Breaking News

Pengaruh Kebasahan dan Kekeringan Terhadap Mikroba

        Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedangkan untuk jamur dan aktinomisetes memerlukan kelembaban yang rendah di bawah 80%.
Jumlah air yang tersedia bagi mikroba inilah yang disebut sebagai aktivitas air (aw). Kadar air bebas di dalam larutan (aw) ini merupakan nilai perbandingan antara tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1/100 dari kelembaban relatif. Nilai aw untuk bakteri pada umunya terletak antara 0,90 – 0,99, sedangkan bakteri halofilik mendekati 0,75.
Bakteri sebenarnya makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup tak dapat hidup subur, hal ini disebabkan karena kurangnya udara. Tanah yang cukup basah baik untuk kehidupan bakteri.
            Keadaan kekeringan menyebabkan proses pengeringan protoplasma, yang berakibat berhentinya kegiatan metabolisme. Pengeringan secara perlahan-lahan menyebabkan perusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosis dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut. Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan antara lain:
·         Pengeringan dalam keadaan terang pengaruhnya lebih buruk daripada dalam gelap.
·   Pengeringan pada suhu tubuh (37oC) atau temperatur kamar (+  26oC) lebih jelek daripada pengeringan pada temperatur titik beku.
·       Pengeringan pada udara efeknya lebih buruk daripada di dalam vakum atau di tempat yang berisi nitrogen.
·         Bakteri yang dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama daripada gesekan pada kaca obyek.

No comments