Dampak Pestisida Terhadap Agroekosistem
Karbofuran
adalah pestisida golongan karbamat yang mempunyai daya racun cukup tinggi
(Matsumura, 1975), dimana dapat membunuh serangga dan nematoda. sifatnya adalah
sistemik atau sebagai racun kontak dan lambung sehingga dapat diaplikasikan
pada berbagai tanaman pertanian seperti, tanaman pangan, palawija,
hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman tembakau, tanaman jeruk dan tanaman
pisang. Karbofuran ditujukan untuk
mengendalikan berbagai macam serangga hama
yang menyerang daun, batang, buah, dan nematoda yang menyerang akar, baik pada
tanaman yang masih dipersemaian maupun tanaman yang sudah dipindahkan ke
lapangan (Anonim, 2002).
Akibat
samping penggunaan pestisida pada jasad
sasaran dalam agroekosistem berupa munculnya
ketahanan hama , hal ini karena pestisida
tidak mampu untuk membunuh hama dan sebaliknya
terjadi peledakan hama (resurjensi) pada hama yang semula tidak
penting.
Insektisida
karbamat (karbofuran) termasuk salah satu insektisida yang mendorong timbulnya
resurjensi pada hama ,
hal ini dipacu oleh kesalahan aplikasi dalam hal dosis dan frekuensi. Selain itu pengaruh penggunaan karbofuran
adalah meninggalkan residu pada tanaman.
Untuk tanaman padi residu karbofuran dapat mencapai 0,178 μg g – 1
pada padi yang diberi karbofuran tiga kali pada umur 30, 50
dan 70 hari setelah tanam (Martono, et. al., 1993).
Pada
tanaman, pestisida dapat mengubah penampilan dan melumurinya dengan residu
bahan beracun. Laporan tentang tingginya
kadar residu acapkali dijumpai, meski dengan semakin canggihnya peralatan wajib
dicermati dengan hati-hati (Martono, 2001),
Di Indonesia telah disusun suatu ketentuan tentang Batas Maksimum Residu
(BMR) pestisida pada hasil pertanian beberapa komoditas (tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan, baik yang dapat langsung
dikonsumsi maupun yang tidak langsung dikonsumsi) yang ditetapkan dengan SK
Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian dengan no. 881 tahun 1996
(Anonim, 2002).
Selain
pengaruh residu muncul pula masalah lain yaitu adanya keluhan petani bahwa
tanah sawah yang diberi perlakuan karbofuran granula akan menyebabkan tanah
menjadi keras dan “bantat”. Keadaan
ini menyebabkan turunnya kesuburan tanah karena secara biologis banyak terjadi
kematian jasad berguna yang membantu penggemburan tanah, sehingga potensi
produksi tak dapat dicapai (Martono, et.
al., 1993 ; Martono,1997).
No comments