TANDA-TANDA KERUSAKAN PANGAN
Kebanyakan bahan makanan merupakan media
yang baik bagi pertumbuhan banyak macam mikroorganisme. Pada keadaan fisik yang
menguntungkan, terutama pada kisaran suhu 7 0C sampai 60 0C, organisme akan
tumbuh dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam hal penampilan, rasa, bau
serta sifat-sifat lain pada bahan makanan. Proses-proses peruraian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Bahan pangan protein + mikroorganisme proteolik Ã
asam amino + amin + hidrogen sulfide
Bahan pengan berkarbohidrat + mikroorganisme
peragi karbohidrat Ã
asam + alkohol + gas
Bahan pangan berlemak + mikororganisme lipolitik Ã
asam lemak + gliserol
Perubahan
yang disebabkan mikroorganisme pada makanan termasuk susu, tidak terbatas pada
terbentuknya hasil peruraiannya saja: tetapi juga dapat berupa produk hasil
sintesis mikrobia. Beberapa
mikroorganisme membentuk pigmen yang mengubah warna makanan. Ada pula yang
dapat mensistesis polisakarida dan menghasilkan lendir didalam atau pada
makanan.
(Michael J. P et all, 1988)
Berbagai tanda-tanda kerusakan pangan dapat
dilihat tergantung dari jenis pangannya, beberapa diantaranya misalnya:
-
Perubahan kekenyalan pada produk-produk daging dan ikan, disebabkan pemecahan struktur daging
oleh berbagai bakteri.
-
Perubahan kekentalan pada susu, santan, dan lain-lain, disebabkan oleh penggumpalan protein dan
pemisahan serum (skim).
-
Pembentukan lendir pada produk-produk daging,ikan, dan sayuran, yang antara lain disebabkan
oleh pertumbuhan berbagai mikroba seperti kamir, bakteri asam laktat (terutama
oleh Lactobacillus, misalnya L. Viredences yng membentuk lendir
berwarna hijau), Enterococcus, dan Bacillus thermosphacta. Pada
sayuran pembentukan lendir sering disebabkan oleh P. marjinalis dan
Rhizoctonia sp.
-
Pembentukan asam, umumnya
disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Lactobacillus, Acinebacter,
Bacillus, Pseudomonas, proteus, Microrocci, Clostidium, dan
enterokoki.
-
Pembentukan warna hijau pada produk-produk daging, terutama
disebabkan oleh:
1. Pembentukan hidrogen peroksida (H2O2) oleh
L. Viridescens, L. fructovorans, L.jensenii, Leuconostoc, Enterococcus faecium
dan E.faecalis
2. Pembentukan hidrogen sulfida (H2S) oleh
Pseudomonas mephita, Shewanell putrefaciens, dan Lactobacillus sake.
-
Pembentukan warna kuning pada produk-produk daging, disebabkan oleh
Enterococcus cassliflavus dan E. mundtii.
-
Perubahan bau, misalnya:
1. Timbulnya bau busuk oleh berbagai bakteri
karena terbentuknya amonia, H2S, Indol,dan senyawa-senyawa amin seperti diamin
kadaverin dan putresin.
2. Timbulnya bau anyir pada produk-produk
ikan karena terbentuknya trimetilamin (TMA) dan histamin.
(Albiner S., 2002)
1.
Tanda-Tanda Kerusakan pada
Daging dan Produk Daging
Kebusukan
akan kerusakan daging ditandai oleh terbentuknya senyawa- senyawa berbau busuk
seperti amonia, H2S, indol, dan amin, yang merupakan hasil pemecahan protein
oleh mikroorganisme. Daging yang
rusak memperlihatkan perubahan organoleptik, yaitu bau, warna, kekenyalan,
penampakan, dan rasa. Diantara produk-produk metabolisme dari daging yang
busuk, kadaverin dan putresin merupakan dua senyawa diamin yang digunakan
sebagai indicator kebusukan daging.
2.
Tanda-Tanda Kerusakan pada
Ikan dan Produk Ikan
Kerusakan pada ikan ditandai dengan
terbentuknya trimetilamin (TMA) dari reduksi trimetilamin oksida (TMAO). TMAO
merupakan komponen yang normal terdapat di dalam ikan laut, sedangkan pada ikan
yang masih segar TMA hanya ditemukan dalam jumlah sangat rendah atau tidak ada.
Produksi TMA mungkin dilakukan oleh mikroorganisme, tetapi daging ikan juga
mengandung enzim yang dapat mereduksi TMAO. Tidak semua bakteri mempunyai
kemampuan yang sama dalam meruduksi TMAO menjadi TMA, dan reduksi tergantung
dari pH ikan.
Histamin, diamin, dan senyawa volatil (total
volatile substances) juga digunakan sebagai indikator kebusukan ikan.
Histamin diproduksi dari asam amino histidan oleh enzim histidin dekarboksilase
yang diproduksi oleh mikroorganisme antara lain:
Histamin merupakan penyebab keracunan
scromboid. Seperti halnya pada daging, kadaverin dan putresin merupakan diamin
yang juga digunakan sebagai indikator kebusukan ikan.
Senyawa voatil yang digunakan sebagai
indikator kebusukan ikan termasuk TVB (total votatile bases), TVA (total
volatile acids) TVS (total volateli substance), dan TVN (total volatile
nitrogen). Yang termasuk TVB adalah amonia, dimetilamin, dan trimetilamin,
sedangkan TVN terdiri dari TVB dan senyawa nitrogen lainnya yang dihasilkan
dari destilasi uap terhadap contoh, dan TVS atau VRS (volatile reducing
substance) adalah senyawa hasil aerasi dari produk dan dapat mereduksi larutan
alkalin permanganat. Yang termasuk TVA adalah asam asetat, propionat dan asam -
asam organik lainnya. Batas TVN maxsimum untuk udang yang bermutu baik di
Jepang dan Australia adalah 30 mg TVN/100g dengan maksimum 5 mg trimatilamin
nitrogen/100g.
Untuk produk-produk laut seperti oister,
clamdan scallop, perubahan pH merupakan indikator kerusakan, yaitu pH 5,9-6,2
untuk produk yang masih baik, pH 5,8 sudah agak menyimpang, dan pH 5,2 atau
kurang merupakan tanda kebusukan atau asam.
3. Tanda-Tanda Kerusakan pada Makanan Kaleng
Kerusakan makanan kaleng dipengaruhi oleh
jenis makanan yang terdapat didalamnya dan mikroba perusak yang dialamnya
(Tabel 1). Pada dasarnya makanan kaleng dibedakan atas tiga kelompok
berdasarkan keasaman, yaitu:
-
Makanan kaleng berasam rendah (pH>4,6), misalnya produk-produk daging dan
ikan,suws, beberapa sayuran (jagung, buncis), dan masakan yang terdiri dari
campuran daging dan sayuran (lodeh, gudeg, opor, dan lain-lain).
-
Makanan kaleng asam (pH 3,7-4,6), misalnya produk-produk tomat, pear, dan produk-produk lain.
-
Makanan kaleng berasam tinggi (pH<3,7), misalnya buah-buahan dan sayuran
kaleng seperti jeruk, pikel, sauerkraut, dan lain-lain.
No comments