Pengendalian Gulma Pada Tanaman Kacang Kedelai ( Glycine max L )
Organisme pengganggu tanaman atau sering disingkat OPT,
merupakan organisme-organisme yang dapat merusak tanaman baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Kerusakan tersebut dapat menimbulkan kerugian baik dari
segi kualitas ataupun kuantitas panen, sehingga merugikan secara ekonomi.Untuk
menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman harus dilindungi dengan cara
mengendalikan OPT tersebut. Dengan istilah "mengendalikan", OPT tidak
harus diberantas habis. Dengan usaha pengendalian populasi atau tingkat
kerusakan kardna OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak
merugikan (Djojosumarto, 2004).
Menurut wikipedia, (Wikipedia, 2010) gulma adalah tumbuhan
yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil
yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan
plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian.
Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman
produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu
spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma.
Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak
mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur
kedelai dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya
merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal
sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.
Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan
pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma.
Gulma dapat tumbuh dengan baik dan menimbulkan gangguan dalam proses
budidaya pertanian. Dalam hal ini, gulma umumnya memiliki kemampuan adaptasi
yang baik dibandingkan tanaman. Akan tetapi, tidak berarti bahwa gulma selalu
hidup dengan baik tanpa mengalami cekaman dalam lingkungan. Hal ini berkaitan
dengan siklus hidup dan komunitas dalam ekosistem itu sendiri.Kehadiran gulma
sendiri secara langsung dapat mempengaruhi produksi tanaman, baik secara
kualitas maupun kuantitas, kemudian juga dapat menghambat praktek budidaya
pertanian. seperti dengan adanya gulma kualitas akan menurun, karena biji gulma
tersebut tercampur pada saat pengolahan tanah. kemudian kuantitas juga akan
menurun, karena terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh ( hara, air, udara,
cahaya, ruang gerak ) dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas,
kesuburan, jenis, kerapatan, dan lamanya tumbuh.Hal inilah yang kemudian
menimbulkan gagasan petani untuk mengendalikan gulma. Dengan tujuan untuk
meningkatkan atau mempertahankan produktifitas tanaman.
Pada pertanian konvensional, pengendalian gulma pada
pertanaman kedelai dapat dilakukan melalui pengolahan tanah dan penyiangan atau
pengendalian manual, tetapi pengolahan tanah secara konvensional memerlukan
waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Pada tanah dengan tekstur lempug berpasir,
lempung berdebu, dan liat, kedelai yang dibudidayakan tanpa olah tanah
memberikan hasil yang sama tingginya dengan yang dibudidayakan dengan
pengolahan tanah konvensional (Widiyati et al. 2001 dalam Fadhly, 2004).
Umumnya, gulma pada pertanaman kedelai tanpa induksi olah
tanah dapat dikendalikan dengan herbisida. Sebelum kedelai ditanam, herbisida
disemprotkan untuk mematikan gulma yang tumbuh diareal pertanaman atau biasa
disebut pengendalian pratumbuh. Kemudian, setelah kedelai tumbuh, gulma masih
perlu dikendallikan untuk melindungi tanaman. Pengendalian pada fase ini dapat
dilakukan dengan cara manual seperti penyiangan dengan tangan , penggunaan alat
mekanis, dan secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida. Akan tetapi
Penggunaan herbisida secara berlebihan akan merusak lingkungan. Untuk menekan
atau meniadakan dampak negatif penggunaan herbisida terhadap lingkungan,
penggunaannya perlu dibatasi degan memadukan dengan cara pengendalian lainnya
(Fadhly et al, 2004).
Kehadiran gulma dalam siklus hidup tanaman tidak selalu
berpengaruh negatif terhadap tanaman budidaya. Dalam hal ini, terdapat suatu
periode dimana tanaman budidaya peka terhadap kehadiran gulma di dalam
lingkungan hidup tumbuh tanaman. Periode waktu ini umumnya dikatakan sebagai
periode kritis. Pada periode atau selang waktu tersebut tanaman sangat peka
terhadap kecaman dari lingkungan, baik ruang tumbuh, unsur hara, air atau
cahaya matahari. Oleh sebab itu, pada periode kritis tersebut kehadiran gulma
akan sangat mengganggu tanaman, dan apabila tanaman kalah bersaing dalam
memanfaatkan faktor-faktor lingkungan tersebut maka produksi akhir tanaman akan
sangat menurun. Pada periode inilah gulma harus dikendalikan agar tidak
mengganggu siklus hidup dan metabolisme tanaman budidaya. Pengetahuan mengenai
periode kritis tanaman yang akan dibudidayakan memiliki kolerasi yang positif
terhadap persaingan gulma. Sehingga, pengetahuan ini merupakan salah satu
langkah yang penting dalam menyusun rencana pengendalian yang tepat, efektif
dan efisien.
Pengendalian Gulma
Keberhasilan pengendalian gulma
merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil kedelai yang
tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina; secara
biologi degan menggunakan organisme hidup; secara fisik dengan membakar dan
menggenagi, melalui budidaya dengan pergiliran tanaman, penigkatan daya saing
dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut; membabat, menginjak,
menyiangi dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan
nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma pada pertanaman kedelai
umumnya dikendalikan dengan cara mekanis dan kimiawi. Pengendalian gulma secara
kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi memalui pemaduan
dengan cara pengendalian lainya.
Cara-cara Pengendalian
Gulma
Pengendalian dapat
berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi
tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan
pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian
gulma dapat dilakukan dengan cara-cara :
1. Preventif (pencegahan)
Cara ini terutama ditujukan terhadap species-species gulma yang
sangat merugikan dan belum terdapat tumbuh di lingkungan kita. Species gulma
asing yang cocok tumbuh di tempat-tempat baru dapat menjadi pengganggu yang
dahsyat (eksplosif). Misalnya kaktus di Australia, eceng gondok di Asia-Afrika.
Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma baru antara lain adalah :
a. Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi
biji-biji gulma
b. Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang
c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput
makanan ternak
d. Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran
pengairan
e. Pembersihan ternak yang akan diangkut
f. Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain
sebagainya.
Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, maka harus dicegah pula agar jangan sampai gulma
berbuah dan berbunga. Di samping itu juga mencegah gulma tahunan (perennial
weeds) jangan sampai berbiak terutama dengan cara vegetatif.
2. Pengendalian gulma
secara fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan
:
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah
dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan
sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas
alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor
seperti siklus hidup dari gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur
dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografi tanah
dan iklim.
b. Pembabatan
(pemangkasan, mowing)
Pembabatan umumnya
hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk
gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan, interval
(ulangan) dan sebagainya. Pembabatan biasanya dilakukan di perkebunan yang
mempunyai krop berupa pohon, pada halaman-halaman, tepi jalan umum, jalan
kereeta pai, padang rumput dan sebagainya. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada
waktu gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan
hebat.
c. Penggenangan
Penggenangan efektif
untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15 – 25 cm
selama 3 – 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena bila
sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat
hidup.
d. Pembakaran
Suhu kritis yang
menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 – 550 C,
tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup.
Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi
pada protoplasmanya. Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk
membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada
sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat.
Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian,
seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan pembakaran
untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah
pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan
lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit
seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran
bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat
memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat
menimbulkan alergi dan sebagainya.
e. Mulsa (mulching,
penutup seresah)
Penggunaan mulsa
dimaksudkan untuk mencegah agar cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga
gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuhan
yang baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan
plastik.
a. Pengendalian gulma
dengan sistem budidaya
Cara pengendalian ini juga disebut
pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi
yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan
pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan
sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :
· Pergiliran Tanaman
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi
gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai,
padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma
tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada
kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus
rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering
yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya).
Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah.
Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah,
sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
· Budidaya pertanaman
Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah
merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman
rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang
efektif untuk menekan gulma. Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk
mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman
terhadap gulma. Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu
lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman
ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas.
· Penaungan dengan tumbuhan
penutup (cover crops)
Mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu
pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan
sendiri.
b. Pengendalian gulma
secara biologis
Pengendalian gulma secara biologis (hayati)
ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta,
fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan
insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing
yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang
lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang
akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman
atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis.
Sebagai contoh pengendalian biologis dengan
insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp.
Di Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan
pengendalian Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous
singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat
dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina
eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan
gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng
gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerosporasp.
untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik
terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan,
kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.
c. Pengendalian gulma
secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah
pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida
adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan
pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida
yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat
pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara
kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi
negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam
sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma
secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara
pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan
tersendiri lebih lanjut.
d. Pengendalian gulma
secara terpadu
Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara
terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara
bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
No comments