Breaking News

Ekosistem Telaga di Dieng Untuk Budidaya

Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda Kuno "Di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng berasal dari Bahasa Sunda karena diperkirakan sebelum tahun 600 daerah itu didiami oleh Suku Sunda dan bukan Suku Jawa. Dieng adalah sebuah kawasan di daerah dataran tinggi di perbatasan antara Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Desa Dieng terbagi menjadi Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo (Wikipedia, 2009). Kawasan ini terletak sekitar 26 km di sebelah Utara ibukota Kabupaten Wonosobo, dengan ketinggian mencapai 6000 kaki atau 2.093 m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin. Temperatur berkisar 15—20°C di siang hari dan 10°C di malam hari. Bahkan, suhu udara terkadang dapat mencapai 0°C di pagi hari, terutama antara Juli-Agustus.
Beberapa peninggalan budaya dan alam di Dieng telah dijadikan sebagai obyek wisata dan dikelola bersama oleh dua kabupaten, yaitu Banjarnegara dan Wonosobo. Diantara obyek wisata tersebut adalah Telaga Warna, sebuah telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung, Telaga Pengilon, Telaga Merdada. Telaga adalah semacam danau yang kecil dimana sinar matahari bahkan dapat mencapai dasarnya. Telaga sering juga sekaligus dipakai sebagai nama administratif daerah yang bersangkuthan.
Telaga tersebut memiliki warna yang dipengaruhi oleh beberapa faktor biotik dan abiotik. Faktor-faktor tersebut sangat berhubungan dengan ekosistem di Dieng. Ekosistem menurut Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH), 1982 adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi (Irwan, 1992).
Pada dasarnya, telaga atau danau  adalah badan air  yang terus ada untuk jangka waktu lama dimana partikel-partikel yang mengendap di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh komunitas produsen primer yaitu fitoplankton untuk berfotosintesis.Fitoplankton-fitoplankton tersebut berkumpul menjadi sebuah siklus materi yang kemudian menjadi sumber makanan bagi biota-biota di telaga. Fotosintesis dapat berlangsung juga karena adanya sebuah aliran energi yang berasal dari sinar matahari, kedua hal ini saling berkaitan erat sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biotanya.
Telaga adalah semacam danau yang kecil dimana sinar matahari bahkan dapat mencapai dasarnya. Telaga sering juga sekaligus dipakai sebagai nama administratif daerah yang bersangkuthan. Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan. Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air bisa tawar ataupun asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan. Danau vulkanik yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme/gunung berapi (Bambang Utoyo dalam http://id.wikipedia.org/wiki/telaga).
Pengertian Ekosistem
Ekosistem yang terdapat di wilayah telaga warna di pegunungan Dieng merupakan interaksi dari faktor abiotik dan biotik di sekitar telaga, di antaranya faktor biotik yaitu tumbuhan reparian vegetasion atau tumbuhan tepi, plankton, beberapa jenis serangga, lumut, ulat, cacing, burung, namun sangat jarang di temukan adanya ikan di wilayah telaga. Selain itu faktor abioti yang mendukung interaksi adalah faktor abiotik seperti pH air, kecerahan, dan semua faktor fisik dan kimia pada yang saling berhubungan dengan ekosistem telaga. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang mempengaruhi(Undang-undang Lingkungan Hidup (UULH),1982 dalam Irwan, 1992).
Budidaya dapat dilakukan dengan melihat kelimpahan plankton di tempat yang akan dibudidayakan. Istilah plankton adalah suatu istilah umum. Kemampuan berenang organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan-gerakan air. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis, dan zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik.

Parameter fisik kimia
Temperatur
Suhu merupakan factor yang sangat pentin dalam kehidupan perairan dan merupakan faktor pembatas utama perairan, (Odum, 1971). Suhu yang masih dapat ditolerir organism akuatik berkisar  20-30°C. Hewan invertebrate air masih tahan hidup pada suhu diatas 30°C, Limnaidae umumnya lebih tahan pada temperature  diatas 30°C (Welch, 1952).

Potensial Hidrogen (pH)
Toleransi organism terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti misalnya aktivitas fotosintesa dan biologi, suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya anion dan kation, jenis dan stadia organisme. Jenis-jenis Celeptera merupakan taksa yang mampu hidup pada tempat yang mempunyai kisaran pH yang lebar (Hawkes, 1979).

Oksigen terlarut
Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terlarut dalam air. Lebih lajut Sugiharto (1987), menyatakan bahwa oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan milligram per liter. Kelarutan oksigen di dalam air dipengaruhi oleh temperatur, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara atau di permukaan air dan kadar garam (Syawal dan Yustiawati, 2003).
Kondisi O2 terlarut yang rendah dalam perairan, dapat mengakibatkan stres fisiologik pada biota akuatik, sehingga meningkatkan aktivitas respirasi, sedangkan kondisi O2 terlarut dalam perairan tinggi, menyebabkan ion-ion logam bebas yang terlarut dalam air akan lebih banyak terbentuk (Connel & Miller, 1995). Lebih lanjut Effendi (2003), menyatakan bahwa semakin rendah kandungan O2 terlarut maka toksisitasnya (daya racun) semakin tinggi. Menurut PP No. 82 (2001), kehidupan ikan dapat berhasil apabila kandungan oksigen terlarutnya lebih dari 3 mg/L.

Konduktivitas
            Konduktivitas adalah jumlah total ion yang terlarut dalam air. Konduktivitas yang melebihi atau diatas 400 μmhos makhluk hidup atau organisme yang hidup diperairan akan strees dan akan mati (Ewuise, 1990).

Salinitas
            Salinitas dinayatakan dalam satuan gr/kg atau ppt, salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 0,5%o, salinitas perairan payau 0,5-30%o dan salinitas perairan laut 30-40%o. Nilai salinitas pada perairan pesisir sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari sungai.

Letak geografis
     Letak geografis berhubungan dengan kemiringan tempat (elevasi), kemiringan tempat mempengaruhi jenis budidaya dari masing-masing ketinggian tempat.  Ketinggian tempat yang cocok untuk pembudidayaan ikan adalah minimal 500 dpl ( Allan, 1995).

Plankton
Plankton adalah jasad renik yang hidupnya melayang-layang dalam perairan, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan pergerakannya dipengaruhi oleh arus air (Odum, 1971). Plankton terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Plankton dalam suatu perairan, berperan sebagai pakan alami bagi organisme akuatik diatasnya. Keberadaan plankton juga dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan suatu perairan.
Plankton di perairan juga digunakan sebagai petunjuk baik buruknya kondisi lingkungan, yang dapat dilihat dari keragaman jenis dan kelimpahannya. Keragaman jenis merupakan suatu karakteristik tingkatan komunitas organisme biologisnya, dan dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas, sedangkan kelimpahan diartikan sebagai jumlah individu plankton per satuan volume (Odum, 1971). Perairan dikatakan mempunyai kesuburan yang baik, apabila keragaman jenisnya tinggi dan kelimpahan jenisnya rendah. Sebaliknya perairan dikatakan kurang subur, apabila keragaman jenisnya rendah dan kelimpahannya tinggi. Keragaman jenis dan kelimpahan plankton sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia perairan.

Bentik
Benthos adalah Organisme yang hidup dipermukaan atau didalam substrat perairan baik yang hidup pada batu, pasir, lumpur dan kerikil ataupun sampah yang ada di suatu perairan. Benthos dapat digunakan sebagai pakan alami ikan di suatu komunitas perairan menempati urutan ke dua dan ke tiga dalam rantai makanan (Barus, 2003).

No comments