Proses Sintesis Kopi Luwak
Ada
beberapa tahapan yang harus dilaksanakan dalam sintesis kopi luwak. Buah kopi
yang akan diberi perlakuan harus dipersiapkan pada awal kegiatan. Buah kopi
yang digunakan adalah buah yang masak
sempurna. Bressani, (1979), menulis bahwa buah kopi dipanen ketika mencapai
tingkat kematangan, ketika warna kulit buah yang merah gelap dengan terlihat
dengan sangat jelas. Pemilihan buah kopi yang sangat matang meniru prinsip
luwak yang selalu memilih buah-buahan yang sudah matang untuk dikonsumsi. Buah
yang benar-benar sudah matang diharapkan memiliki citarasa buah yang optimal.
Buah yang digunakan harus buah yang segar (baru dipetik). Luwak menyukai buah
yang masih menempel di pohon, meskipun pada areal produksi kopi luwak
konvensional, buah yang diberikan sudah dipetik dengan tangan.
Buah
kopi yang dipetik kemudian dikupas dengan menggunakan tangan hingga kulit
luarnya yang berwarna merah terlepas dari biji kopi. Proses pengupasan meniru
kebiasaan luwak yang tidak mengunyah buah kopi yang dimakannya, namun hanya
manguliti bagian luar buah kopi (Faizal, 2009)
Pengupasan kulit kopi tidak
memerlukan banyak tenaga, namun cukup dengan memencet kulit buah dengan
perlahan. Bressani (1979), menyebutkan bahwa buah kopi yang matang sangat liat,
bahkan tekanan kecil pada kulitnya mampu menyebabkan kedua biji terlepas dari
kulitnya. Seandainya skala produksi ternyata diperbesar, maka penggunaan mesin
pengupas untuk mengeluarkan kedua biji dari buah diperbolehkan, sepanjang tidak
merusak biji dan endokarp (cangkang biji) kopi.
Biji
kopi yang dihasilkan masih memiliki cangkang dan juga lapisan lendir di
luarnya. Lapisan lendir ini sebenarnya yang merupakan lapisan mesokarp
buah. Biji ini kemudian dicuci dalam air
mengalir, agar kotoran selain biji kopi yang mungkin ada terbuang. Dalam
pencucian ini, tidak dilakukan penggosokan ataupun perlakuan lain yang
menyebabkan lapisan lendir ini hilang. Lapisan lendir tetap dijaga agar bakteri
fermentator dalam cairan rumen sapi memiliki makanan untuk dicerna. Lapisan
lendir kopi memiliki kandungan beberapa bahan kimia yang akan menjadi sumber
pakan untuk bakteri.
Proses
inti pembuatan kopi luwak sintetis adalah penghilangan lendir buah dengan
fermentasi oleh mikroorganisme. Pemrosesan ini berbeda dengan pemrosesan kopi
secara konvensional yang hanya mengupas buah tanpa menghilangkan lapisan
lendir. Hal serupa juga terjadi pada saluran pencernaan luwak, mengingat
tingginya kandungan bahan kimia yang bisa berfungsi sebagai makanan pada
lapisan lendir buah. Untuk menghilangkan lendir buah, diperlukan bakteri
fermentator sebagai media penguraian lendir buah.
Biji
kopi yang masih berlendir ini diangkat dari air cucian, kemudian ditiriskan
sebentar agar lapisan lendir tidak kering. Biji ini direndam dalam cairan rumen
yang telah disiapkan selama 24 jam. Perbandingan antara jumlah biji kopi yang
akan diberi perlakuan dengan cairan rumen adalah sebatas biji kopi terendam
dengan seluruhnya dalam cairan rumen. Saat
biji kopi direndam dalam cairan rumen, diharapkan proses fermentasi segera
terjadi. Aktivitas bakteri dalam rumen sendiri tidak konstan, tetapi berubah-ubah
tergantung kondisi dalam usus (Stewart dan Bryant, 1988). Tempat yang bisa
digunakan untuk perendaman berupa tong plastik, karena mudah diperoleh. Wadah
perendaman dijaga agar selalu tertutup mengingat bahwa bakteri pencernaan merupakan
bakteri yang bersifat anaerob. Kondisi yang terbuka dikhawatirkan mengurangi
aktivitas bakteri sehingga kualitas kopi yang dihasilkan kurang optimal. Dalam
fermentasi, suhu campuran cairan dan kopi dijaga agar tidak kurang dari 26 oC.
Suhu seperti ini bisasa terdapat pada perut luwak (Javakopiluwak, 20092).
Nilai suhu seperti ini bisa dirasakan dengan meraba dinding luar wadah
fermentasi. Jika saat dilakukan perabaan terasa hangat, artinya aktivitas
mikroorganisme masih berjalan dengan normal.
Perendaman
biji kopi dalam cairan rumen dilakukan selama 24 jam. Keesokan harinya, biji
bisa diangkat untuk kemudian dibersihkan dan dikeringkan. Proses pembersihan
biji kopi tidak berbeda dengan pemrosesan kopi biasa. Biji digosok-gosok agar
sisa lendir dan kotoran lainnya hilang dari biji. Untuk kopi luwak sintetis
ini, tujuan lain dari pembersihan ini adalah membersihkan sisa cairan rumen dan
bakteri dar biji kopi. Biji kopi yang sudah bersih ini siap untuk dikeringkan
sebelum dijual ke pasar.
Dengan
waktu perendaman dan pengeluaran biji kopi yang sama, maka disarankan prosesing
biji dilakukan di pagi hari. Dengan melakukan di pagi hari, ada beberapa
keuntungan yang bisa diperoleh. Biji kopi yang sudah selesai diproses masih
memiliki waktu untuk dibersihkan dari cairan rumen sapi pada hari yang sama.
Keuntungan lain adalah biji yang sudah bersih bisa langsung dijemur pada hari
yang sama. Biji yang dijemur pada keesokan harinya dikhawatirkan bisa mengalami
fermentasi lanjutan yang tidak diinginkan karena kadar air biji yang terlalu tinggi.
Biji yang masih basah juga ditakutkan mudah ditumbuhi oleh cendawan sehingga
berbau tengik. Pemrosesan biji bisa dilakukan pada sore hari atau bahkan malam
hari seandainya petani memiliki mesin pengering biji kopi. Dengan adanya mesin
pengering biji kopi, pengeringan buah menjadi lebih mudah, namun juga dibutuhkan
investasi tambahan untuk pengadaan alat.
Dari
hasil pengolahan kopi luwak bagian yang dihasilkan adalah biji kopi kering yang
masih bercangkang. Bagian dari buah kopi yang dibuang meliputi kulit buah dan
lapisan lendir buah. Buah yang dihasilkan masih bercangkang seperti buah kopi
yang diolah secara manual. Untuk pengolahan lebih lanjut, biji kopi bercangkang
diolah layaknya biji kopi biasa. Biji kopi disangrai hingga berwarna kehitaman
lalu dihaluskan menjadi kopi bubuk.
No comments