PEMBUATAN SUSU FERMENTASI
Susu
fermentasi sebagian besar dibuat dengan cara yang sama, yakni dengan
menambahkan sejumlah bibit ke dalam susu hangat (atau medium lain) yang telah
dipasteurisasi. Hanya saja bakteri yang digunakan adalah bakteri khas untuk
susu tersebut serta suhu fermentasinya berbeda bergantung pada suhu optimum
bakteri yang bersangkutan. Misalnya pembuatan susu asidofilus, menggunakan L.
acidophilus dan difermentasi pada suhu 35–38°C. Pembuatan susu bifidus, menggunakan bakteri B.
bifidum, dan dilakukan pada suhu 36–42°C. Pembuatan yakult menggunakan L. casei dan dilakukan pada suhu 37°C.
Berhubung suhu optimum bakteri sejenis pun berbeda-beda jika berlainan galur,
sebaiknya bibit yang digunakan adalah bibit serbuk yang memuat petunjuk dari
pembuat bibit tentang suhu optimum yang harus digunakan.
1. Pembuatan Yogurt
Selain dibuat dari susu
segar, yoghurt juga dapat dibuat dari susu skim (susu tanpa lemak) yang
dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu, tergantung kepada kekentalan
produk yang diinginkan. Selain dari susu hewani, belakangan ini yoghurt juga
dapat dibuat dari campuran susu skim dengan susu nabati (susu kacang-kacangan).
Sebagai contoh, yoghurt dapat dibuat dari kacang kedelai, yang sangat populer
dengan sebutan "soyghurt". Yoghurt juga dapat
dibuat dari santan kelapa, yaitu yang disebut dengan "miyoghurt".
Prinsip pembuatan yoghurt adalah
fermentasi susu dengan menggunakan bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus. Kedua macam bakteri tersebut akan menguraikan laktosa (gula
ásusu) menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan
pada pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus
thermophilus lebih berperan pada pembentukan citarasa yoghurt. Yoghurt yang
baik mempunyai total asam laktat sekitar 0,85-0,95%. Sedangkan derajat keasaman
(pH) yang sebaiknya dicapai oleh yoghurt adalah sekitar 4,5.
Pembuatan yogurt relatif mudah karena
mengandalkan bakteri apa saja yang ada pada susu segar saat itu, terutama
bakteri asam laktat pembuat yogurt.
Sebelum digunakan untuk pembuatan yogurt, susu segar harus disterilkan
(dipasteurisasi) dahulu dan kemudian dibibiti sejumlah bakteri yogurt. Dengan
demikian bakteri yang akan berkembang biak adalah bakteri yogurt. Apabila
bakteri yogurt ini cukup "merajalela" dalam susu, kehadiran sebagian
besar bakteri lain akan dihambat oleh kondisi asam yang diciptakannya.
Culture adalah sejumlah awal bakteri
serbuk atau yogurt yang ditambahkan ke dalam susu agar berkembang biak dan
mengubah susu menjadi yogurt. Sedangkan
yogurt starter adalah sejumlah bakteri yogurt yang telah diliofilisasi agar
dapat awet disimpan tanpa didinginkan. Untuk membuat yogurt, cukup dengan
memasukkan bibit serbuk. ke dalam susu.
Langkah-langkah dalam pembuatan yogurt
dapat diterangkan dari yang paling mudah dan sederhana hingga yang menyerupai
produk komersial. Cara yang paling
sederhana untuk pembuatan yogurt, bahan yang diperlukan hanyalah susu dan bibit
yogurt, serta peralatan dapur sederhana seperti panci dan sendok.
Segala
macam jenis susu dapat digunakan untuk pembuatan yogurt, mulai dari susu sapi
dan kambing, kuda dan unta, susu nabati dari kedelai, kecipir, almond, kacang
tanah, santan, dan sebagainya. Variasi
susu yang digunakan dapat berupa susu segar, susu cair dalam botol/karton, susu
krim, susu skim, atau susu bubuk yang telah dicampur kembali dengan air. Meski
demikian, sebaiknya tidak menggunakan susu kental manis karena terlalu banyak
mengandung gula. Juga perlu diperhatikan bahwa ada produk susu cair dan bubuk
yang mengandung pengawet, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yogurt. Jenis
susu seperti demikian tidak dapat dijadikan yogurt.
Secara
prinsip cara pembuatan yogurt dari susu nabati seperti susu kedelai sama saja
seperti pembuatan yogurt lain, yaitu dengan menambahkan sejumlah bibit yogurt
pada susu. Hanya saja, karena yogurt kedelai yang sudah jadi lebih sukar
diperoleh, untuk pembuatan pertama terpaksa digunakan bibit yogurt dari susu
sapi. Yogurt kedelai sedikit lebih encer daripada yogurt susu sapi.
Pembuatan yogurt memerlukan suhu
fermentasi yang kurang lebih konstan. Karena suhu ruangan tempat menyimpan yogurt lebih dingin (25°C)
dibandingkan suhu fermentasi yang seharusnya (40–44°C), maka susu akan menjadi
dingin. Suhu konstan dapat dilakukan
dengan beberapa cara seperti alat pembuat yogurt listrik, menggunakan bola
lampu dan kotak kardus atau menggunakan baskom dan air hangat. Cara yang paling
praktis adalah yang pertama, karena di dalam alat tersebut terdapat pengukur
suhu dan pemanas otomatis untuk menjaga suhu.
Apabila tidak ada alat pembuat yogurt, dapat digunakan cara yang kedua
yaitu menggunakan bola lampu dan kotak kardus. Tempat yang berisi susu hangat
yang telah diberi bibit yogurt dimasukkan ke dalam kotak kardus. Kemudian
digantung sebuah bola lampu 60 watt di dekat wadah untuk menghangatkan susu.
Suhu di dalam kotak kardus harus selalu diperiksa dengan termometer. Suhu
optimum harus berada sekitar 42–45°C, yaitu 1–2°C lebih tinggi dari suhu
fermentasi. Jika terlalu panas atau dingin, letak bola lampu dapat diatur (atau
diganti ukuran wattnya).
Jika cara pertama dan kedua tidak memungkinkan, dapat digunakan air
penghangat. Susu hangat yang telah diberi bibit diletakkan dalam panci logam.
Panci dimasukkan ke baskom atau ember yang lebih besar. Kemudian air hangat
(42–45°C) dituangkan di sekeliling panci hingga mencapai tepian. Air yang digunakan dijaga jangan sampai masuk
ke susu. Sekitar setengah jam sekali, air yang telah dingin dihangatkan kembali
dengan menambahkan sedikit air panas. Suhu air selalu diukur dan diatur agar
berkisar 42–45°C kembali. Kegiatan ini
selalu diulangi dengan jangka waktu setengah jam kemudian hingga yogurt jadi.
Penggunaan bibit serbuk diperlukan untuk memulai (starter) jika tidak
tersedia yogurt jadi. Selanjutnya untuk beberapa kali pembuatan, dapat
mengambil bibit dari yogurt hasil sebelumnya. Saat kualitas yogurt mulai
menurun barulah kembali menggunakan bibit serbuk.
Yogurt
menggumpal disebabkan selain butiran lemak dan air, susu juga terdiri dari
bola-bola protein kecil yang disebut misel. Letaknya berjarakan satu dengan
yang lain. Jika suasana susu tidak asam, bertabrakan pun misel-misel ini
berpantulan dan memisah kembali. Tapi saat susu menjadi asam oleh asam laktat
dari bakteri yogurt, misel seolah-olah lengket dan ketika bertabrakan
terbentuklah jaring-jaring yang memerangkap air. Dalam pengamatan, susu nampak
menggumpal.
Secara
umum ada dua jenis yogurt yang bisa dibuat yaitu setengah padat dan cair. Yogurt setengah padat bentuknya seperti
tahu dan tidak diaduk. Untuk pembuatan yogurt setengah padat ini
dibutuhkan susu yang kental, yang kandungan padatannya banyak, biasanya dengan
menambahkan sejumlah susu skim padat ke dalam susu murni atau dengan membiarkan
sebagian air dari susu menguap saat dipanaskan. Sedangkan yogurt cair,
bentuknya encer dan dapat diminum karena kandungan padatan susunya lebih
rendah. Malah
yogurt cair ini dapat lebih encer dibandingkan susu murni.
Tabel 1. menyajikan jumlah
susu yang harus digunakan untuk mencapai kekentalan yang diinginkan. Pengitungan dapat dilakukan dengan menggunakan tabel dan dikalikan angkanya
sesuai volume susu yang ingin dibuat. Sebagai contoh, untuk menyiapkan 500 g
susu yang agak encer (10%), campurkan 5×83 g susu cair dan 5×15 g air. Atau,
apabila menggunakan susu bubuk seluruhnya, dapat dicampurkan 5×10 g susu bubuk
dan 5×90 g air. Campuran susu ini dibuat sebelum memanaskannya. Catatan: 1 g air sama beratnya dengan 1 ml
air.
Tabel 1. Penggunaan jumlah susu untuk
menghasilkan kekentalan yang sesuai
Kandungan padatan & sifat yogurt
|
Jumlah padatan susu
|
Komposisi setiap 100 g (dengan susu cair)
|
Komposisi setiap 100 g (dengan susu bubuk)
|
tinggi,
yogurt padat/kental
|
18%
|
93
g susu cair + 7 g susu bubuk
|
18
g susu bubuk +82 g air
|
16%
|
95,5
g susu cair + 4,5 g susu bubuk
|
16
g susu bubuk + 84 g air
|
|
14%
|
97,5
g susu cair + 2,5 g bubuk
|
14
g susu bubuk + 86 g air
|
|
sedang,
kekentalan normal
|
12%
|
100
g susu cair
|
12
g susu bubuk + 88 g air
|
rendah,
yogurt cair/encer
|
10%
|
83
g susu cair + 15 g air
|
10
g susu bubuk + 90 g air
|
8%
|
67 g susu cair + 33 g air
|
8 g susu bubuk + 92 g air
|
Susu yang terlalu encer
dengan kadar padatan di bawah 12% dapat mengakibatkan yogurt turun atau memisah
dari airnya. Hal ini akan merusak
penampilan yogurt. Untuk meningkatkan daya ikat air dan mencegah pemisahan
ini, ke dalam susu sering ditambahkan
zat penstabil seperti gelatin atau pektin.
Gelatin mentah bentuknya serbuk kekuningan, agak bening, dan sedikit
berbau amis (bau amis ini hilang setelah dimasak bersama susu). Gelatin umunya diambil dari tulang dan jaringan ikat binatang. Gelatin
merupakan protein yang larut dalam air panas dan berbentuk agar saat dingin.
Oleh sebab itu gelatin banyak digunakan dalam pembuatan agar-agar dan es krim.
Untuk mengentalkan yogurt, jumlah gelatin yang perlu ditambahkan adalah sekitar
1–10 g per liter susu. Dengan cara, gelatin ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam susu yang sedang dipanaskan 80°C. Seluruh gelatin harus dipastikan telah
larut. Susu dimasak lagi selama 15 menit pada suhu 85°C. Ada juga gelatin instan
dalam bentuk bungkusan kecil, dapat dibubuhkan langsung ke atas yogurt tanpa
harus memanaskannya.
Pektin
adalah hasil ekstrak dari tumbuhan terutama dari ampas apel dan jeruk. Pektin
berwarna putih dan berbau cukup harum, serbuk pektin yang lebih halus daripada
serbuk gelatin ini banyak digunakan dalam pembuatan selai. Harga pektin lebih
mahal daripada gelatin, tetapi untuk mengentalkan yogurt dibutuhkan jumlah yang
lebih sedikit yaitu antara 1,5 g–2,5 g per liter susu. Problem menggunakan
pektin adalah mengentalkan yogurt dengan pektin lebih sulit karena pektin sukar
larut dalam air. Agar butiran padatan dalam campuran yogurt dan pektin menjadi
halus, perlu dilakukan homogenisasi dengan alat khusus.
Pemanis
dapat ditambahkan untuk menambah rasa manis pada yogurt, meskipun sebenarnya
yogurt cukup enak dinikmati begitu saja tanpa pemanis. Beberapa jenis pemanis
yang tersedia di pasaran dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pemanis yang ditambahkan pada yogurt
Nama zat
|
Kadar manis*
|
Sumber utama
|
Glukosa (gula "anggur")
|
0,5
|
Pati
|
Fruktosa (gula "buah")
|
0,8
|
Buah
|
Sukrosa (gula "pasir")
|
1
|
Tebu
|
Siklamat (sodium siklamat)
|
30
|
Sintetis
|
Aspartam (Nutrasweet, Equal)
|
200
|
Sintetis
|
Acesulfame K (Sunette)
|
200
|
Sintetis
|
Stevia
|
300
|
Tanaman stevia
|
Sakarin
|
500
|
Sintetis
|
Penambahan gula pasir harus
dilakukan setelah yogurt
selesai difermentasi. Hal ini penting dilakukan agar gula susu (laktosa) dalam
susu, dan bukan gula pasir, yang terutama dicerna oleh bakteri yogurt. Perlakuan ini juga untuk menjaga agar bakteri asam laktat tetap yang
dominan di dalam yogurt. Jika susu diberi banyak gula, maka ragi yang lebih
mampu mengunyah gula dibandingkan bakteri, dapat berkembang dan menghasilkan
gas karbondioksida serta alkohol. Akibatnya, yogurt akan berbau tape dan
bergelembung gas.
Penambahan buah yang hampir selalu ditempeli banyak ragi di
permukaannya dapat ditambahkan dalam yogurt setelah selesai difermentasi. Jenis
buah yang cocok untuk dicampurkan dengan yogurt adalah yang manis untuk
mengimbangi keasaman yogurt. Contohnya buah yang dapat digunakan adalah
stroberi, pisang, dan melon. Bisa juga ditambahkan buah yang tidak terlalu
manis tapi tidak terlalu asam seperti durian, nangka, kelapa kopyor. Atau makanan lain dari buah seperti kismis, nata de
coco, dan selai. Cara pembuatannnya dengan
memasukkan potongan buah beserta sejumlah gula sesuai selera. Diaduk hingga
merata lalu disimpan dalam lemari es selama satu malam untuk memberi waktu agar
aroma dan manisnya buah menyebar dalam yogurt.
Penambahan
zat perasa dan pewarna dalam produk yogurt komersial dilakukan untuk menarik
konsumen melalui warna, aroma, dan rasa yang memikat. Zat perasa atau esense
dan zat pewarna berasal dari alam atau
dibuat secara sintetis. Perlu diperhatikan efek kesehatan dalam jangka panjang
pada zat sintetis terhadap manusia belum sepenuhnya diketahui. Beberapa zat pewarna dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Beberapa zat pewarna yang diperbolehkan untuk
dikonsumsi
Nama zat
|
Warna
|
ADI*
(mg/berat badan) |
Tartrazine (CI 19140)
|
Kuning
|
0–7,5
|
Ponceau 4R (CI 16185)
|
Merah
|
0–4
|
Tembaga-klorofil (CI 75810)
|
Hijau
|
0–15
|
Brilliant Blue (CI 16255)
|
Biru
|
0–12,5
|
(*
Allowable Daily Intake,masukan per
hari yang diperbolehkan)
Saat ini, di pasaran
dijumpai berbagai jenis yoghurt, antara lain: (1) Yoghurt pasteurisasi, yaitu
yoghurt yang setelah masa inkubasi selesai dipasteurisasi untuk mematikan
bakteri dan memperpanjang umur simpannya. (2) Yoghurt beku, yaitu yoghurt yang
disimpan pada suhu beku. (3) Dietetic
yoghurt , yaitu yoghurt rendah kalori, rendah laktosa, atau yang ditambah
vitamin dan protein. (4) Yoghurt konsentrat, yaitu yoghurt dengan total padatan
sekitar 24%.
Berdasarkan cara pembuatan
dan struktur fisiknya, yoghurt dibedakan menjadi set yoghurt dan stirred yoghurt.
Set yoghurt adalah yoghurt
yang dihasilkan dari susu yang diinkubasi pada wadah berukuran kecil dan
menghasilkan gel dengan massa setengah padat. Stirred yoghurt adalah yoghurt yang dihasilkan dari susu yang
diinkubasi pada wadah yang berukuran besar dan menghasilkan struktur gel yang
pecah pada akhir inkubasi.
Berdasarkan flavornya,
yoghurt dibedakan atas natural (plain)
yoghurt, fruit yoghurt dan flavoured
yoghurt. Natural (plain) yoghurt
adalah yoghurt tanpa penambahan gula maupun flavor. Plain yoghurt rasanya sangat asam,
sehingga tidak semua orang menyukainya. Yoghurt ini biasanya digunakan sebagai
bahan pencampur salad. Untuk memberikan rasa agak manis, ke dalam yoghurt dapat
ditambahkan gula secukupnya sebelum dikonsusmsi.
Fruit yoghurt adalah yoghurt yang dicampur dengan sari buah atau buah yang dipotong
kecil-kecil, seperti nanas, pepaya, pisang, mangga, dll. Penambahan potongan
buah (sebanyak 10%) ke dalam susu dapat dilakukan sebelum atau sesudah
inkubasi. Penambahan buah-buahan sebelum inkubasi akan menyebabkan potongan
buah tersebut tenggelam ke dasar yoghurt, sehingga mengganggu tekstur yoghurt.
Untuk mencegah hal tersebut maka susu diinkubasi terlebih dulu selama 3 jam
(suhu 45oC) baru kemudian dicampur dengan potongan buah. Setelah itu diinkubasi
lebih lanjut selama 1 jam. Cara ini menghasilkan yoghurt dengan tekstur bagus
dan buah-buahan tersebar merata.
Flavoured yoghurt adalah yoghurt dengan flavor sintetis dan pewarna makanan. Flavor yang
banyak digunakan adalah strawberry, frambos, cherry, jeruk, lemon, peach, leci,
madu, aprikot, melon, dan vanila. Zat warna yang banyak digunakan dalam
pembuatan yoghurt adalah sunset yellow FCF, tartrazin, erythrosine B5, ponceau
4R, dan green S. Adanya zat tambahan tersebut, selain menambah kelezatan juga memperindah
penampakan, sehingga meningkatkan selera orang untuk menikmatinya. Berdasarkan
kekentalannya, dikenal dua macam yoghurt yaitu "drink yoghurt"
(bersifat encer seperti minuman ringan atau susu segar) dan "pudding
yoghurt" (bersifat kental seperti puding).
Yoghurt
sebaiknya disimpan di lemari pendingin, karena dengan demikian fermentasi tidak
berlanjut sehingga produk dapat disimpan lebih lama. Perlu diketahui bahwa
produk yoghurt yang telah jadi dan bagus (khususnya plain yoghurt), dapat
digunakan sebagai "starter" pada pembuatan yoghurt selanjutnya
(biasanya dapat dipakai sampai 2-3 turunan).
Selain
dalam keadaan cair, yoghurt juga dapat dihidangkan dalam bentuk beku (es). Es
yoghurt dibuat dengan cara mencampurkan yoghurt dengan potongan aneka buah
(mangga, ápepaya, nenas, dll) dan membekukannya. Es yoghurt sangat enak
dinikmati di siang hari, sebagai pelepas dahaga yang bergizi dan bermanfaat
bagi kesehatan.
Kegagalan
pembuatan yogurt merupakan peristiwa yang umum terjadi. Sebab-sebab kegagalan dan cara mengatasinya
dapat dilihat pada Tabel 4.. Apabila masih mengalami kegagalan, maka perlu
diperhatikan penggantian bahan yang dicurigai membuat gagal (baik dari susu
atau bibitnya) dengan yang baru dari tempat atau sumber lain. Patut pula diperhatikan
kebersihan alat-alat yang digunakan.
Tabel 4. Sebab-sebab kegagalan pembuatan yogurt dan
cara mengatasinya
Masalah
|
Kemungkinan sebab
|
Cara mengatasi
|
||||
A. Yogurt tidak jadi
|
||||||
Susu pecah atau menggumpal saat dimasak.
|
Susu dimasak terlalu lama atau api terlalu besar.
|
Susu dimasak dengan
api kecil atau sedang. Diaduk secukupnya. Susu yang pecah tidak dapat
digunakan lagi karena telah rusak. Oleh sebab itu perlu
diganti dengan susu yang baru.
|
||||
Susu masam karena basi
atau terkena larutan asam.
|
Diganti dengan susu
yang baru. Jangan membiarkan susu segar terlalu lama. Pemasakan
dan penyimpanan di lemari pendingin tak boleh lebih dari 2 hari.
|
|||||
Susu tetap encer
meskipun sudah lama disimpan.
|
Lupa menambahkan bibit.
|
Membuat yogurt lagi
|
||||
Bibit ditambahkan
sebelum susu dimasak.
|
Bibit harus dimasukkan setelah susu dimasak.
|
|||||
Bibit ditambahkan saat
susu masih terlalu panas sehingga bakteri dalam bibit mati.
|
Susu harus cukup
hangat (40–44°C) sebelum memasukkan bibit. Untuk memastikan, digunakan
termometer. Juga perlu dihindari memasukkan bibit yang baru diambil dari
lemari pendingin. Bibit harus dikeluarkan dan dibiarkan dulu mencapai suhu ruangan.
|
|||||
Jumlah bibit terlalu banyak atau terlalu sedikit.
|
Memasukkan bibit dalam
jumlah tepat yaitu 2–3% atau 3–4 sendok makan per liter susu.
|
|||||
Bibit sudah mati karena terlalu lama disimpan.
|
Diganti bibit dengan
yang baru.
|
|||||
Susu mengandung
pengawet atau sisa antibiotik dari peternakan, menyebabkan pertumbuhan
bakteri yogurt terhambat.
|
Diganti dengan susu
yang lain.
|
|||||
Bibit sudah tercemar
atau rusak, atau berasal dari yogurt yang sudah dipasteurisasi (sehingga
tidak mengandung bakteri yogurt hidup).
|
Diganti bibit dengan
yang baru.
|
|||||
B. Yogurt terlalu lama
jadi
|
||||||
Yogurt lama sekali
jadi (lebih dari 8 jam).
|
Susu difermentasi di
suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, sehingga pertumbuhan bakteri
lambat.
|
Fermentasi susu di
suhu yang tepat (antara 40–44°C). Perlu digunakan termos atau alat pembuat
yogurt.
|
||||
Bibit terlalu lemah karena sudah terlalu lama
disimpan.
|
Diganti bibit dengan
yang lebih baru. Membuat bibit baru setiap minggu untuk menjaga keaktifan
bakteri.
|
|||||
Bibit terlalu lemah
karena berasal dari yogurt yang dipasteurisasi. Akibatnya tidak terdapat
cukup bakteri untuk mengubah susu menjadi yogurt.
|
Diganti bibit dengan
yang lebih baru.
|
|||||
Jumlah bibit terlalu
banyak atau terlalu sedikit.
|
Memasukkan bibit dalam
jumlah tepat yaitu 2–3% atau 3–4 sendok makan per liter susu).
|
|||||
Susu terlalu kuat
diaduk saat dicampur bibit, sehingga mengganggu keaktifan starter.
|
Susu diaduk secukupnya saja.
|
|||||
C. Yogurt jadi tetapi
kurang enak rasanya
|
||||||
Yogurt terasa kasar di
lidah, banyak mengandung butiran kecil.
|
Susu bubuk yang
digunakan bukan susu instan dan belum larut benar.
|
Cara melarutkan susu
bubuk adalah menambahkan air hangat
atau air panas ke dalam tumpukan susu sedikit demi sedikit. Dilakukan sambil
terus mengaduk campuran hingga menjadi adonan. Barulah dituangkan air dalam
jumlah yang lebih banyak. Agar lebih larut, campuran ini dimasak selama 15–20 menit.
|
||||
Yogurt tidak enak, tidak seperti yogurt (rasanya
aneh atau asing, baunya busuk/tengik).
|
Bibit tercemar mikroba lain.
|
Diganti bibit dengan
yang baru.
|
||||
Rasa yogurt hambar
(kurang asam).
|
Suhu fermentasi agak
terlalu tinggi (47–52°C), berakibat keseimbangan dan kelakuan L. bulgaricus dan S. thermophilus dalam yogurt terganggu. Produksi laktase dan asam
laktat pun berkurang.
|
Suhu fermentasi diatur agar tetap berada di antara
40–44°C (atau dibaca petunjuk dari pembuat bibit yogurt). Disimpan lebih
lama. Bila ingin yogurt lebih asam lagi, setelah fermentasi ditambahkan asam
dari buah atau asam sitrat.
|
||||
Rasa yogurt terlalu asam.
|
Fermentasi terlalu lama (lebih dari 1–2 hari),
mengakibatkan produksi asam banyak.
|
Begitu yogurt jadi, segera dimasukkan ke dalam
lemari pendingin untuk menghentikan produksi asam.
|
||||
Suhu fermentasi terlalu rendah (di bawah 25°C),
berakibat keseimbangan serta kelakuan L.
bulgaricus dan S. thermophilus
dalam yogurt terganggu.
|
Yogurt difermentasi pada suhu yang tepat (40–44°C,
atau dibaca petunjuk dari pembuat bibit yogurt).
|
|||||
Ada bau hangus.
|
Susu terlalu lama dipanaskan sehingga menimbulkan
bau hangus.
|
Susu dimasak secukupnya saja (10–20 menit,
80–90°C). Jika menggunakan susu bubuk, diaduk teratur selama dimasak untuk
menjaga agar susu tidak gosong di dasar wadah.
|
||||
D. Yogurt jadi tetapi
memisah
|
||||||
Terbentuk air dadih di atas permukaan yogurt.
|
Yogurt difermentasi terlalu lama (lebih dari 12
jam).
|
Susu diamati setiap ½
atau 1 jam. Jika sudah jadi, segera dipindahkan ke wadah lain dan dimasukkan
dalam lemari pendingin.
|
||||
Wadah susu terguncang
atau dipindahkan saat difermentasi.
|
Tempat menyimpan
dipilih yang stabil dan bebas gangguan.
|
|||||
Yogurt terlalu encer sehingga akhirnya memisah.
|
Kekentalan susu perlu ditingkatkan atau
ditambahkan sedikit zat penstabil.
|
|||||
2. Pembuatan kefir
Kefir sering juga disebut
"yogurt Rusia". Cara pembuatan kefir kurang lebih sama dengan
pembuatan yogurt. Perbedaannya terletak pada bibit yang digunakan, untuk kefir
dibutuhkan biji kefir. Disamping itu waktu fermentasi kefir lebih lebih lama dibandingkan
yogurt. Bibit kefir adalah campuran
protein susu dan mikroba kefir berbentuk seperti biji-biji berwarna putih
kekuningan, berukuran 0,1–2 cm. Langkah pembuatannya kefir dapat diterangkan
sebagai berikut.
Seliter
susu dimasak hingga mendidih. Api dipadamkan dan ditunggu sampai susu
dingin. Sejumlah biji kefir dimasukkan
ke dalam susu, kurang lebih 2–5 g per liter susu. (Semakin banyak biji yang
ditambahkan tentunya berakibat proses fermentasi menjadi lebih cepat.) Setelah
selesai, bahan disimpan selama 10–12 jam. Untuk menghasilkan kefir yang
mengandung gas dan alkohol, perlu disimpan dalam wadah yang ditutup rapat
(kedap udara). Jika wadah terbuka atau ditutup tak rapat, hasil kefir akan
menyerupai yogurt polos. Setelah
penyimpanan dilakukan pengadukan secukupnya.
Kemudian biji kefir disaring dan dipisahkan dari kefir yang baru jadi.
Kefir dapat langsung minum atau ditutup wadah kefir dan disimpan lagi selama
12–24 jam sebelum diminum. Setelah
disaring, biji kefir dapat dimasukkan ke dalam susu yang baru. Sebelum itu
sebaiknya biji ini dibilas dengan air matang yang hangat terlebih dahulu. Cara
yang lebih baru untuk membuat kefir ialah dengan menggunakan bibit serbuk kefir
(seperti bibit serbuk yogurt), berasal dari campuran kefir dan biji kefir yang
diliofilisasi.
Kefir
lebih awet dibanding yogurt, dan dapat bertahan hingga sebulan lebih di lemari
pendingin, tetapi jika dibiarkan di suhu normal, kefir hanya bertahan dua hari.
Untuk menyimpan biji kefir dapat direndam di dalam kefir atau susu dan ditaruh
dalam lemari pendingin. Setelah sekitar 10 hari hingga dua minggu berlalu, biji
kefir dipindahkan ke susu yang baru untuk menjaga keaktifan mikroba kefir.
Untuk
mengeringkan biji kefir basah, mula-mula biji kefir disaring dari campuran
susu. Lalu dibersihkan dengan cara masukkan biji kefir ke dalam gelas.
Perlahan-lahan diisikan air keran hingga gelas penuh dan air meluber. Kecepatan
aliran air diatur sedemikian rupa sehingga hanya gumpalan-gumpalan kecil susu
yang terbuang, sementara biji kefir tertahan di gelas. Perlu dilakukan dengan hati-hati karena
sebagian gumpalan susu yang agak besar merupakan calon biji kefir yang baru.
Setelah beberapa menit campuran akan menjadi lebih bersih dari susu. Disaring
kembali, lalu biji kefir ditaruh di atas kain halus yang kering. Dibiarkan
selama 2 hari. Biji akan mengerut dan menjadi keras.
Kefir
bisa pula dibuat dari susu skim, krim, air dadih, dan dari campuran gula dan
jus buah. Yang terakhir ini disebut kefir air (kefir de agua, water kefir).
Cara pembuatannya mula-mula adalah melarutkan 75 g gula pasir ke dalam 1 liter
air. Ditambahkan perasan 1–2 buah lemon
ukuran sedang (atau buah asam lain).
Dimasukkan biji kefir, kurang lebih 60 g per liter air. Disimpan selama 1–10 hari, bergantung pada
kadar alkohol yang diinginkan. Di tengah
fermentasi sebagian biji kefir akan mengambang oleh terbentuknya gelembung gas
karbondioksida. Wadah diguncang-guncangkan dan dibuka tutupnya agar gas yang
terbentuk dapat lolos. Setelah dua hari biji kefir dapat dipisahkan dari
campuran kefir air. Biji kefir dicuci
bersih dengan air sebelum digunakan untuk pembuatan berikutnya. Kefir air disimpan dalam lemari pendingin
jika tak ingin diminum segera. Di bagian bawah wadah akan terbentuk endapan
ragi kefir berwarna keputihan. Perlu dicatat pembuatan kefir air dari air
kelapa atau air gula merah akan mengandung alkohol hingga 2–4,8% (setara bir
ringan).
No comments