas dan kuantitas nutrisi pelet.
Kualitas pakan berbinder tepung G gigas (3, 6 dan 9%) sama dengan daya rekat partikel pakan komersial/kontrol. Hal ini terjadi pada parameter kecepatan tenggelam dan daya lezat pelet. Pakan udang semakin cepat sampai di dasar perairan atau dasar wadah pemeliharaan semakin baik. Hal ini memungkinkan udang lebih cepat memanfaatkan pakan sebelum kualitas fisik dan kimiawi pelet berkurang sebagai konsekuensi pengaruh air yang memiliki sifat sebagai pelarut. Pakan yang terlalu lama di dalam air disamping mengurangi kualitas dan kuantitas nutrisi juga akan mengurangi nilai aktraktanitasnya atau daya lezat pelet. Kondisi tersebut menjadikan pemanfaatan pakan kurang optimal. Pada penelitian ini, pengaruh kualitas dan kuantitas nutrisi tepung G gigas tidak mempengaruhi daya lezat dan/atau nafsu makan udang uji. Kualitas dan kuantitas nutrisi tepung G gigas pakan perlakuan dan kualitas dan kuantitas bahan baku pakan pada pakan komersial memberikan rangsangan nafsu makan yang sama kepada udang uji.
Hal yang sama terjadi pada parameter kecepatan tenggelam, berat jenis tepung G gigas dan bahan baku penyusun pakan lainnya memiliki nilai yang sama dengan pakan kontrol sehingga memiliki daya apung atau waktu yang sama hingga ke dasar perairan. Hal ini memungkinkan udang mampu memanfaatkan pakan sesegera mungkin.
Namun demikian, parameter daya pikat pakan berbinder 9% tepung G. gigas sama dengan pakan pakan komersial dan lebih baik dibanding dengan kedua pakan lainnya. Kualitas fisik, khususnya performa dan nilai aktraktanitas antara pakan komersial dengan pakan berbinder 9% tepung G gigas adalah sama. Daya pikat kedua pakan tersebut dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas aroma yang sebanding dan menjadikannya lebih cepat dideteksi oleh oleh organ receptor udang uji
Pada uji kimiawi pelet baik pada parameter dispersi protein maupun pada dispersi lemak memperlihatkan bahwa pakan yang menggunakan binder tepung rumput laut (3, 6, dan 9%) lebih baik dibanding dengan pakan kontrol. Kualitas kimiawi binder tepung G gigas mampu mempertahankan atau meminimalisasi kandungan nutrisi pelet. Selama pelet di dalam air, protein dan lemak pakan kontrol berkurang rata-rata empat kali lebih besar dibanding dengan pakan berbinder tepung G gigas. Rendahnya protein dan lemak pelet yang larut di dalam air diduga zat kimia tepung G gigas mampu mengikat nutrisi yang terkandung dalam pakan perlakuan, atau daya rekat G gigas yang tinggi sehingga daya larut nutrisi pakan perlakuan lebih sedikit dibanding pakan kontrol. Hasil yang sama diperoleh pada parameter tingkat homogenitas partikel pelet. Tingkat homogenitas ukuran diameter partikel jauh lebih baik dibanding dengan pakan kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian ini, pakan dengan dosis 9% tepung G gigas lebih baik dibanding pakan lainnya, karena (i) berdasarkan parameter tingkat kekerasan, pakan dengan dosis 9% tepung G gigas adalah tertinggi atau terkeras dibanding pakan lainnya, (ii) berdasarkan parameter tingkat homogenitas, dispersi protein dan dispersi lemak, pakan dengan dosis 9% tepung G gigas lebih tinggi dibanding dengan pakan komersial, (iii) berdasarkan parameter kecepatan tenggelam, daya pikat dan daya lezat, pakan dengan dosis 9% tepung G gigas sama kualitasnya dengan pakan komersial, dan (iv) berdasarkan parameter kecepatan pecah dan dispersi padatan yang cenderung semakin baik dengan semakin meningkatnya dosis tepung G gigas hingga 9%.
No comments