Breaking News

Dampak Industri


Kebanyakan pengotoran atau pencemaran udara dan air ditimbulkan oleh industri. Dampaknya atas tanah dilihat dari segi luas lebih terbatas dibandingkan dengan dampak kegiatan lain. Kecuali kalau dampaknya mengenai sumber air irigasi, seperti waduk, embung, sungai di belakang bendung, atau air tanah,. atau langsung mengenai saluran irigasi. Dampak atas tanah juga meluas kalau limbah industri (atau sari keringnya = sludge) sengaja digunakan sebagai pupuk. Kriteria pemeriksaan air irigasi di tapak yang rentan terhadap pencemaran oleh limbah industri mencakup (1) pH, (2) kadar minyak, (3) kadar lemak (grease), dan (4) kadar logam berat beracun (Pb, Ni, Cd, Hg).
Dampak industri atas udara yang dapat mempengaruhi penggunaan lahan ialah (1) peningkatan kadar debu dan/atau abu, (2) peningkaatan kadar gas beracun dalam asap seperti Co, NH3, N20, CH4, S02, H2S, dan C12, dan (3) dalam hal industri farmasi mungkin pula penerbangan kuman penyakit dan parasit nianusia, temak, atau tanaman. Kadar debu yang meningkat mengganggu proses f6tosintesis tanaman, sedang peningkatan kadar S02 membahayakan proses, tersebut. N02 dapat merusak jaringan tanaman, a.l. stomata (Nat, Inst, Env. Studies, 1980).
Penggunaan bakar fosil (minyak bumi, gas bumi, batubara) yang terus meningkat menaikkan kadar C02 dalam. udara. Menurut teori C02 kenaikan kadar gas ini dalam atmosfer menaikkan suhu'udara, dan kenaikan suhu udara berdaya mengubah iklim dengan konsekuensi mengubah harkat lahan. Akan tetapi bumi memiliki sarang pengatur kadar C02 dalam udara, yaitu lautan dengan kehidupan planktonnya sebagai pengatur utama, ve'getasi, dan tanah. Dengan laju pelepasan C02 ke atmosfer seperti sekarang, dan sarana pengatur kadar C02 tetap berfungsi seperti sekarang, laju kenaikan suhu bumi ditaksir sebesar 0,56C setiap 100 tahun (Plass, 1959).
Industri kimia dan industri yang menghasilkan banyak limbah gas, cair dan atau padat yang mudah larut dalam air, berpotensi paling besar mendampak lahan. Sebaliknya, industri pangan dan industri yang berlimbah padat yang tidak larut dalam air berpotensi mendampak paling kecil. Lebih mudah mengatur penyingkiran secara aman limbah padat yang tidak larut dalam air daripada limbah padat yang larut dalam air, cair, dan apalagi yang berupa gas. Industri pertanian pada umumnya tidak banyak menimbulkan persoalan dampak, bahkan limbah organiknya justru sering dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki tanah, misalnya limbah pabrik gula berupa tetes, limbah pabrik pakan temak, limbah pabrik minyak nabati, limbah pabrik pengolahan kopi, dsb

No comments