DIFUSI, OSMOSIS, DAN IMBIBISI
A. Tujuan
a. Mengukur kecepatan difusi zat padat (KMnO4) dalam larutan.
b. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis.
c. Mengamati terjadinya imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai.
B. Dasar Teori
Pada umumnya, air dan bahan yang larut di dalamnya masuk dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa, melainkan satu per satu molekul setiap kali. Pergerakkan neto dari suatu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau gerak termal dari molekul atau ion disebut difusi. Dengan kata lain, difusi merupakan perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah akibat energi kinetik. Makin besar perbedan konsentrasi anatara dua daerah, maka makin tajam pula gradasi konsentrasinya sehingga makin besar pula kecepatan difusinya. Salah satu contoh dari proses difusi adalah Kristal KMnO4 yang diletakkan pada permukaan air. Zat warna tersebut akan melarut dan menyebar (berdifusi) dengan lambat dari sumbernya ke seluruh bagian cairan.
Sedangkan difusi dari bahan pelarut melalui selaput semi permeable dari konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi disebut osmosis. Membran semi permeable harus dapat ditembus oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradient tekanan sepanjang membrane.Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer.Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Peristiwa migrasi molekul-molekul air ke suatu zat lain yang berpori cukup besar untuk melewatkan molekul-molekul air kemudian molekul-molekul air tersebut menetap di dalam zuatu zat disebut imbibisi. Salah satu contoh dari proses imbibisi adalah perkecambahan suatu biji yang ditandai dengan semakin membesarnya biji dan keluarnya radikula suatu biji. Imbibisi sebenarnya merupakan proses osmosis melalui dinding sel-sel kulit maupun protoplas dari biji. Peristiwa imbibisi sebenarnya bukan suatu proses difusi belaka karena sel-sel biji mempunyai nilai osmosis yang tinggi dan oleh karena itu mempunyai defisit tekanan osmosis yang besar pula. Jadi molekul air berdifusi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi.
C. Alat dan Bahan
a) Alat
1. Cawan petri 11. Objek glass
2. Mikroskop cahaya 12. Counter
3. Pipet 13. Gelas ukur
4. Stopwatch 14. Timbangan
5. Kertas millimeter 15. Kertas saring
6. Penggaris 16. Selotip
7. Gelas ukur
8. Silet
9. Alumunium foil
10. Karet gelang
b) Bahan
1. Kristal KMnO4
2. Air
3. Daun Rhoeo discolor
4. Larutan sukrosa 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; 1 M
5. Biji kacang hijau dan biji kedelai
D. CARA KERJA
I. Difusi Molekul KMnO4 ( Kalium Permanganat ) Dalam Air
1. Air sebanyak 15 ml dituangkan dalam cawan Petri.
2. Cawan Petri diletakkan ditempat yang datar yang telah dialasi dengan kertas millimeter atau kertas yang telah diberi tanda garis dengan ukuran skala mm.
3. Satu butir kecil Kristal KMnO4 dimasukkan kebagian tengah cawan Petri yang sudah berisi air.
4. Gerak difusi molekul KMnO4 diperhatikan dan diukur kecepatan penyebaran Kristal tersebut dengan stopwatch atau pencatat waktu lainnya .
5. Kecepatan dan konstanitas perambatan proses difusi tersebut diamati dan dicatat.
6. Diameter luasan penyebaran kristal KMnO4 dalam air diukur tiap 1 menit selama 20 menit dan diperhatikan apakah kadar cepat perambatannya konstan atau tidak.
7. Data – data pengamatan tersebut dimasukkan dalam tabel dan selanjutnya digambar dalam bentuk grafik.
II. Tekanan Osmosis Cairan Sel
1. Menyiapkan 6 buah cawan Petri lalu larutan sukrosa yang telah dibuat dituangkan kedalam cawan Petri tersebut sesuai dengan molaritas yang telah ditentukan. Mencatat kadar larutan dalam setiap cawan Petri atau beri tanda ( label ) pada cawan Petri sesuai molaritas larutan sukrosa.
2. Menyayat lapisan epidermis bawah atau abaksial yang berwarna ungu dari daun Rhoeo discolor dengan pisau silet setipis mungkin. Diusahakan menyayat hanya selapis sel saja.
3. Merendam sayatan – sayatan tersebut dalam cawan Petri selama 30 menit. Waktu mulai perendaman dicatat.
4. Setelah direndam selama 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dibawah mikroskop dengan menggunakan objek dan cover glassjumlah sel seluruhnya ( dalam satu lapangan pandang ) dan jumlah sel yang mengalami plasmolisis dihiutng.
5. Konsentrasi sukrosa dimana yang mengakibatkan 50 % dari jumlah sel epidermis daun Rhoeo discolor dicari dan diperiksa yang telah mengalami plasmolisis. Keadaan ini disebut insipien plasmolisis. Sel pada keadaan insipien plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan tekanan osmotik ( PO ) larutan yang digunakan
6. Tentukan PO sel pada insipien plasmolisis dengan mengacu pada tabel 1. sedangkan potensial osmotik ( PO ) dapat dihitung dengan rumus :
PO = 22,4 m T
273
PO = tekanan osmosism
m = kadar larutan penyebab separuh jumlah sel ter plasmolisis.
T = suhu absolute ( °K ) = ( suhu ruangan + 273 ° K )
III. Imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai
1. Menyipkan biji kacang hijau dan biji kedelai, serta gelas bekker yang telah diisi dengan air. Dan mencatat keadaan awal biji (bentuk, warna, ukuran, tekstur dan berat)
2. Menimbang terlebih dahulu biji-biji yang akan digunakan dalam percobaan ini, juga volume yang ada pada gelas bekker (Volume biji dan volume air)
3. Memasukkan biji-biji yang telah tercatat beratnya ke dalam air yang ada pada gelas bekker yang volumenya telah diketahui. Lalu menimbang seluruh volume biji dan air tersebut (Volume biji + volume air)
4. Membiarkan rendaman biji-biji tersebut selama 24 jam, menutup rapat gelas bekker dengan menggunakan plastik dan mengikatnya dengan karet gelas agar tidak terjadi penguapan air. Menyimpan rendaman pada tempat yang sejuk dan tidak banyak sinar yang papar.
5. Setelah 24 jam, menimbang kembali gelas bekker yang berisi air dan biji tersebut. Mengambil biji-biji yang telah direndam dan meletakkan di atas kertas kering. Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada biji (bentuk, ukuran, warna, tekstur dan berat). Untuk mengetahui berat/volume biji dengan cara menimbang kembali biji-biji tersebut. Membandingkan dengan keadaan awal.
E. HASIL PENGAMATAN
I. Difusi Molekul KMnO4 ( Kalium Permanganat ) Dalam Air
Diameter (mm) | Waktu (detik) | Kecepatan (mm/detik) |
5 | 14 | 0.36 |
10 | 32 | 0.31 |
15 | 61 | 0.25 |
20 | 121 | 0.17 |
25 | 189 | 0.13 |
30 | 292 | 0.10 |
35 | 372 | 0.09 |
40 | 473 | 0.08 |
45 | 589 | 0.08 |
50 | 677 | 0.07 |
55 | 826 | 0.07 |
60 | 1020 | 0.06 |
65 | 1402 | 0.05 |
70 | 1833 | 0.04 |
II. Tekanan Osmosis Cairan Sel
Kosentrasi (M) | Jumlah sel yang terplasmolisis | Jumlah sel seluruhnya | Presentase (%) |
0,0 | 57 | 94 | 60.6 % |
0,2 | 56 | 61 | 91.8 % |
0,4 | 77 | 106 | 72.6 % |
0,6 | 73 | 93 | 78.5 % |
0,8 | 48 | 97 | 49.4 % |
1,0 | 16 | 73 | 22 % |
Dari percobaan Tekanan Osmosis Ciran sel dengan berbagai kosentrasi sukrosa yaitu 0,0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Dicari kosentrasi sukrosa dimana yang mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoe discolor mengalami plasmolisis. Insipien plasmolisis terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,8 M sehingga, tekanan osmotik dapat dihitung sebagai berikut :
PO =
PO =
PO =
PO = 19,5 atm
Jadi, Tekanan Osmotik dengan konsentrasi 0,8 M sebesar 19,5 atm
III. Imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai
Biji | Perubahan | Sebelum direndam | Setelah direndam |
Kacang hijau | Bentuk | seperti ginjal | seperti ginjal, lebih besar dan menggembung, kulit mengelupas, radikula mulai tampak |
Warna | hijau kekuningan | hijau muda | |
Tekstur | keras | lunak | |
Berat | 2,7 gram | 7 gram | |
Volume air | 50 ml | 44 ml | |
Kacang kedelai | Bentuk | seperti ginjal | seperti ginjal, lebih besar dan menggembung, kulit biji mengelupas, dan satu biji mulai tampak radikulanya |
Warna | kuning kecoklatan (cream) | kuning pucat | |
Tekstur | Keras | lebih lunak | |
Berat | 2,7 gram | 5,9 gram | |
Volume air | 50 ml | 46 l |
F. PEMBAHASAN
I. Difusi
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan proses difusi zat padat dalam larutan. Dalam hal ini, zat padat yang digunakan adalah KMnO4. Dalam percobaan difusi dengan menggunakan zat KMnO4, yang berperan sebagai zat dengan konsentrasi tinggi adalah KMnO4, sedangkan air adalah zat dengan konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi dari zat KMnO4 ke dalam air sebagai pelarut. Pada awal dimasukkannya KMnO4 ke dalam air, difusi berjalan dengan cepat. Terjadinya difusi ditandai dengan melarutnya zat ini ke dalam air yang menyebabkan air yang tadinya berwarna jernih menjadi berwaran keunguan. Semakin lama proses difusi semakin lambat. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh suhu, besarnya gradient difusi, serta ukuran dan massa partikel yang berdifusi (dalam hal ini KMnO4). Kesetimbangan terjadi ketika larutan menjadi homogen, artinya KMnO4 sudah melarut sempurna di dalam air. Apabila partikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik, maka dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar merata dalam ruang yang ada. Sampai distribusi merata seperti itu terjadi, akan terdapat lebih banyak partikel yang bergerak dari daerah tempat partikel itu lebih pekat ke daerah yang partikelnya kurang pekat, lalu terjadi yang sebaliknya, dan secara menyeluruh gerakan partikel ke arah tertentu disebut difusi. Makin besar perbedaan konsentrasi antara dua daerah, yaitu makin tajam gradasi konsentrasinya, makin besar kecepatan difusinya.
Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0,075 mm/detik. Kecepatan rata-rata difusi saat tidak konstan adalah 0,156 mm/detik. Diameter yang konstan ditempuh pada akhir difusi (hampir mencapai kesetimbangan). Hal ini terjadi karena pada saat akhir difusi penambahan diameter sangat kecil sehingga kecepatannya lebih lambat daripada proses awal difusi. Hal tersebut juga ditandai dengan kristal KMnO4 yang semakin mengecil atau habis.
II. Osmosis
Peristiwa osmosis dapat juga dikatakan sebagai proses difusi dari bahan pelarut molekul melalui selaput semipermeable. Untuk mengetahui tekanan osmosis suatu cairan sel dapat digunakan metode plasmolisis. Metode plasmolisis merupakan menyusutnya volume dan lepasnya protoplas sel dari dinding sel karena kehilangan air, adanya perbedaan tekanan dengan lingkungan luarnya. Pada percobaan ini digunakan larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi untuk melakukan plasmolisis pada sel epidermis daun Rhoeo discolor. Larutan sukrosa dapat mengakibatkan terjadinya arus air, terutama yang terdapat di dalam vakuola keluar sel sehingga isi vakuola berkurang, turgor sel turun, isi protoplas mengecil dan pada akhirnya sel mengalami plasmolisis. Plasmolisis ditandai dengan adanya warna keunguan pada daerah tepi sel saat diamati di bawah mikroskop.
Konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan dalam percobaan bervariasi, mulai dari 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M dan 1,0 M. Dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan, bahwa pada konsentrasi 0,8 M total keseluruhan sel ada 97 sedangkan yang sel yang mengalami plasmolisis ada 48. Keadaan ini dinamakan plasmolisis insipient. Plasmolisis insipient terjadi pada jaringan yang separuh jumlah selnya baru saja mengalami plasmolisis (protoplas baru mulai terlepas dari dinding sel), berarti tekanan dalamnya sama dengan nol. Terlepasnya protoplas dari dinding sel disebabkan oleh penyusutan atau pengurangan volume, karena cairan di dalam protoplas sudah menjadi lebih pekat dan karenanya berpotensial osmotik lebih negatif. Tekanan osmotic untuk konsentrasi 0,8 M adalah sebesar 19,5 atm.
III. Imbibisi
Imbibisi adalah peristiwa masuknya air ke dalam suatu zat melalui pori-pori.Air yang masuk ke dalam biji membuat biji mengalami perubahan, baik bentuk, warna, tekstur, maupun berat biji. Proses imbibisi berguna untuk mematahkan dormansi dan memicu perkecambahan biji. Masuknya air ke dalam biji dapat melalui transport pasif simplas maupun apoplas, air masuk ke dalam kulit biji kemudian menembus dinding sel biji dan air masuk ke dalam sel-sel biji.Air yang masuk membuat kulit biji robek dan mengelupas, sehingga air masuk dan membuat biji membesar karena sel-selnya berisi air. Warna dari biji yang telah direndam air selama 24 jam menjadi lebih pucat dikarenakan air menembus plastida yang semula pekat menjadi lebih pudar karena telah bercampur air. Air yang masuk ke dalam sel-sel biji mengaktifkan enzim-enzim yang digunakan untuk merombak bahan-bahan dari endosperm maupun kotiledon dan memindahkan nutrien-nutrien ke bagian embrio yang digunakan untuk pertumbuhan embrio tersebut.
Pada praktikum ini, digunakan biji kacang hijau dan biji kacang kedelai yang diberi perlakuan yaitu direndam ke dalam air selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan tapak adanya perubahan bentuk, warna, tekstur, berat, dan voleme air yang tersisa pada kedua biji kacang tersebut. Berat awal kedua biji tersebut adalah 2,7 gram namun setelah direndam berat biji kacang hijau menjadi lebih besar yaitu 7 gram sedangkan berat kacang kedelai hanya 5,9 gram hal ini disebabkan meskipun berat awal kedua biji kacang sama, namun jumlah dari biji kacang hijau lebih banyak dari kacang kedelai, sehingga sel-sel pada biji kacang hijau lebih banyak mengalami imbibisi daripada sel-sel biji kacang kedelai. Volume air yang tersisa pada proses imbibisi biji kacang hijau sebesar 44 ml, lebih sedikit daripada voleme air yang tersisa pada botol kacang kedelai yaitu 46 ml. hal ini dikarenakan air yang digunakan dalam proses imbibisi pada kacang hijau lebih besar daripada pada imbibisi kacang kedelai.
G. DISKUSI
Diskusi Difusi
a. Berapakah kecepatan rata-rata penyebaran KmnO4 saat konstan dan tidak konstan? Mengapa hal ini dapat terjadi?
Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0.075 mm/detik.
Kecepatan rata-rata difusi saat tidak konstan adalah 0.156 mm/detik.
Diameter yang konstan ditempuh pada akhir difusi (hampir mencapai kesetimbangan). Hal ini terjadi karena pada saat akhir difusi, penambahan diameter sangat kecil sehingga kecepatannya lebih lambat daripada proses awal difusi.
b. Proses fisiologi apa saja yang dapat menggambarkan terjadinya difusi zat cair, padat maupun gas pada tumbuhan?
Terjadinya difusi zat cair pada proses fisiologi tumbuhan adalah ketika suatu zat yang masuk melalui dinding sel menyebar ke seluruh bagian sel, dan siap diambil organel yang membutuhkannya.
Terjadinya difusi zat gas pada proses fisiologi tumbuhan adalah ketika proses fotosintesis.
Terjadinya difusi zat padat pada proses fisiologi tumbuhan adalah masuknya unsur hara dan mineral ke dalam tubuh tumbuhan.
c. Apakah keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam tumbuhan?
Dapat, karena dalam lingkungannya terdapat suhu dan tekanan yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi dufusi.
d. Bagaimana terjadinya keseimbangan penyebaran KmnO4 dalam larutan dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya kesetimbangan tersebut?
Keseimbangan penyebaran KMnO4 dalam larutan terjadi akibat adanya gradien konsentrasi. Faktor-faktor yang dapar mempengeruhi kesetimbangan adalah konsentrasi, suhu, dan tekanan.
e. Apakah setelah kesetimbangan tercapai dapat terjadi proses difusi lagi? Mengapa?
Tidak, merujuk ke pengertian difusi adalah gerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, setelah terjadi difusi konsentrasi molekut-molekul tersebut akan sama, jadi tidak dapat terjadi proses difusi lagi.
Diskusi Osmosis
a. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada sel tumbuhan ?
Pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada daun Rhoe discolor, apabila proses osmosis terjadi pada suhu yang tinggi akan menyebabkan epidermis pada sel cepa tmengalami plasmolisis karena suhu yang tinggi dapat merusak struktur sel pada tumbuhan. Selain itu suhu yang tinggi dapat mempercepat laju reaksi sel epidermis untuk mengalami palsmolisis.
b. Apakah rumus PO yang digunakan berlaku untuk semua zat ?
Rumus PO tidak berlaku untuk semua zat, karena di dalam rumus PO terdapat “m” yaitu kadar larutan penyebab separuh dari jumlah sel terplasmolisis. Selain itu tidak semua zat mampu mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoe discolor.
- Mengapa terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel yang direndam pada larutan sukrosa ?
Terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel yang direndam pada larutan sukrosa, karena proses plasmolisis menggunakan berbagai macam konsentrasi sukrosa dan setiap konsentrasi memiliki daya plasmolisis yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi akan menyebabkan sel pada tumbuhan semakin cepat untuk terplasmolisis.
d. Apakah yang dimaksud dengan insipient plasmolisis dalam percobaan ini ?
Insipien plasmolisis adalah banyaknya konsentrasi sukrosa yang dapat mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang dapat mengalami plasmolisis.
- Sebutkan metode – metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis pada sel tumbuhan !
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis pada tumbuhan yaitu metode krioskopik atau metode titik beku, dan metodete kanan uap.
Diskusi (Imbibisi)
a. Bagaimana ait dapat melakukan imbibisi ke dalam biji ditinjau dari struktur biji dan proses difusi /osmosis?
Air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji dilihat dari struktur biji dengan cara air meresap ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mrngembang. Ada 2 kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah adanya gradient, potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya affnier atau daya gabung antara komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi. Biji yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antar sel penyusun endosperm secara osmosis.
b. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada biji yang telah mengalami imbibisi dan bagaimana kaitannya dengan proses fisiologi biji itu sendiri?
Ukuran biji terlihat mengembang, hal tersebut karena peristwa meresapnya air ke dalam biji pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.Kemudian terlihat pula terlepasnya kulit biji dan sebagian ada yang tumbuh radikula.
c. Jelaskan hubungannya imbibisi air pada biji dengan proses perkecambahan biji
Seperti telah diketahui bahwa proses imbibisi air pada biji adalah proses masuk atau meresapnya air ke dalam biji ke dalam ruangan dinding antar sel sehingga dinding selnya akan mengembang. Benih atau biji yang menyerap air, menyebabkan kulit pecah dan penyerapan berlangsung melalui seluruh permukaan kulit.Proses metabolic biji membutuhkan oksigen sehingga jika terlalu lembab atau kurang menyebabkan proses perkecambahan dapat membusuk.
d. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap proses imbibisi air pada biji? Jelaskan dengan memberi contoh adanya imbibisi pada kondisi di alam (hutan)!
Keadaan lingkungan seperti ketersediaan air dan kelembaban berpengaruh terhadap proses imbibisi air dan biji karena air berfungsi sebagai penstimulir metabolism dan sebagai pelarut dalam perubahan dan pengangkutan cadangan makanan kepada seluruh bagian tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, biji dari pohon yang berada di hutan dapat tumbuh karena adanya proses imbibisi, baik itu melalui air hujan ataupun embun.
H. KESIMPULAN
1. Kecepatan rata-rata difusi KMnO4 dalam larutan saat konstan adalah 0.075 mm/detik. Sedangkan kecepatan rata-rata difusi KMnO4 saat tidak konstan adalah 0.156 mm/detik. Tujuan dari kristal KMnO4 tersebut berdifusi adalah supaya berada dalam keadaan setimbang.
2. Penghitungan tekanan osmotik menggunakan konsentrasi sukrosa 0,8 M, karena konsentrasi tersebut merupakan insipien plasmolisis dimana jumlah keseluruhan sel ada 97 dan yang mengalami plasmolisis ada 48 sel.
3. Kacang hijau dan kacang kedelai mengalami imbibisi, hal tersebut ditunjukkan adanya perubahan warna, tekstur, ukuran, volume air sebelum dan sesudah perendaman serta ada tidaknya radikula pada biji.
I. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., 1990, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, B. Estiti., 1995, Anatomi Tumbuhan Berbiji, Bandung : ITB Press
Kimball, John W., 1983, BIOLOGI, edisi ke lima, jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Salisbury, Frank B. & Cleon W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1, Bandung : ITB Press.
No comments