Ekstraksi DNA dengan menggunakan metode CTAB
CTAB merupakan sejenis deterjen yang dapat mendegradasi dinding sel,
denaturasi protein, memisahkan karbohidrat (Kaidah dan Suprapto, 2003), merusak
membran sel dan melarutkan DNA ( Purwantara, 2001). Apabila
dinding sel terdegradasi maka semua isi sel dapat keluar termasuk DNA dan
dilepaskan ke dalam buffer ekstraksi.
Dalam proses isolasi DNA tanaman, penambahan senyawa pereduksi seperti merchaptoetanol dapat mencegah proses oksidasi senyawa
fenolik sehingga menghambat aktivitas radikal bebas yang dihasilkan oleh oksidasi fenol terhadap asam
nukleat (Wilkins dan Smart, 1996). Merchaptoetanol juga berfungsi untuk
melindungi RNA dari senyawa quinon, disulphide, peroksida, poliphenoksidase,
dan protein (Milligan, 1992). Proses pemansan pertama bertujuan untuk melarutkan CTAB dan mercaptoetanol.
Sedangkan pemanasan yang kedua bertujuan untuk memdegradasi protein dan dinding
sel.
Klorofrom dan
isoamilalkohol (CIAA) berfungsi untuk mengekstrak dan dan mengendapkan komponen
polisakarida di dalam buffer ektraksi yang mengkontaminasi larutan DNA
(Ningrum, 2008). Pemberian isopropanol dan etanol dilakukan agar terjadi
dehidrasi DNA sehingga terjadi presipitasi (Purwantara, 2001). Setelah
pemberian etanol, pellet yang dipeoleh dikeringanginkan. Hal ini bertujuan
untuk mengeringkan pellet dari sisa-sisa buffer maupun etanol.
Tahapan terakhir dari
ektraksi ini adalah penambahan buffer TE. Buffer TE berfungsi untuk melarutkan
DNA yang dihasilkan dan menjaga DNA agar tidak mudah rusak. Dalam buffer TE
mengandung EDTA yang berfungsi sebagai senyawa pengkelat yang mengikat ion
Magnesium, yaitu kofaktor yang diperlukan untuk altivtas berbagai enzim
nuclease (Sudarsono, 1996).
Metode
ekstraksi DNA dengan CTAB akan menghasilkan pita DNA yang berukuran tebal dan
dapat memisahkan DNA dari polisakarida karena adanya perbedaan karakteristik
kelarutan (differensial of solubility). Disamping deperoleh fragmen DNA,
dengan metode CTAB juga akan diperoleh RNA dengan pita tipis yang terletak jauh
berada di bawah pita DNA. Keberadaan pita RNA tergantung bahan yang diekstraksi
(Prasetyo, 2008).
Metode ini tidak membutuhkan biaya yang lebih mahal
dibandingkan dengan menggunakan kit. Selain itu, kelebihan dari ektraksi ini
adalah pita DNA yangdiproleh lebih tebal bila dibandinglan dengan ektraksi
metode fenol dan tanpa fenol. Akan tetapi, dari hasil dengan metode ini masih
terdapat pita smear dan DNA yang dihasilkan lebih sedikit daripada ektraksi
dengan menggunakan kit ( Ningrum, 2008). Kendala yang umum terjadi
dalam ekstraksi CTAB adalah adanya inhibitor pada inang, rendahnya konsentrasi
vius dan pengaruh cara maupun lama waktu penyimpanan (Wyatt and Brown, 1996).
No comments