Dampak Pembangunan Di Sektor Industri
Seperti telah diketahui bahwa pembangunan industri disamping menimbulkan dampak positif bagi kesejahteraan manusia, juga dapat menimbulkan dampak negatif dengan dikeluarkan limbah industri menurut jenisnya dapat berupa bahan organik yang terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Menurut sifatnya dapat berbentuk bahan yang dapat dihancurkan oleh organisme hidup (degredable compound) dan bahan yang tidak dapat dihancurkan oleh organisme hidup (non degradable compound).Terutama bahan-bahan yang tidak bisa dihancurkan oleh organisme hidup, biasanya terakumulasi lebih banyak dalam komponen lingkungan dan akan menimbulkan gangguan yang lebih berat. Beberapa limbah industri yang mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan antara lain logam, gas, debu, panas, minyak dan lain-lain.
- Limbah akan memasuki lingkungan sehingga akan menyebabkan perubahan kondisi lingkungan, baik lingkungan terestrial maupun lingkungan akuatik. Perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia maupun biologis akan menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan, yang akhirnya akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem serta menurunnya daya dukung lingkungan.
- Flora dan fauna merupakan komponen lingkungan yang penting juga tidak akan luput dari pengaruh-pengaruh buruk dari lingkungannya, baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung dapat melalui siklus makanan. Misalnya logam Hg yang termasuk ke perairan akan diterima oleh bakteri, kemudian bakteri akan dimakan oleh plankton, plankton dimakan ikan, dan akhirnya melalui ikan dapat sampai ke tubuh manusia. Kasus di Jepang tahun 1953 akibat pencemaran Hg ini dapat menimbulkan penyakit Minamata.
- Pencemaran udara, misalnya oleh SO2 telah diketahui menurunkan kadar klorofil pada lumut kerak (Linchenes) dan juga menurunkan populasinya. Juga SO2 dapat berakibat menurunkan hasil produksi pertanian. Selain itu SO2 dapat menimbulkan beberapa penyakit misalnya bronchitis, pnemonia dan penyakit hati.
- Penurunan kualitas lingkungan perairan juga dapat menyebabkan penurunan produksi perikanan, atau dapat menyebabkan punahnya flora dan fauna akuatik.
- Telah kita ketahui bahwa flora dan fauna mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai sumber daya hayati yang dapat diperbaharui, yang dapat mendukung lajunya pembangunan, maka seyogyanya harus dipertahankan dan ditingkatkan kelestariannya, sehingga pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat terwujud.
Tekanan Terhadap Ekosistem-ekosistem Perairan pesisir dan Laut
Levi ( 1983) menyatakan bahwa 90 % dari keseluruhan produksi hasil tangkapan ikan berasal dari paparan benua dari suatu wilayah pesisir. Daerah tangkapan ini sering dihubungkan dengan perairan dangkal dimana ekosistem pesisir merupakan wilayah yang tinggi produktivitasnya dengan adanya hutan Mangrove,terumbu karang, estuaria, laguna, dan padang lamun yang memegang peranan penentu di dalam penyediaan sistem pendukung kehidupan seperti daerah tempat pemijahan ikan, pembesaran ( nursery) dan daerah tempat mencari makan.
Akibat kegiatan pembangunan yang berlangsung akhir-akhir ini seperti penambangan minyak bumi, pertambangan, turisme kelautan, pelabuhan-pelabuhan dan fasilitas energi, baik ekstraksi hasil hutan maupun pembangunan pertanian serta perikanan ( pembangunan tambak ) telah menambah tekanan terhadap sumberdaya pesisir.
Sebagian besar penduduk dunia tinggal di sepanjang garis pantai atau sepanjang tepian sungai yang mengalir menuju pesisir. Hal itulah yang menyebabkan wilayah pesisir selain tinggi produktivitasnya juga sekaligus rawan terhadap tekanan-tekanan lingkungan ( Mann, 1982).
Pemanfaatan sumberdaya alam dan pembuangan limbah di wilayah pesisir telah menyebabkan ekosistem pesisir mendapat tekanan dampak yang berlipat ganda. Selain itu karena luas lokasi di hutan Mangrove itu bervariasi ketebalannya, di beberapa pesisir ketebalan hutan ini bahkan tidak sampai 200 meter, sehingga gangguan dengan intensitas sama akan menyebabkan kawasan ini menjadi rawan. Contoh yang jelas, saat ini Hutan Mangrove antara Teluk Balikpapan hingga Muara Sungai Mahakam boleh dikatakan telah rusak.
Pemanfaatan hutan bakau ( mangrove) untuk berbagai jenis keperluan seperti kayu bakar, pembuatan arang, kayu untuk diekspor , bahan baku bagi pabrik kertas, pembuatan chipboard, dan lainnya.
Bahkan hutan bakau telah banyak diubah menjadi tempat persawahan, pertambakan, perindustrian, real estate, dan lainnya. Biasnya dengan hilangnya hutan bakau di suatu wilayah pesisir akan segera diikuti oleh penurunan produksi perikanan ( khususnya udang) di perairan sekitarnya, menghilangnya jenis-jenis biota tertentu dari ekosistem, terkikisnya pantai oleh gempuran ombak dan kadang-kadang juga meningkatnya penyakit malaria di daerah tersebut.
Ekosistem laut ( Teluk) sangat rawan terhadap pencemaran sebab adanya pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan teknologi yang pesat, sehingga di beberapa daerah Teluk telah mendapat tekanan yang sangat berat dan hal ini menimbulkan kerusakan-kerusakan yang parah diberbagai tempat di dunia.Sumber pencemaran laut di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan asalnya, yakni pencemaran yang berasal dari lautnya sendiri dan pencemaran yang berasal dari kegiatan di darat yang berasal dari lautnya sendiri misalnya
berasal dari pembuangan sampah air balast dari kapal-kapal, tumpahan minyak di laut( baik dari kapal tangki, maupun sumur minyak); lumpur buangan dari kegiatan pertambangan di laut ( pengeboran minyak dan lain-lain); kecelakaan-kecelakaan di tengah-tengah laut seperti kecelakaan tanker, pipa dan lainnya.Yang berasal dari kegiatan-kegiatan di darat antara lain air
sungai yang membawa lumpur dan endapan lain yang dibawa oleh sungai sebagai akibat erosi tanah atau sebagai buangan kegiatan pertambangan di daerah hulu , air buangan dari kota-kota ( limbah domestik) , pasar dan industri ( industri petrokimia) lewat saluran-saluran pembuangan, kotoran lewat udara,biosida khususnya Chlorinated hydrocarbon dan pupuk yang digunakan di dalam kegiatan pertanian dan kehutanan yang dapat merembes ke berbagai perairan, termasuk
perairan pantai ( estuaria).
Penempatan zona-zona Industri di wilayah pesisir , secara ekonomis memang menguntungkan.Terutama dilihat dari sudut akses transportasi dan pembuangan limbahnya, namun perlu diinsyafi bahwa setiap ekosistem memiliki daya dukung ( carrying capasity) tertentu untuk menyerap apa yang masuk ke dalam sistemnya. Setiap sistem alami, termasuk laut memiliki kemampuan untuk mengembalikan kesehatannya kembali seperti sedia kala bila ada gangguan dari luar.Namun masalahnya, response time tersebut berpa lama dapat berlangsung ?
Jika kita menginginkan keselamatan umat, maka diperlukan kajian tentang warning system untuk mendeteksi jika ada bahan pencemar yang telah mencapai kadar yang kritis, sehingga umat manusia segera mengetahuinya/merasakannya dan segera mengambil langkah-langkah pengamanannya.Pengalaman Penyakit Minamata yakni penyakit yang mengerikan bagi umat; sebab manusia yang terserang penyakit ini menimbulkan gerakan yang tak terkendali atau mati. Ikan mengambang di permukaan laut, burung jatuh dari udara, ayam, anjing, babi serta musang jadi gila, karena serangan penyakit yang muncul di Teluk Minamata.Penyakit ini disebabkan oleh Methyl mercurie chlorid .Perlu diketahui bahwa kasus ini baru terungkap setelah 26 tahun sejak awal limbah kimia yang mengandung air raksa itu dibuang ( 1930 dibuang dan baru dikenal pada tahun 1956/1960) Begitu juga dengan penyakit Itai-itai yang disebabkan oleh Cd.
Limbah panas dapat menimbulkan thermal schock, meningkatkan kepekaan organisme akuatik terhadap parasit, penyakit dan toksin kimia, perubahan pola migrasi, menurunnya kadar DO, meningkatkan keperluan oksigen, menimbulkan eutrofikasi, menurunkan produksi telur dan kemampuan bertahannya hidup larva ikan, terganggunya rantai makanan akuatik, berubahnya komposisi spesies.
Kejadian munculnya penyakit yang disebabkan oleh dampak limbah panas Industri telah diketahui dari kasus di Teluk Ciguatera, USA.Penyakit ini disebabkan oleh racun Ciguatoksin yang dibawa oleh Bakteri Toksis/virus yang terdapat pada selubung polisakarida Alga Cyanophyceae.Seperti diketahuan, peningkatan suhu air laut akan memacu perkembangan populasi Cyanophyceae dan dengan demikian akan menimbulkan penyakit Ciguatera.Penyakit ini ditandai dengan kelemahan otot, bibir,tangan dan kaki kaku dan gemetar, panas-dingin, mual linu-linu pada persendian dan gatal-gatal.
No comments