Budidaya Tanaman Pandanus
Hasil penelitian Aditya dan Benyamin (2008) tentang teknik budidaya tanaman pandan. bertujuan Penelitian untuk mengetahui teknik pembibitan dan penanaman pandan tingkat persemaian sampai siap tanam. Metode penelitian Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan perlakuan yang diujicobakan polybag ukuran besar (11 cm x 18 cm), sedang (8 cm x 15 cm), dan kecil (6 cm x 12 cm), serta jenis media sapih yaitu: tanah (M1) serta campuran tanah dan pasir laut (M2). Kedua faktor perlakuan tesebut dikombinasikan menjadi enam kombinasi perlakuan masing-masing 10 sampel dan tiga ulangan sehingga total adalah 180 semai. Pertumbuhan tinggi dari yang terbesar sampai terendah terlihat pada perlakuan sebagai berikut : U1M1 (37,70 cm), U1M2 (37,77 cm), U2M2 (33,57 cm), U2M1 (33,33 cm), U3M1 (33,27), dan U3M2 (22,13 cm). Benih pandan yang ditanam pada media tanah dan pasir dalam polybag 11 cm x 18 cm menunjukkan pertumbuhan yang terbaik sampai siap tanam. Hasilnya melaporkan bahwa ukuran polybag besar dengan media campuran tanah dan pasir laut (U1M2) memberikan pertumbuhan terbaik dari parameter tinggi, jumlah daun, berat basah akar, dan rasio tucuk akar. Sedangkan pertumbuhan terendah ditunjukkan pada perlakuan polybag ukuran kecil dengan media sapih campuran tanah dan pasir laut (U3M2). Hal ini diduga disebabkan karena polybag ukuran besar mempunyai volumen media tumbuh lebih besar sehingga mampu menyediakan hara yang lebih banyak bagi semai sampai umur siap tanam (enam bulan), sedangkan polybag ukuran kecil dengan volume media yang kecil memberikan ketersediaan unsur hara yang lebih rendah, sehingga kurang mencukupi kebutuhan semai sampai umur enam bulan. Campuran tanah dan pasir laut memberikan pertumbuhan terbaik diduga keberadaan pasir laut memberikan tempat tumbuh seperti pada habitat alaminya, karena pandan wong merupakan jenis yang banyak tumbuh di daerah pantai.
Berdasarkan nilai uji Duncan diketahui bahwa kombinasi perlakuan terbaik
dalam jumlah daun adalah kombinasi perlakuan ukuran polybag besar
dengan media sapih campuran tanah dan pasir (U1M2) dengan jumlah daun sebanyak
13 helai. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah daun berkorelasi
positif dengan pertumbuhan tinggi semai. Hal ini terjadi karena adanya hubungan
antara daun dan proses fotosintesis. Daun dalam jumlah yang banyak, maka proses
fotosintesis menjadi lebih optimal, karena daun berfungsi menangkap dan
memanfaatkan cahaya matahari untuk selanjunya proses menghasilkan bahan organik
dari bahan anorganik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
seluruh bagian tanaman.
Pasir laut memberikan kondisi media mempunyai drainase dan aerasi yang
lebih baik, menjaga media tetap remah dan gembur serta media menjadi lebih
ringan sehingga lebih memudahkan pada saat pengangkutan. Menurut standar SNI
(1999) mengenai pembuatan persemaian permanen hutan, media sapih yang baik
memiliki persyaratan yaitu: 1) Cukup kuat dan rapat untuk menahan benih,
kecambah atau stek selama proses perkecambahan atau pengakaran; 2) Dapat
menyerap air sehingga penyiraman tidak terlalu sering dilakukan; 3) Cukup mudah
untuk melewatkan air apabila terlalu sering dilakukan; 4) mengandung unsur hara
yang memadai; 5) Tingkat keasaman normal; 6) Bebas dari benih tanaman
pengganggu; dan 7) Cukup ringan. Pasir laut mengandung unsur Na dan Cl,
sehingga keberadaannya pada media tumbuh dapat memperkaya unsur hara mikro Cl
yang berperan penting untuk reaksi fotosintesis yang menghasilkan oksigen (Atmanto,
2000).
Biomassa akar semai sebagai hasil dari pertumbuhan akar tanaman yang
dipengaruhi oleh ukuran polybag sebagai ruang tumbuh dan media
tanaman sebagi penyedia unsur hara. Pada ukuran polybag yang
besar pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih baik karena ruang tumbuh lebih
luas. Biomassa merupakan hasil dari proses metabolisme tanaman yang mengambil
zat-zat yang dibutuhkan dari lingkungan, baik dalam bentuk zat-zat anorganik
maupun organik (Atmanto, 2000). Ruang tumbuh yang lebih besar juga memberikan
kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan akar yang
berkorelasi positif dengan pertumbuhan bagian atas. Kosasih dan Heryati (2006)
mengatakan bahwa suatu media harus mempunyai empat fungsi utama yaitu memberi
unsur hara dan sebagai medium perakaran, menyediakan air dan sebagai tempat
penampungan air, menyediakan udara untuk respirasi akar, dan sebagai tempat
bertumbuhnya tanaman.
Mindawati dan Susilo (2005), bahwa anakan yang siap dipindahkan ke
lapangan harus mempunyai nisbah pucuk akar antara 2-5, untuk daerah temperate akan
lebih baik jika nisbah pucuk akar mendekati 5, sedangkan untuk daerah tropika
akan lebih baik jika nisbah pucuk akar mendekati 1. Berdasarkan nilai uji
Duncan nisbah pucuk akar terbaik ditunjukkan pada kombinasi perlakuan
ukuran polybag sedang dengan media campuran tanah dan pasir
(U2M2) tetapi tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan U2M1, U1M2, dan
U2M1. Hal ini diduga karena pada ukuran polybag sedang
pertumbuhan akar seimbang antara pertumbuhan lateral dan pertumbuhan memanjang,
sedangkan polybag besar karena mempunyai ruang tumbuh akar
lebih lebar, mengakibatkan pertumbuhan akar tidak hanya memanjang ke bawah
tetapi juga ke samping/lateral. Bahwa ketesediaan unsur hara dipengaruhi
oleh kecepatan hara bergerak melalui tanah (media) ke permukaan akar dan
kecepatan pertumbuhan akar, serta jenis media yang digunakan sangat berpengaruh
pada pertumbuhan bibit. Pertumbuhan akar pada pandan sangat penting karena di
samping untuk pertumbuhan tanaman juga fungsi akar pandan sangat diperlukan
ketika ditumbuhkan di lapangan yaitu di tepi pantai sebagai penahan abrasi pantai
serta mempertahankan tanaman supaya tidak mudah roboh karena di tepi laut pada
umumnya mempunyai tiupan angin yang kencang. Berdasarkan hasil penelitiannya
dapat disimpulkan bahwa :
1. Perlakuan ukuran polybag dan
media sapih memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan pertumbuhan
tinggi dari yang terbesar sampai terendah adalah sebagai berikut : U1M1 (37,70
cm), U1M2 (37,77 cm), U2M2 (33,57 cm), U2M1 (33,33 cm), U3M1 (33,27), dan U3M2
(22,13 cm).
2. Penggunaan pasir laut sebagai campuran media
sapih pandan wong dapat memberikan kondisi draenase dan aerasi yang lebih baik
serta menyiapkan semai pada kondisi tempat tumbuh alaminya.
3. Bibit pandan wong siap untuk ditanam di
lapangan setelah berumur enam bulan di persemaian dengan tinggi rata-rata di
atas 30 cm.
4. Kombinasi perlakuan polybag ukuran
sedang dengan media campuran tanah dan pasir dapat diaplikasikan untuk kegiatan
budidaya pandan wong karena selain mempunyai nisbah pucuk akar terbaik,
pertumbuhan tinggi baik serta lebih ekonomis.
Mulyati et.al (2008), menyatakan bahwa budidaya pandan
samak tidak memerlukan persyaratan khusus. Anakan atau tunas-tunas yang keluar
dari batang dan dikenal dengan sebutan “sengket” dapat dijadikan bibit.
Bibit ditanam pada lahan yang agak basah dengan kedalaman 20-30 cm dengan jarak
tanam 80-100 cm Penyiangan atau pembersihan gulma tidak diperlukan setelah 1
tahun masa tanam. Pengambilan daun pertama dapat dilakukan setelah tanaman
berumur 2 tahun atau setelah keluar daun 19-15 lembar. Pemanenan dapat
dilakukan setiap 2 bulan sekali selama lebih dari 20 tahun.
Siti susiarti dan Mulyati Rahayu (2010), menyatakan bahwa Pandan merupakan salah satu komoditi perkebunan di Tasikmalaya dan dengan area
seluas 599 ha dengan produksi 282,33 ton per tahun, tak ayal lagi pandan memiliki prospek pengembangan yang
baik. Umumnya perkebunan pandan dimiliki oleh rakyat. Bahan baku
kerajinan pandan di Tasikmalaya dirasakan
tidak mencukupi kebutuhan sehingga diperlukan upaya budidaya. Area
perkebunan pandan terdapat di beberapa
kecamatan seperti di Cikalong (103 ha), Cipatujah (31 ha), Pager
Ageung (302 ha), Parung ponteng (130
ha), Rajapolah (24 ha), dan Sukaresik (121 ha). Di dua lokasi yang
pertama pandan ditanam di sekitar tepi pantai, sementara di lokasi-lokasi
lainnya hingga sekitar 500 m di atas permukaan laut. Area perkebunan di
Cikalong dan Cipatujah mengalami kerusakan akibat adanya tsunami pada tanggal
17 Juli 2006. Saat ini kekurangan
bahan baku pandan dipasok dari daerah luar seperti Gombong dan
Serang.
Usaha pembudidayaan pandan tidak memerlukan
persyarat-an khusus. "Sengke" (tunas-tunas) atau anakan yang keluar
dari batang dapat dijadikan bibit, ditanam pada lahan yang agak basah dengan jarak tanam I
x 2 m. Pengambilan sengke sebaiknya yang telah mempunyai akar cukup panjang.
Penyiangan dan pemupukan dilakukan pads awal penanaman dan tidak diperlukan
setelah 1 tahun inasa tanam. Pengambilan daun pertama dapat dilakukan setelah
berumur 2 tahun (pandan temen) dan 1 tahun (pandan jaksi). Pemanenan dapat
dilakukan setiap 2 minggu dan dengan pemeliharaan optimal, pemanenan dapat
mencapai lebih dari 20 tahun. Pembudidayaan pandan dapat pula dilakukan dari
bijinya (umumnya pandan laut), namun prosesnya cukup lama sehingga jarang
dilakukan.
Beberapa hams dan penyakit juga ditemukan menyerang perkebunan pandan. Stone (1983), melaporkan
sejenis jamur Alternaria alternate menyerang perkebunan pandan di India, yang menyebabkan
daun-daun pandan berubah warna menjadi
hitam, sedangkan Botryodiplodia theobrornae mengakibatkan
daun menjadi pucat. Hama yang menyerang perkebunan pandan di
Tasikmalaya adalah sejenis ulat Acara
microce. Hama ini menyerang pada bagian pangkal umbut
batang sehingga menyebabkan daun berlubang dan pucuk-pucuk daun mengering. Pada
serangan ringan, pemberantasannya dapat dilakukan dengan cara rnenyemprotkan
pestisida, sedangkan senangan yang cukup
berat sebaiknya tanaman dihancurkan dan diganti dengan tanaman baru. Menurut
informasi petani pandan setempat, penyemprotan dengan jenis
pestisida yang digunakan tidak efektif, oleh karena itu perlu dilakukan alternative lain atau penelitian
lebih lanjut untuk menentukan jenis atau dosis pestisida tentang
teknik-teknik menganyam perlu ditingkatkan, sehingga produk hasil anyaman
pandan dapat lebih bervariasi dan dapat bersaing dengan produk kerajinan dari
bahan baku lainnya. Dengan demikian salah satu dari pengetahuan lokal, tradisi
dan budaya bangsa Indonesia tetap terpelihara. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain penjualan langsung bahan baku setengah jadi (lontongan) ke luar
negri, yang dapat menyebabkan menurunnya kreatifitas pengrajin dan
hasil industri.
No comments